Postingan

Menampilkan postingan dengan label Aqidah

Arti Sebuah Kepercayaan

Ilustrasi :  Simak video cuplikan berikut ; Majelis Tabligh Muhammadiyah Majelis Tabligh Muhammadiyah diresmikan pada tahun 1924 dengan  Visi dan Misi Majlis Tabligh Muhammadiyah sbb : VISI : Menjadi Penyebar Utama Agama Islam yang berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah, didukung oleh : penerbitan yang mencerahkan dan membimbing jaringan muballigh  purnawaktu ( fulltimer ) di lebih dari 50% cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia MISI : Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan As-Sunnah Al Maqbulah Membimbing Kehidupan Beragama Anggota dan Simpatisan Muhammadiyah Merekrut dan membina muballigh Mensistematisasi  dan menyiapkan bahan tabligh TUGAS : Bertugas untuk menyampaikan hasil dari Putusan Tarjih kepada masyarakat dan menyerukan ajaran Islam yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasul Saw .  --- Salah satu keputusan Tarjih Muhammadiyah adalah : " Keberadaan Allah: Begitu Dekat dan Bersemayam di Langit " Simak video lengkap (full) berikut : Si

Musibah Datang Karena Maksiat dan Dosa

Sumber video :  https://www.facebook.com/ Sumber suara latar belakang :  https://www.facebook.com/reel/ Musibah Datang Karena Maksiat dan Dosa “ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). ” (QS. Asy Syuraa: 30) Ali bin Abi Tholib – radhiyallahu ‘anhu – mengatakan, مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” ( Al Jawabul Kaafi , hal. 87) Perkataan ‘Ali – radhiyallahu ‘anhu – di sini selaras dengan firman Allah Ta’ala, وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ “ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). ” (QS. Asy Syuraa: 30) Para ulama salaf pun mengatakan yang se

APAKAH ALLAH BERBICARA DENGAN HURUF DAN SUARA

Gambar
APAKAH ALLAH BERBICARA DENGAN HURUF DAN SUARA? Dalil-dalil dan atsar para Salaf telah menunjukkan, bahwa Allah ﷻ berbicara dengan suara dan huruf. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa Allah ﷻ berbicara dengan suara adalah sabda Rasulullah ﷺ: يحشر الله العباد فيناديهم بصوت يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب أنا الملك أنا الديان Artinya: “Allah akan mengumpulkan hamba-hamba pada Hari Kiamat, kemudian Allah memanggil mereka dengan suara yang terdengar dari jarak jauh seperti suara yang terdengar dari jarak dekat: Aku adalah Al-Malik (Maha Raja), Aku adalah Ad-Dayyaan (Maha Membalas)….” [HR. Al-Bukhary, dari Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu] Berkata Al-Bukhary rahimahullah: وَأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَادِي بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مَنْ بَعُدَ كَمَا يَسْمَعُهُ مَنْ قَرُبَ ، فَلَيْسَ هَذَا لِغَيْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ذِكْرُهُ، وَفِي هَذَا دَلِيلٌ أَنَّ صَوْتَ اللهِ لا يُشْبِهُ أَصْوَاتَ الْخَلْقِ ، لأَنَّ صَوْتَ اللهِ جَلَّ ذِكْرُهُ يُسْمَعُ مِنْ بُعْدٍ كَمَا يُسْمَعُ مِنْ قُرْبِ Dan ses

Menafsirkan Al Qur’an dengan Logika

Menafsirkan Al Qur’an dengan Logika Salah satu lagi cara menafsirkan Al Qur’an yang keliru adalah menafsirkan Al Qur’an dengan logika, akal pikiran, tanpa ilmu. Ibnu Katsir mengatakan, “Menafsirkan Al Qur’an dengan logika semata, hukumnya haram.” ( Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim , 1: 11). Dalam hadits disebutkan, وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “ Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka ” (HR. Tirmidzi no. 2951. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini  dho’if ). Masruq berkata, اتقوا التفسير، فإنما هو الرواية عن الله “Hati-hati dalam menafsirkan (ayat Al Qur’an) karena tafsir adalah riwayat dari Allah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 16. Disebutkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al Fadhoil dengan sanad yang shahih) Asy Sya’bi mengatakan, والله ما من آية إلا وقد سألت عنها، ولكنها الرواية عن الله عز وجل “Demi

Tahdzir Terhadap Dai Menyimpang, Bukan Berarti Merasa Suci

Tahdzir Terhadap Dai Menyimpang, Bukan Berarti Merasa Suci O leh Yulian Purnama, S.Kom. Tahdzir  atau memperingatkan umat terhadap bahaya dai yang menyimpang adalah bagian dari agama. Karena ini bentuk amar makruf nahi mungkar dan upaya untuk menjaga kemurnian agama. Nabi  Shallallahu ‘alaihi wasallam  pun melakukan tahdzir   terhadap orang-orang menyimpang secara umum maupun secara khusus. Dari Abu Umayyah al Jumahi  Radhiallahu ’anhu , Nabi  Shallallahu ’alaihi wasallam  bersabda, إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر “Di antara tanda kiamat adalah orang-orang menuntut ilmu dari  al ashoghir ” (HR. Ibnul Mubarak dalam  Az Zuhd  [2: 316], Al Lalikai dalam  Syarah Ushulus Sunnah  [1: 230], dihasankan Al Albani dalam  Silsilah Ash Shahihah  [695]). Ibnul Mubarak ketika meriwayatkan hadis ini, beliau menjelaskan, الأصاغر : أهل البدع “ Al Ashoghir  adalah  ahlul bid’ah ” Ini bentuk  tahdzir  secara umum. Nabi  Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda tentang Dzul Khuwaisira

Pembelaan diri dan Klarifikasi Ustadz Muflih Safitra atas fitnah Ust. Adi Hidayat

Pembelaan diri dan Klarifikasi  Ustadz Muflih Safitra  atas fitnah Ust. Adi Hidayat : Ini rantai jawaban kepada UAH dan in syaa Allah closing statement (semoga setelah ini tidak ada lagi). Ini part 1. Saat part 2 saya rilis, part 1 saya letakkan di belakang. Jika part 3 saya rilis, part 1-2 akan tetap ada di belakangnya in syaa Allah. Demikian agar pembicaraan bersambung. PART 1 :  Saya menarik ucapan terhadap para murid dan fans UAH yang menuduh numpang tenar dan semacamnya. Mungkin mereka melontarkan yang demikian karena: saya tidak dikenal rasa cinta kepada gurunya dan menimbulkan reaksi hujatan kepada yang mengkritiknya. Kami tarik ucapan kami karena tujuan akhir saya bukan demi saya pribadi melainkan demi: meluruskan kesalahan UAH agar bisa berubah karena kami sudah pernah lakukan 2017 menjaga umat dari kesalahan dan penyimpangan beragama dari jalan salafush shalih. "Apalagi di tahun 2017 banyak yang akhirnya menyadari kesalahan tersebut, lalu Allah berikan pemahaman dan hida

Sanggahan Untuk Ustadz Adi Hidayat : "Surah Musik"

Sudah jelas akar masalahnya, beliau memang (secara sadar dan sengaja) melakukan tahrif yg bathil dari syair ke pengertian musik, ga lagi ada kekeliruan pemilihan diksi sebagaimana orang-orang yang membela beliau. Fix.. Sumber video :  https://www.facebook.com/ Adapun UAH membicarakan pribadi Ustadz Muflih Safitra , itu sudah urusan beliau dengan Allah, sudah keluar dari permasalahan.. Tugas kita adalah tetap menuntut ilmu, berdoa dan minta selalu kepada Allah agar di berikan hidayah dan di kokohkan di jalan yang haq ini. Sanggahan Untuk Ustadz  Adi Hidayat : "Surah Musik " Ust. Adi Hidayat sang ahli nomor, ahli halaman, ahli pojok sebelah kanan-kiri bagian atas-bawah salah atau tidak, ketika menyebut Surah Asy-Syu'ara = Surah Musik atau Surah para pemusik.....??? Jawabannya, SALAH...!!, dan kesalahan itu bukan sekadar silap lidah (sabqul lisan) atau salah ingat. Tapi memang karena minimnya ilmu yang dia miliki....!!!. Berikut ini ada beberapa huruf berkaitan dengan hal te

Haram Hukumnya Menyamakan Allah dengan Makhluk-Nya

Sumber video :  https://youtu.be/KJ4O Sumber video :  https://youtu.be/0Dr Haram Hukumnya Menyamakan Allah dengan Makhluk-Nya Sepanjang perjalan sejarah pemikiran Islam memang ada beberapa aliran yang menyamakan antara sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya, seperti halnya aliran  Musyabbihah   (antropomorfisme). Pendeknya, aliran pemikiran ini sesuai dengan namanya ( Musyabbihah ), yakni menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat manusia (makhluk). Ada pula aliran  Mujassimah  (korporalisme) yang beranggapan bahwa Allah berjisim (bertubuh) seperti halnya manusia (Ahmad Azhar Basyir,  Refleksi atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan Ekonomi , hal. 27). Aliran-aliran tersebut jelas salah karena para penganut aliran ini menyamakan antara Allah dan makhluk-Nya. Oleh karenanya untuk mendudukkan permasalahan ini, terlebih dahulu  pemahaman yang mesti dibangun sebelumnya adalah pemahaman tentang konsep tauhid yang membicarakan tentang sifat Allah dan n

Masuk Surga Bersama Keluarga

Simak video ilustrasi berikut ; Sumber video/berita :  https://20.detik.com/pemilu-2019 Baca komentar Kompasianer ( klik disini ) Masuk Surga Bersama Keluarga Oleh dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK “Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.”  (Q.S. Fushshilat: 31) Kesamaan tersebut hanya ada pada nama, akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh lebih nikmat di surga. Tentunya kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah disediakan oleh Allah. Allah berfirman, جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ “(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.”  (QS. Ar-Ra‘du: 23) Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucu

An-Nis-yaan (النِّسْيَانُ), Salah Satu Shifat Allah ta’ala

Sumber video :  https://youtu.be/F3AoR An-Nis-yaan (النِّسْيَانُ), Salah Satu Shifat Allah ta’ala An-Nis-yaan  (النِّسْيَانُ) dalam lisan bahasa Arab yang sering kita ucapkan sering diartikan ‘lupa’. Padahal, an-nis-yaan merupakan shifat  fi’liyyah khabariyyah  yang tsaabit bagi Allah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebelum kita bahas apa makna an-nis-yaan, mari kita cermati dalil-dalil yang ada dalam kedua sumber tersebut : Dalil Al-Qur’an Allah  ta’ala  berfirman : الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ  نَنْسَاهُمْ  كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ “(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini, Kami  melupakan  mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”  [QS. Al-A’raaf : 51].

Menjawab Pertanyaan “Di manakah Allah?”

Menjawab Pertanyaan “Di manakah Allah?” Jawaban pertanyaan “Di Manakah Allah?” sangat jelas dalam sebuah hadits di mana Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  pernah bertanya kepada seorang budak, أَيْنَ اللَّهُ “ Di manakah Allah? ” Lalu budak tersebut menjawab, فِى السَّمَاءِ “Di atas langit” Perhatikan teks lengkap haditsnya berikut, ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍْﻟﺤَﻜَﻢِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺘِﻠْﻚَ ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻮْﺩَﺍﺀَ ﻗﺎَﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻋْﺘِﻘْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ “Dari Mu’awiyah bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada budak wanita tersebut: ’Di mana Allah?’ Budak itu menjawab, ’Di atas langit’. Rasul bertanya lagi, ’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab, ’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berka