Postingan

Menampilkan postingan dengan label filsafat

Menafsirkan Al Qur’an dengan Logika

Menafsirkan Al Qur’an dengan Logika Salah satu lagi cara menafsirkan Al Qur’an yang keliru adalah menafsirkan Al Qur’an dengan logika, akal pikiran, tanpa ilmu. Ibnu Katsir mengatakan, “Menafsirkan Al Qur’an dengan logika semata, hukumnya haram.” ( Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim , 1: 11). Dalam hadits disebutkan, وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “ Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka ” (HR. Tirmidzi no. 2951. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini  dho’if ). Masruq berkata, اتقوا التفسير، فإنما هو الرواية عن الله “Hati-hati dalam menafsirkan (ayat Al Qur’an) karena tafsir adalah riwayat dari Allah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 16. Disebutkan oleh Abu ‘Ubaid dalam Al Fadhoil dengan sanad yang shahih) Asy Sya’bi mengatakan, والله ما من آية إلا وقد سألت عنها، ولكنها الرواية عن الله عز وجل “Demi

Pluralisme Agama; Trend Pemikiran Semua Agama adalah Sama (?)

Simak video berikut : CIKAL BAKAL DAN SIAPA TOKOH ISLAM LIBERAL DI INDONESIA  Oleh : Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA Pluralisme Agama; Trend Pemikiran Semua Agama adalah Sama (?) Oleh Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc.*) Pluralisme agama ( religious pluralism ) adalah di antara ide yang diusung oleh orang-orang yang berpemahaman liberal. Trend pemikiran yang dibangun diatas dasar kebebasan berkeyakinan ini telah melabrak salah satu pilar terpenting dalam kehidupan beragama; yaitu tentang klaim kebenaran ( truth claim ) pada setiap agama yang diyakini pemeluknya. Hakikatnya, pluralisme agama adalah agama baru yang mencoba meruntuhkan nilai-nilai fundamental agama-agama, termasuk Islam. Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama ada

AKIDAH KEKUFURAN TOKOH SUFI.

Gambar
DAFTAR LENGKAP AKIDAH KEKUFURAN TOKOH SUFI.  Buta syariat Sibuk tarekat Ngaku ma'rifat Akhirnya gila dan sesat Bukti kesesatan ajaran Tasawuf betapa sesatnya manusia pun bisa menjadi Allah.  Keterangan para ulama bahwa ajaran Tasawuf bukan dari Islam. Bahkan ajaran ini merupakan kumpulan dari ajaran-ajaran sesat yang berusaha disusupkan ke tengah-tengah umat untuk menjauhkan mereka dari agama Islam yang benar. Kesesatan-Kesesatan Ajaran Tasawuf (tarekat) Di antara sekian banyak kesesatan ajaran Tasawuf adalah : 1. Wihdatul Wujud Wihdatul Wujud,yakni keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala dapat masuk ke dalam makhluk-Nya. Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, Jilid 2 hal

TOKOH ASY'ARIYAH : IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH Dan PEMIKIRAN YANG MENYIMPANG

Gambar
IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH Ibnu TUMART adalah orang tokoh Asy’ariyah yang pernah berguru kepada Abu Hamid Al-Ghazali, dan beliau mempunyai kedudukan yang sangat agung di khalayak para penganut madzhab Asya’irah. As-Subki mengatakan perihal tentangnya: “Beliau adalah orang yang terdekat Abdul Mu’min sang raja di Maroko, beliau adalah seorang yang shalih, Zuhud, Waro’ dan seorang Faqih.... Beliau mendalami fiqih dengan bermadzhab Syafi’i, dan membela Aqidah madzhab Asy’ari” ( Thobaqoh Syafi’iyah VI/109) Bahkan Risalah yang dia tulis dengan Judul “Aqidah Mursyidah”, merupakan Risalah yang sangat diagungkan oleh kalangan Asya’irah. Berkata Muhammad bin Yusuf As-Sanusi: “Para Ulama (Asya’irah) telah bersepakat akan kebenaran Aqidah (yang terdapat dalam kitab ini) bukan yang lainnya, dan risalah itu merupakan Risalah yang lurus dan bisa menunjukkan kejalan yang lurus” (Syarah Mursyidah oleh Sanusi) Dan berkata Al’Alai: “ Risalah Aqidah Mursyidah ini telah ditulis dengan berada diatas ja

CIRI AHLUL BID'AH MALING TERIAK MALING

ALLAH DI LANGIT : Allah lah yang mengatakan bahwa Dia Allah di langit bersemayam diatas  ‘Arsy  di dalam Al-Qur an, sbb : إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ … “Sesungguhnya Tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas  ‘Arsy …” (al-A’raf (7): 54). Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas  ‘Arsy  diulang dalam Al-Qur an sebanyak 8 kali, yaitu ; pada surat Yunus (10): 3, ar-Ra’d (13):2, Thaha (20):5, al-Furqan (25):59, al-Qasas (28):14, as-Sajdah (32): 4, Fushilat (41): 11, an-Najm (53): 6 dan al-Hadid (57): 4 Ayat-ayat tersebut semuanya menjelaskan bahwa Allah bersemayam diatas  ‘Arsy . Allah berada di ‘arsy dan ‘arsy-Nya di langit, sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut: Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘arsy.’’ (QS Thaha: 5). Ayat tersebut begitu tegas menjelaskan bahwa Allah berada di ‘arsy. Dalam ayat lain,

Ta’wil Terhadap Ayat Tentang Sifat Allah dan hukumnya

Simak penjelasan di video berikut : "Di sinilah letak kesalahan kelompok Asyairah" Oleh : Dr Helmi Basri, Lc, MA (Doktor Alumni Maroko, Dosen UIN Suska Riau) Sumber video :  https://fb.watch/ Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz Ta’wil Terhadap Ayat Tentang Sifat Allah Ta’wil  (penyelewengan makna) terhadap ayat maupun hadits tentang sifat-sifat Allah.  Yang melakukan  ta’wil  adalah kelompok  Jahmiyah  dan  Mu’tazilah . Demikian pula kelompok  ‘Asyairah  yang melakukan  ta’wil  terhadap sebagian sifat Allah. Adapun  Ahlussunnah wal jamaah   dikenal bahwasanya akidah mereka meyakini dengan benar dan tidak melakukan  ta’wil . Mereka meyakini terhadap ayat dan hadits tentang sifat sebagaimana adanya tanpa melakukan  tahrif ,  ta’thil , dan tidak pula  takyif  maupun  tamtsil . Hal itu semua tidak pernah dilakukan terhadap sifat-sifat Allah seperti sifat  al istiwa’ ,  al   qadam  (telapak kaki),  al yad  (tangan),  al ashabi ’ (jari-jamari),  ad dhahak  (tertawa),  ar ridha  (ridh

Kecerdasan Imam Ahmad Menjawab Tuduhan Al-Quran Sebagai Makhluk

Sumber video :  https://youtu.be/EvqFdl7S5Zo Kecerdasan Imam Ahmad Menjawab Tuduhan Al-Quran Sebagai Makhluk Imam Ahmad bin Hanbal hidup di Zaman yang pada saat itu kelompok Mu’tazilah sedang gencar-gencarnya menyuarakan bahwa al-Quran disebut Kalamullah adalah Makhluk. Sedangkan makhluk bersifat  Hadits  (baru) bukan  Qadim . ----- Kaum Muktazilah mendapat angin segar dan dimanja oleh Khalifah Al-Makmun hingga menjadikannya mazhab resmi negara, dan memaksa lawan ideologisnya untuk mengakui “Al-Qur’an sebagai makhluk”. Imam Ahmad bin Hanbal mengasingkan diri dari semua perdebatan di masanya, dan memilih hidup seperti salaf, meniru gaya hidup mereka. Sehingga kalangan salafi yang ada saat ini mengaku bahwa dia pengikut Imam Ahmad namun fakta mengatakan sebaliknya. Orang pertama yang mengatakan Al-Quran makhluk adalah Al-Ja’ad bin Dirham. Di masa Harun Ar Rasyid (193 H) belum ada kegairahan untuk mengadopsi pemikiran ini. Baru pada masa Al-Makmun (218 H) pemikiran ini diadopsi karen

Al-Quran Kalamullah Dan Bukan Makhluk

Dalil Al-Qur’an adalah Kalamullah Firman Allah  Ta’ala : وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ “Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah (Al-Qur’an), kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”  (At-Taubah: 6). Sisi Pendalilan: Yang dimaksud dengan Kalamullah di dalam ayat ini adalah Al-Qur’an, sebagaimana yang disebutkan Ibnu Katsir  rahimahullah  dalam Tafsirnya. Dalam Ayat ini, kata “Kalam/Firman” disandarkan kepada kata “Allah”, sedangkan Kalam (firman)  bukanlah  sesuatu yang berdiri sendiri yang terpisah dari diri Allah seperti makhluk, akan tetapi sesuatu yang ada pada Allah sebagai sifat bagi-Nya, dengan demikian Kalamullah (Al-Qur’an) dalam ayat ini, bukanlah makhluk. Allah  Ta’ala

ASWAJA SUFI MENIRU-NIRU SYIAH..? ATAUKAH SEBALIKNYA..?!

ASWAJA SUFI MENIRU-NIRU SYIAH..? ATAUKAH SEBALIKNYA..?! (Studi banding antara aqidah tokoh syi’ah: Al-Khumaini dan aqidah kaum sufi: At-Tijaani, Alwi Al-Maaliki, Habib Al-Jufri, dan Habib Munzir) Sungguh kita menemukan permusuhan yang sangat sengit dari kaum syi’ah dan aswaja imitasi (baca: sufi) terhadap aswaja asli (baca: salafy atau yang dinamakan oleh kaum sufi sebagai wahabi). Seakan-akan musuh mereka hanyalah kaum wahabi. Ada apa gerangan antara Syi’ah dan Aswaja, kenapa sama-sama bersepakat memusuhi kaum wahabi..??!! Rahasianya adalah adanya kesamaan antara dua kelompok ini, terutama dalam peribadatan kepada penghuni kuburan dan para wali !!! Tidak heran jika SYI’AH & ASWAJA SUFI: Sama-sama hobi meninggikan kuburan…??!! Sama-sama hobi beribadah di kuburan…??!! Sama-sama hobi meminta dan beristighotsah kepada penghuni kuburan..??!! Sama-sama hobi mencari barokah dari pasir yang ada dikuburan para wali?? Sama-sama berlindung di balik topeng “cinta kepada Ahlul Bait…”, atau