Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Daging Dhab Halal, Sedangkan Biawak Haram

Dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari dalam  Kitab Khabarul Ahad , Bab   Khobarul Mar’ah Waahidah , قَالَ (ابن عمر رضي الله عنه): كَانَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلىالله عليه وسلم، فِيهمْ سَعْدٌ، فَذَهَبُوا يَأْكُلُونَ مِنْ لَحْمٍ،فَنَادَتْهُمُ امْرَأَةٌ مِنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم،إِنَّهُ لَحْمُ ضَبٍّ، فَأَمْسَكُوا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:كُلُوا أَوِ اطْعَمُوا، فَإِنَّهُ حَلاَلٌ أَوْ قَالَ: لاَ بَأْسَ بِهِ وَلكِنَّهُلَيْسَ مِنْ طَعَامِي. Abdullah Bin Umar  Radhiyallahu ‘anhuma  berkata: “Orang-orang dari kalangan sahabat Nabi  Shallallahu’alaihi wasallam  yang di antara mereka terdapat Sa’ad makan daging. Kemudian salah seorang isteri Nabi  Shallallahu’alaihi wasallam  memanggil mereka seraya berkata, ‘Itu daging  Biawak  dhab’. Mereka pun berhenti makan. Maka Rasulullah  Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda: “ Makanlah, karena karena daging itu halal atau beliau bersabda: “tidak mengapa dimakan, akan tetapi daging hewan itu bukanlah makanank

Istri serta anak musuh, dan doa

  أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ --- { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [التغابن : 14 ] Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Taghabun 14) --- Nah..., Doakan mereka...,! sebagaimana firman Allah di QS Al-Furqan ayat 74 berikut: وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.  ---- Doa kita memang tak sel

Imam As-Syafii, Imam An-Nawawi dan Imam Ibnu Hajr al-Haitamiy pengikut WAHABI?

Sesungguhnya ibadah itu dibangun di atas dalil baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah yang dipahami oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum. Tatkala para pemakmur kuburan yang mencari barokah di sana mengetahui bahwasanya perbuatan mereka menyelisihi dan bertentangan dengan terlalu banyak hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka merekapun berusaha untuk berdalil dengan perkataan ulama yang sepakat dengan aqidah mereka. Video : Mahasiswa Univ. Al-Azhar meminta barokah ke kuburan Imam Syafii, karena mau ujian.  Sumber :  https://fb.watch/eogGK6OB_J/ Diantara perkataan para ulama yang dijadikan dalil untuk menguatkan kebiasaan mereka beribadah di kuburan adalah perkataan Al-Baidhowi rahimahullah. Baca lebih banyak di:  https://firanda.com/405-imam-as-syafii-imam-an-nawawi-dan-imam-ibnu-hajr-al-haitamiy-pengikut-wahabi.html

Beratnya menerima nasehat

Gambar
Memang berat kadang mendapat nasehat dari orang lain. Apalagi kalau kita sudah punya keinginan tertentu, atau rencana yang matang yang berbeda dengan nasehat tersebut. Saya pribadi merasakan hal itu. Banyak orang memberi saya masukan. Kadang saya terima, kadang tidak saya terima. Itulah kelemahan sifat-sifat manusiawi kita. Umar ra. pernah menyatakan: رحم الله امرأً أهدى إلينا مساوئنا. Artinya: “Semoga Allah merahmati orang yang menunjuki kita kekurangan-kekurangan kita.” (Adabuddin wad Dunya). Abu Hurairah ra. juga pernah menyatakan: المؤمن مرآة أخيه إذا رأى فيها عيبا أصلحه. Artinya: “Seorang mukmin itu cermin bagi saudaranya. Jika dia lihat ada kekurangan, maka dia memperbaikinya.” (Adabul Mufrad – Bukhari). Ada beberapa faktor yang menyebabkan kita merasa berat menerima nasehat dan saran orang lain. Bahkan kadang cenderung menolak dan membantah. Antara lain adalah: Merasa lebih tinggi dari si pemberi nasehat. Baik karena tinggi jabatan, usia, pangkat dan kedudukan lainnya. Sehingga

Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar

Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata, “Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Beberapa dalil yang dibawakan oleh Imam Adz Dzahabi adalah sebagai berikut. Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4). Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ “Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir) Imam Dzahabi ju

Setiap 100 Tahun Akan Ada Mujadid

Gambar
Di antara hadits-hadits shahih yang masyhur adalah apa yang diriwayatkan oleh Shahabat yang mulia Abu Hurairah ra., dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda: «إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا» "Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka" (HR Abu Dawud no. 4291, Dishahihkan oleh as-Sakhawi di al-Maqâshid al-Hasanah (149) dan al-Albani di as-Silsilah ash-Shahîhah no. 599)   Baca artikel terkait  : "MENGENAL BEBERAPA ULAMA PEMBAHARU DALAM ISLAM" ( Klik Dsini ) Subhat Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab ( Klik Disini ) Kedustaan Ahmad Zaini Dahlan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah ( Klik Disini ) Muhammad bin Abdul Wahhab, Agen Inggris dan Meruntuhkan Daulah Utsmaniyah ??? ( Klik Disini )

Sujud "berbisik di bumi" didengar Allah dilangit

Sahabat, pasti kita sudah tidak asing lagi dengan salah satu gerakan shalat yaitu sujud. Salah satu gerakan akhiran shalat ini adalah rukun dilakukannya shalat. Sujud difilosofikan sebagai sebuah gerakan ketika seorang individu atau hamba Allah menyerahkan segalanya pada pangkuan sang kuasa. Hal ini dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta alam semesta, sujud juga menjadi tumpuan umat manusia khususnya kaum muslimin untuk selalu memanjat doa-doa yang diharapkannya. Sujud diibaratkan sebagai doa yang berbisik ke bumi, namun dapat terdengar hingga ke langit ( oleh Allah di langit, red ). Sujud membawa kita menyelami bahwa sejatinya manusia hanyalah seorang umat yang lemah dan tidak punya daya serta upaya, sudah sepatutnya untuk selalu mengikuti aturan dan perintah sang khalik, Allah SWT. Sesungguhnya Allah berfirman: وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ Yang artinya: "Hanya kepada Allah-lah

Syeikh Bin Baz Bangga Dengan Gelar Wahabi karena "Al-Wahhab" nama Allah

Gambar
Syaikh bin Baz: Wahhabi adalah kelompok yang berasal dari Najd يقول السائل: فضيلة الشيخ، يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم؟ هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه؛ لأنه دعا إلى الله عز وجل في النصف الثاني من القرن الثاني عشر Seseorang bertanya kepada Syaikh: “Sebagian manusia menamakan Ulama-Ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi [Wahabiyyah], adakah Anda ridho dengan nama tersebut ? Dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan Anda dengan nama tersebut ?” Syaikh Ibnu Baz menjawab sebagai berikut : “ Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejd [Najd], mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab, karena dia berdakwah di akhir abad 12 Hijriyah.” Lalu beliau melanjutkan: فهو لقب شريف عظيم “ Dan itu adalah nama yang sangat mulia nan agung.” ---- Jadi, menurut Syaikh bin Baz, Wahabi adal

Sumpah Dusta untuk Melariskan Barang Dagangan

Di antara kelakuan buruk para pedagang yang bernilai dosa dan maksiat adalah sumpah palsu untuk melariskan dagangannya. Misalnya, ketika dia didatangi pembeli dan menawar barang dagangannya dengan harga sepuluh ribu rupiah, sang pedagang pun bersumpah, “Demi Allah, barang ini tadi ditawar dengan harga lima belas ribu rupiah, dan saya tidak melepasnya.” Atau, “Demi Allah, barang ini tadi sudah laku dua puluh ribu rupiah.” Padahal, sebelumnya tidak ada calon pembeli yang menawar barang dagangannya seharga lima belas ribu rupiah. Juga tidak ada pembeli yang membeli barangnya seharga dua puluh ribu rupiah. Sumpah palsu itu dia lakukan untuk menaikkan harga jual barang atau untuk melariskan barang dagangannya dengan menimbulkan kesan bahwa barang dagangannya bermutu dan berkualitas sehingga banyak dicari orang dan sudah laku keras. Perbuatan pedagang semacam ini termasuk  dosa besar  (bukan sekedar dosa kecil) karena terdapat ancaman khusus di akhirat. Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  b