Postingan

Menampilkan postingan dengan label Akhlak

Jauh-Jauh Cari Stoicism, di Islam Sudah Ada!

Jauh-Jauh Cari Stoicism, di Islam Sudah Ada!  Oleh : Muthia D. Santika (Psikolog)   Stoicism atau stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang fokus pada bagaimana memunculkan kebahagiaan dalam diri manusia. Filosofi stoic berevolusi dari waktu ke waktu. Yang pada kelahirannya fokus pada logika dan fisik, kini beralih ke hal-hal yang bersifat psikis seperti ketenangan dan kesejahteraan. Sehingga para stoic (penganut filosofi stoicism) tidak hanya membenarkan ide-ide filosofisnya saja namun juga mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.   Prinsip utama filsafat ini diantaranya adalah:  1. Memisahkan antara apa-apa dalam kehidupan ini yang tidak dapat dikendalikan dan apa-apa dalam kehidupan yang bisa dikendalikan. Yang kemudian menjadi ruang bagi manusia untuk memilih. Karena ada banyak hal dalam kehidupan yang ada di luar kendali manusia, maka jika manusia mengkhawatirkan hal tersebut akan menyebabkan kehidupan yang kurang produktif, tidak rasional...

Dosa Mengolok-olok Ajaran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Dosa Mengolok-olok Ajaran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam  Segala puji bagi Allah Tabarakallah wa Ta'ala yang telah menetapkan hukum yang sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Seringkali kita saksikan begitu mudahnya sebagian orang mengolok-ngolok saudaranya yang ingin menjalankan syaria’t Islam, membela Al Qur'an dan memegang teguh ajaran agama Allah Tabarakallah wa Ta'ala (Islam). Seharusnya setiap muslim tahu bahwa perbuatan seperti ini bukanlah dosa biasa.  Allah Tabarakallah wa Ta’ala berfirman, وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah ...

KESAKSIAN BAGI JENAZAH

Gambar
KESAKSIAN BAGI JENAZAH  Kisah sahabat mulia Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu ini dituturkan seorang tabi'i Abul Aswad Ad-Duali,  قَدِمْتُ المَدِينَةَ وَقَدْ وَقَعَ بِهَا مَرَضٌ، فَجَلَسْتُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فَمَرَّتْ بِهِمْ جَنَازَةٌ، فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَجَبَتْ، ثُمَّ مُرَّ بِأُخْرَى فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَجَبَتْ، ثُمَّ مُرَّ بِالثَّالِثَةِ فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا شَرًّا، فَقَالَ: وَجَبَتْ، فَقَالَ أَبُو الأسْوَدِ: فَقُلتُ: وَمَا وَجَبَتْ يَا أَمِيْرَ المُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: قُلتُ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أيُّمَا مُسْلِمٍ، شَهِدَ لَهُ أرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ، أدْخَلَهُ اللهُ الجَنَّةَ فَقُلْنَا: وثَلَاثَةٌ، قَالَ: وثَلَاثَةٌ فَقُلْنَا: واثْنَانِ، قَالَ: واثْنَانِ ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنِ الوَاحِدِ.  Saya tiba di Kota Madinah. Saat itu di Kota Madinah tengah terjadi penyebaran penyakit. Saya duduk meng...

Jangan Bawa Bawa Agama

Simak video berikut : Hei, Jangan Bawa Bawa Agama di Grup WA. Oleh Ustadz : DR.Syafiq Basalamah.Lc.MA Hafidzahullah  Jangan Bawa Bawa Agama  Lo, agama itu harus dibawa dan selalu melekat kemanapun anda pergi.  Jangan sampai anda menjadi orang atheis alias tak beragama di saat anda sedang di kantor, atau di pasar, atau di tempat kerja anda.  Terapkan nilai nilai agama anda dimana pun anda berada, agar anda menjadi manusia yang terhormat dan mulia lagi berakhlaq mulia di manapun anda berada.  Kawan! tahukah anda bahwa yang membedakan manusia dari hewan adalah adanya nilai nilai agama dalam setiap sendi kehidupan anda?  Dahulu Abu Jahal, Abu Lahab dan lainnya adalah orang orang cerdas, bahkan sebagai kepala sukunya, namun karena mereka menolak agama Allah maka disamakan dengan hewan, yang hanya berorientasi pada menuruti nafsunya, makan, minum, melampiaskan seks, tidur, bangun layaknya hewan.  وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُ...

Orang Tua Nabi Muhammad di Masa Fatrah dan Siapa Ahlul Fatrah?

Orang Tua Nabi Muhammad di Masa Fatrah dan Siapa Ahlul Fatrah?  Bagaimana jika ada yang meninggal di masa fatrah (masa kosong di antara dua nabi) seperti orang tua nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa ada seseorang yang bertanya,  يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَيْنَ أَبِي؟  “Wahai Rasulullah di mana tempat kembali bapakku?”  فِي النَّارِ  “Di neraka.”  Ketika orang tersebut berpaling, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya lantas berkata,  إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّار  “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim, no. 203)  Dari hadits di atas kita bisa mengambil beberapa faedah yang kami sarikan dari penjelasan Imam Nawawi:  1- Siapa saja yang mati dalam keadaan kafir, maka ia berada di neraka dan tak bermanfaat hubungan keluarga dekat.  2- Dalam hadits ini dapat diambil pelajaran bahwa siapa yang mati pada masa fatrah (masa kosong di antara dua nabi) dan s...

UNTUKMU KU KIRIM ALFATIHAH !

Simak uraian Ust. Farhan Abu Furaihan di video berikut : UNTUKMU KU KIRIM ALFATIHAH ! Oleh : Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi Pada suatu acara, seorang tokoh dengan serius mengatakan: “Sebelum acara ini kita mulai, marilah kita membukanya dengan bacaan al-Fatihah..” Serempak, para hadirin pun tunduk dan khusyuk membacanya bersama-sama. Di penghujung acara, seorang tokoh diminta menutup acara dengan doa, maka dia pun menghadiahkan doanya untuk para wali yang telah meninggal dunia, lalu mengatakan: “Al-Fatihah ala hadhroti syaikhina wa waliyyina..” Kasus-kasus serupa mungkin sering kita jumpai dimasyarakat. Namun, pernahkah kita berfikir bahwa semua itu adalah tata cara beragama yang tidak ada contohnya dan diingkari oleh para ulama?! Marilah kita kaji bersama masalah ini dengan lapang dada. Teks Hadits الْفَا تِحَةُ لِمَا قُرِ ئَتْ لَهُ Al-Faatihatu limaa quriat lahu “Al-Fatihah itu sesuai untuk apa yang dibaca.” TIDAK ADA ASALNYA. Yakni dengan lafadz ini, demikian juga k...

Meneladani Umar bin Khattab: Sabar Menghadapi Amarah Istri

Ust.  Khalid Zeed Abdullah Basalamah Meneladani Umar bin Khattab: Sabar Menghadapi Amarah Istri  Sayyidina Umar bin Khattab dikenal melalui sifat-sifatnya yang tegas, adil, bijaksana, dan berani. Meskipun dikenal sebagai sosok yang tegas dan kuat, ada satu kisah dimana Umar memperlihatkan kemampuan luar biasa untuk sabar menahan diri ketika menghadapi amarah sang istri. Kisah tersebut dijelaskan dalam kitab Uqudul Lujain karya Imam Nawawi al-Bantani melalui hadis berikut ini:  وَرُوِيَ: أنَّ رَجُلاً جَاءَ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَشْكُوْ إِلَيْهِ خُلُقَ زَوْجَتِهِ، فَوَقَفَ بِبَابِهِ يَنْتَظِرُهُ، فَسَمِعَ امْرَأَتَهُ تَسْتَطِيْل عَلَيْهِ بِلِسَانِهَا، وَهُو سَاكِتٌ لاَ يَرُدُّ عَلَيْهَا، فَانْصَرَفَ الرَجُلُ قَائِلا : إِذَا كَانَ هَذَا حَالُ أَمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ، فَكَيْفَ حَالِيْ ؟. فَخَرَجَ عُمَرُ فَرآهُ مُدْبِرًا فَنَادَاهُ، مَا حَاجَتُكَ؟. فَقَالَ : يَا أَمِيْرَ المُؤْمِنِيْنَ، جِئْتُكَ أَشْكُوْ إِلَيْكَ خُلُقَ زَوْجَتِيْ وَاسْتِطَالَتِهَاعَلَيَّ، فَسَمِعْ...

”Prasangka Buruk: Perusak Hubungan dan Harmonisasi

Simak video ilustrasi berikut : ”Prasangka Buruk: Perusak Hubungan dan Harmonisasi.”  Buruk sangka atau su'uzhan dalam bahasa Arab adalah prasangka negatif terhadap seseorang tanpa bukti yang jelas.   Dalam Islam, buruk sangka sangat dilarang karena dapat merusak hubungan antar sesama dan menimbulkan fitnah.   Buruk sangka bukan hanya merupakan perbuatan yang tercela, tetapi juga dianggap sebagai dosa besar yang bisa menghancurkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam).   Dampak  perbuatan buruk sangka ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dan tertuang dalam Al-Qur’an antara lain dalam Surah Al-Hujurat (49:12): يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ       “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah ke...

Hukum salaman sudah shalat

Hukum salaman sudah shalat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab, “Salam-salaman yang demikian (rutin setelah shalat) tidak kami ketahui asalnya dari As Sunnah atau pun dari praktek para sahabat Nabi radhiallahu’anhum". Namun seseorang jika bersalaman setelah shalat bukan dalam rangka menganggap hal itu disyariatkan (setelah shalat), yaitu dalam rangka mempererat persaudaraan atau menumbuhkan rasa cinta, maka saya harap itu tidak mengapa. Karena memang orang-orang sudah biasa bersalaman untuk tujuan itu.  Adapun melakukannya karena anggapan bahwa hal itu dianjurkan (setelah shalat) maka hendaknya tidak dilakukan, dan tidak boleh dilakukan sampai terdapat dalil yang mengesahkan bahwa hal itu sunnah. Dan saya tidak mengetahui bahwa hal itu disunnahkan.”  (Majmu’ Fatawa War Rasa-il, jilid 3, dinukil dari http://ar.islamway.net/fatwa/18117 )

JANGAN MENGAMBIL ILMU DARI PENDUSTA

JANGAN MENGAMBIL ILMU DARI PENDUSTA Berkata Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah: لا تكتب عن ثلاثة: *صاحب بدعة يدعو إلى بدعته ،* *أو كذاب فإنه لا يُكتَب عنه قليلٌ ولا كثير ،* *أو عن رجل يغلط فيُردّ عليه فلا يَقبل .* Janganlah engkau menulis ilmu dari tiga golongan : Pengusung bid'ah yang menyeru kepada bid'ahnya,  atau ️pendusta sebab tidak boleh menulis ilmu darinya sedikit maupun banyak,  atau dari orang yang salah lalu ia dibantah namun ia tidak terima. (al-kifayah 144) Asy Syeikh Sholih Al Fauzan hafidzohullah: (لا تأخذ العلم عن جاهل، لا تأخذ العلم عن ضال، لا تأخذ العلم عن مبتدع، خذ العلم عن أهله المعروفين به المعروفين بالاستقامة، المعروفين بتقوى الله سبحانه وتعالى) Jangan kamu ambil ilmu dari orang yang bodoh. Jangan kamu ambil ilmu dari orang yang sesat. Jangan kamu ambil ilmu dari ahlul bid'ah. Ambillah ilmu dari ahlinya yang memang dikenal dengannya, dikenal keistiqomahannya, dikenal takwanya kepada Allah Subahanahu wa ta'ala. AMBILAH ILMU DARI AHLUSSUNNAH Dari Ab...

Majelis Ilmu Bukan Majelis Cerita

Gambar
Baca artikel terkait berikut : ○  Sesungguhnya "tanaqudh (kontradiksi) awal pijakan dari kerusakan"   ○  Ulama Su’ (Orang Berilmu Yang Buruk)   ○  AKAN MUNCUL DAI-DAI YANG MENYERU KE NERAKA JAHANNAM  Majelis Ilmu Bukan Majelis Cerita Abu Qilabah Abdullah bin Zaid al-Jurmi rahimahullah pernah mengatakan: مَا أَمَاتَ العِلْمَ إِلَّا القُصَّاصُ يُجَالِسُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ القَاصَّ سَنَةً فَلَا يَتَعَلَّقُ مِنْهُ بِشَيْءٍ وَيَجْلِسُ إِلَى العِلْمِ فَلَا يَقُوْمُ حَتَّى يَتَعَلَّقَ مِنْهُ بِشَيْءٍ “Tidak ada yang mematikan ilmu kecuali para penceramah tukang cerita yang tak karuan. Jika seorang bermajelis dengan penceramah tukang cerita selama satu tahun maka tidak ada satu ilmu pun yang dia dapatkan. Adapun bila ia duduk di majelis ilmu maka tidaklah ia bangkit untuk beranjak pulang melainkan ada ilmu yang ia dapatkan.” (Hilyah al-Auliya’: 2/287) ---oOo--- Banyak orang yang bisa berceramah tapi tidak semua penceramah itu ahli ilmu agama. Alangkah banyakn...

Ilmu Yang Tidak di Amalkan

Gambar
Simak video ilustrasi berikut : Ilmu Yang Tidak di Amalkan  Amalan adalah buah dari ilmu, seorang yang berilmu tidak dikatakan berilmu yang sesungguhnya sampai dia mengamalkan apa yang dimilikinya.  Allah SWT berfirman : Ayat ini menunjukan bahwa orang yang punya ilmu tetapi tidak beramal, sungguh dia telah menyerupai kaum Yahudi yang mendapat murka dari Allah SWT.  Sebaliknya, orang yang beramal tanpa ilmu, sungguh dia telah menyerupai kaum nasrani yang telah tersesat.  Allah SWT tidak menghendaki semua ini, bahkan kita diperintah untuk selalu memohon petunjuk jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah diberi nikmat dengan mewujudkan ilmu dan amal. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi atau jalan orang-orang Nasrani yang tersesat.  Rasulullah SAW bersabda; Begitu juga Al-Qur’an dan Sunnah telah memberikan ancaman keras bagi orang yang tidak beramal padahal dia punya ilmu, atau dia mengajak kebaikan dan beramal tetapi dirinya sendiri tid...

Berdoa dan Mengeluh di Media Sosial

Baca artikel terkait berikut : ○  Tuhan Hadir di Medsos ○  Hukum Mendoakan Pakai Stiker WhatsApp, Ini Kata Imam Nawawi ○  Berdoa di Sosial Media, Bolehkah? Berdoa dan Mengeluh di Media Sosial  Pada dasarnya, menggunakan media sosial seperti Facebook atau Twitter termasuk perkara yang tidak disebutkan hukumnya di dalam dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh karenanya hukum asal menggunakan media sosial adalah mubah atau boleh. Hukumnya kemudian berubah sesuai penggunaan alat-alat tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah-kaidah berikut;  الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلُّ الدَّلِيلُ عَلَى التَّحْرِيمِ Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya [As-Suyuthi, 1983: 133].  الوَسَائِلُ لَهَا أَحْكَامُ اْلمَقَاصِدِ  Hukum alat tergantung pada hukum maksud digunakannya alat tersebut.  Dengan demikian, penggunaan media sosial untuk kebaikan hukumnya boleh bahkan menjadi dianjurkan. Begitu...