Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sufi

Penyimpangan-Penyimpangan dalam Perkara Al-Mahdi

Penyimpangan-Penyimpangan dalam Perkara Al-Mahdi  Telah dikemukakan di awal pembahasan ini tentang sikap yang benar terhadap munculnya Al-Mahdi. Namun demikian, ada saja yang salah dalam menyikapi berita akan munculnya Al-Imam Al-Mahdi. Secara garis besar, kesalahan sikap tersebut dapat kita bagi menjadi tiga:  Pertama : mereka yang menggantungkan segala harapan akan munculnya Al-Mahdi, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa daulah Islam tidak akan tegak kecuali dengan kemunculannya. Dan ini berdampak kepada kemalasan untuk berbuat.  Kedua : mereka yang mengingkari munculnya Al-Mahdi atau meragukannya.  Ketiga : mereka yang memanfaatkan keyakinan ini demi kepentingan tertentu. Sehingga menjadikan kemunculannya sebagai momentum untuk meraih apa yang diinginkan, dengan cara mengaku-ngaku dirinya sebagai Al-Mahdi, atau menciptakan Al-Mahdi palsu.  Berikut ini perincian dari ketiganya:  Golongan pertama, di antara mereka adalah orang-orang Shufi (Sufi).  Men...

Pendidikan Karakter Dalam Tasawuf Modern Hamka dan Tasawuf Transformatif Kontemporer

Pendidikan Karakter Dalam Tasawuf Modern Hamka dan Tasawuf Transformatif Kontemporer  PENDAHULUAN   Sufistik, sebagai pola hidup pada sebagian masyarakat di kota-kota besar sekarang ini, bahkan mereka mulai tertarik untuk mempelajari dan mempraktikkan pola hidup sufistik. Hal ini dapat dilihat dari munculnya buku-buku tasawuf, kajian-kajian tasawuf dan maraknya kelompok-kelompok sufistik di berbagai tempat.  Fenomena tersebut di atas, menunjukkan bahwa agama telah dibawa ke wilayah industri dan digitalisasi. Kitab suci masuk ruang internet, diolah ke dalam MP3, pesantren virtual, dan lain-lain. Fenomena tersebut menarik untuk dikaji mengingat betapa pongahnya masyarakat modern ketika puncak kehidupannya yang rasional, empiris telah membawa mereka ke puncak peradaban. Tulisan ini mencoba menguraikan konsep pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Hamka dalam tasawuf modernnya dan pendekatan tasawuf transformatif kontemporer.  Pendidikan Karakter Dalam Pendekatan Tasaw...

Penetapan Nama Allah Berdasarkan Hakikat, Bukan Majaz (Kiasan)

Gambar
Penetapan Nama Allah Berdasarkan Hakikat, Bukan Majaz (Kiasan)  Keyakinan yang benar dibangun di atas ketetapan Al-Quran dan Sunah berdasarkan pemahaman salafushaleh dari kalangan para shahabat, tabiin dan para imam terpercaya. Mereka semua sepakat bahwa sifat milik Allah yang tertera dalam Kitab dan Sunah ditetapkan tanpa takyif (dirinci bagaimananya) tanpa tamtsil (diserupakan dengan makhluk), tanpa ta'thil (digugurkan/tidak diakui)  dan tanpa ta'wil (dicarikan makna lainnya di luar makna bahasanya). Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara sifat dzat, sifat maknawiyah, sifat khabar dan logika. Maka, seluruh berita yang shahih tentang-Nya, wajib ditetapkan milik Allah Ta'ala.  Al-Quran dan Sunah diturunkan untuk mengenalkan kepada para hamba tentang sifat-sifat dzat yang mereka sembah. Hal ini tidak dapat terwujud kecuali memahami perkataan berdasarkan hakikatnya, sebagaimana halnya tersebut merupakan landasan dalam pembicaraan. Al-Quranul Adzim telah disampaikan oleh R...

Mengaku Bertemu Nabi Dalam Keadaan Sadar, Apakah Kemusyrikan?

Simak uraian Ust.  Dr. Ariful Bahri, Lc., M.A  berikut : Mengaku Bertemu Nabi Dalam Keadaan Sadar, Apakah Kemusyrikan?  Perlu diketahui bahwa ada dua masalah yang berkaitan dengan hal ini, yaitu masalah bertemu Rasulullah di dalam mimpi, dan bertemu beliau dalam keadaan sadar setelah beliau wafat.  Pertama: Bertemu Rasulullah di dalam mimpi  Hal ini mungkin terjadi, dan tidak ada perselisihan di antara Ulama. Berdasarkan hadits berikut ini:   نْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَمَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ  Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku. Karena sesungguhnya syaithan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja...

Wihdatul Wujud

Simak full video :  https://youtu.be/ WIHDATUL WUJUD Oleh : Ustadz Muhammad Ashim bin Musthafa Hakikat Keyakinan Wihdatul Wujud dan Pelopornya Keyakinan wihdatul wujud, merupakan pemahaman ilhadiyah (kufriyah) yang muncul setelah dipenuhi dengan keyakinan hulul. Yaitu, dalam istilah Jawa disebut manunggaling kawula lan gusti. Artinya, bersatunya makhluk dengan Tuhan, pada sebagian makhluk. Tidak ada keterpisahan antara keduanya. Muaranya,  segala yang ada merupakan penjelmaan Allah Azza wa Jalla . Tidak ada wujud selain wujud Allah. Hingga akhirnya berpandangan, tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini, kecuali Allah. Pemikiran sesat seperti ini, tidak lain kecuali berasal dari keyakinan Budha dan kaum Majusi.[1] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka (orang-orang yang berkeyakinan dengan aqidah wihdatul wujud) telah melakukan ilhad (penyimpangan) dalam tiga prinsip keimanan (iman kepada Allah, RasulNya dan hari Akhirat). Menurut Syaikhul Is...