Postingan

Menampilkan postingan dengan label Gaya Hidup

Mengapa ketika seseorang sudah kehabisan materi perdebatan, kadang-kadang menyerang pribadi lawan?

Gambar
Simak video foto ilustrasi terkait ini  [ klik disini ] dan [ klik disini ] Mengapa ketika seseorang sudah kehabisan materi perdebatan, kadang-kadang menyerang pribadi lawan? Karena bodoh. Kualitas diskusi soal menyerang pribadi lawan (strawman fallacy) ini salah satu jenis sesat berfikir yabg sangat menyedihkan yang akan merujuk menjadi perdebatan Ad Hominem dan Name Calling .  Saya yakin orang-orang seperti itu tidak tau piramida dalam diskusi pada gambar ini dan tidak sadar dimana posisinya. dan sekali lagi akan aku katakan kalo orang tersebut bodoh Buat orang bodoh yang kalau debat suka ngawur kemana-mana, saya kasih tau ya. Salah satu hukum paling dasar dalam berargumentasi adalah tetap berada dalam konteks (Stay in Context).  Semakin sejalan argumen Anda dengan konteks maka akan semakin kuat, sebaliknya semakin menyimpang argumen Anda dari konteks maka akan semakin lemah.  Kalau kalian paham hal ini maka argumen Anda akan sulit dibantah dan bisa dengan mudah menyerang balik seg

Jika Hati Baik, ...

Jika Hati Baik, ... Jika hati baik , maka baiklah anggota badan yang lain. Jika hati rusak, maka rusak pula yang lainnya. Baiknya hati dengan memiliki rasa takut, rasa cinta pada Allah dan ikhlas dalam niat. Rusaknya hati adalah karena terjerumus dalam maksiat, keharaman dan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya). Dari An Nu’man bin Basyir  radhiyallahu ‘anhuma , Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ “ Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung) ” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Tergantung pada Baiknya Hati Ibnu Rajab Al Hambali  rahimahullah  mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat (ya

Pluralisme Agama; Trend Pemikiran Semua Agama adalah Sama (?)

Simak video berikut : CIKAL BAKAL DAN SIAPA TOKOH ISLAM LIBERAL DI INDONESIA  Oleh : Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA Pluralisme Agama; Trend Pemikiran Semua Agama adalah Sama (?) Oleh Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc.*) Pluralisme agama ( religious pluralism ) adalah di antara ide yang diusung oleh orang-orang yang berpemahaman liberal. Trend pemikiran yang dibangun diatas dasar kebebasan berkeyakinan ini telah melabrak salah satu pilar terpenting dalam kehidupan beragama; yaitu tentang klaim kebenaran ( truth claim ) pada setiap agama yang diyakini pemeluknya. Hakikatnya, pluralisme agama adalah agama baru yang mencoba meruntuhkan nilai-nilai fundamental agama-agama, termasuk Islam. Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama ada

Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya

Gambar
عَلِّمُوْا أولادكم فإنهم خُلِقُوْا لزمان غير زمانكم Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (H.R. Ali Bin Abi Thalib). علموا أولادكم غير ما علمتم، فإنهم خلقوا لزمان غير زمانكم “Didiklah anak-anakmu dengan sesuatu yang berbeda dari apa yang sudah kamu ketahui, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk sebuah zaman yang zaman itu berbeda dengan zamanmu” . Zaman terus berkembang dan berubah. Orangtua tentu harus banyak belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan perkembangan anak. Sumber :  https://www.facebook.com/ Sumber video :  https://www.facebook.com/ Mendidik anak saat ini : “Gelisahlah masa depannya” “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”  (Ali Bin Abi Thalib) “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.” (Redaksi ini adalah sabda R

Mewaspadai Bahaya Ghulul (Korupsi)

Gambar
MEWASPADAI BAHAYA GHULUL (KORUPSI) Oleh : Ustadz Abu Humaid Arif Syarifuddin Lc Menengok keadaan saat ini, betapa banyak orang yang melakukan perbuatan yang amat tercela ini. Bahkan hampir kita dapati dalam semua lapisan masyarakat, dari masyarakat yang paling bawah, menengah sampai kalangan atas. Khalayak pun kemudian menggolongkan para pelaku korupsi ini menjadi berkelas-kelas. Mulai koruptor kelas teri sampai kelas kakap. Dalam lingkup masyarakat bawah, mungkin pernah atau bahkan banyak kita jumpai, seseorang yang mendapat amanah untuk membelanjakan sesuatu, kemudian setelah dibelanjakan, uang yang diberikan pemiliknya masih tersisa, tetapi dia tidak memberitahukan adanya sisa uang tersebut, meskipun hanya seratus rupiah, melainkan masuk ke ‘saku’nya, atau dengan cara memanipulasi nota belanja. Adapun koruptor kelas kakap, maka tidak tanggung-tanggung yang dia ‘embat’ sampai milyaran bahkan triliyunan. Sejauh mana bahaya perbuatan ini? Kami mencoba mengulasnya dengan mengambil s

Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup

Satu-Satunya Cara Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup ialah Memahaminya Sumber video reel:  https://www.facebook.com/ Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup Al-Qur’an Pedoman Hidup  –  “Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  (Q.S. Yunus 10:57)  “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al-Qur’an  sebagai petunjuk, bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dengan yangn batil.”  (QS. Al-Baqarah: 185) Al-Qur’an bagi orang Islam adalah pedoman hidup, sumber segala hukum yang harus diikuti dalam hidupnya. Al Qur’an, selain sebagai  al-huda  (sumber petunjuk), juga merupakan  asy-syifa  (penyembuh) sebagaimana tertera dalam surah Yunus, ayat 57 di atas. Ibnu Katsir mengatakan, “Syifa bagi penyakit-penyakit dalam dada” artinya, penyakit syubhat, keraguan. Hatinya dibersihkan dari setiap najis d