Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puasa

Perbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil di Bulan Zulhijah

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا  “Dulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1-10 Dzulhijjah. Mereka berdua mengucapkan kalimat takbir kemudian orang-orang pun bertakbir disebabkan karena mendengar takbir mereka berdua.” (HR. Bukhari) Perbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil di Bulan Zulhijah  Bulan Zulhijah selalu identik dengan ibadah haji dan umrah, Iduladha, dan puasa Arafah. Sayangnya, amalan memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil di bulan Zulhijah kurang begitu populer di kalangan umat Islam. Padahal amalan ini memliki landasan yang kuat di dalam QS. Al-Hajj ayat 28.  “Al-ayyam al-ma’lumat” dalam QS. Al-Hajj ayat 28 adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, “al-ayyam al-ma’lumat adalah hari-hari  yang sepuluh”. Karenanya, para ulama menganjurkan agar umat Islam memperbanyak ...

Puasa Arafah, Haruskah Bertepatan Dengan Wukuf?

Puasa Arafah, Haruskah Bertepatan Dengan Wukuf?  Puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah disunahkan bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah Haji (tidak sedang wukuf di Arafah). Hal ini sesuai dengan beberapa hadis Nabi saw, antara lain sebagai berikut,  عَنْ أَبِى قَتَادَةَ الأَنْصَارِىِّ رَضِىَ الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ … صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ …  [رواه الجماعة إلا البخارى والترمذى].  Dari Abū Qatādah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw ditanya … tentang puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: (Puasa hari Arafah itu) menghapus dosa-dosa satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang… [HR jemaah ahli hadis kecuali al-Bukhārī dan at-Tirmiżī].   عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَ...

Idul Fitri Bukan Kembali Suci

Idul Fitri Bukan Kembali Suci  Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,  Kita akan membahas anggapan yang tersebar hampir di seluruh lapisan masyarakat, " Idul fitri = kembali suci". Masyarakat, bahkan para tokoh agama, sering mengartikan idul fitri dengan kembali suci. Mereka mengartikan ‘id dengan makna kembali dan fitri diartikan suci.  Para khatib seringkali memberi kabar gembira kepada masyarakat yang telah menyelesaikan ibadah selama ramadhan, bahwa pada saat idul fitri mereka telah kembali suci, bersih dari semua dosa antara dia dengan Allah.  Kemudian diikuti dengan meminta maaf kepada sesama, tetangga kanan-kiri. Sehingga usai hari raya, mereka layaknya bayi yang baru dilahirkan, suci dari semua dosa. Tak lupa sang khatib akan mengkaitkan kejadian ini dengan nama hari raya ini, idul fitri. Dia artikan ‘Kembali Suci’. Turunan dari pemaknaan ini, sebagian masyarakat sering menyebut tanggal 1 syawal dengan ungkapan ‘hari yang fitri’.  ...

TIDAK PERLU MENCARI TANDA MALAM LAILATUL QADAR

TIDAK PERLU MENCARI TANDA MALAM LAILATUL QADAR Sebenarnya kita tidak perlu mencari tanda malam lailatul qadar. Kita cukup banyak ibadah saja di sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadhan, maka kita akan mendapatkan keutamaan malam yang ada. Tanda malam lailatul qadar nampak pun setelah malam tersebut berlalu. Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي “Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fathul Bari, 4: 260) Di antara yang menjadi dalil perkataan beliau di atas adalah hadits dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا. “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari...

Shalat Tarawih 11 ataukah 23 dan ataukah 13 Raka’at ?

Gambar
Shalat Tarawih 11 ataukah 23 dan ataukah 13 Raka’at ? Sebenarnya dalam permalasalahan jumlah raka’at shalat tarawih tidak ada masalah sama sekali. Tidak ada masalah dengan 23, 13 raka’at atau 11 raka’at. Semoga kita bisa semakin tercerahkan dengan tulisan berikut.  Shalat Tarawih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam   Dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, dia mengabarkan bahwa dia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan?”. ‘Aisyah mengatakan,  مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً  “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.” (HR. Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)  Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alai...

ADAKAH PEMBAGIAN RAMADHAN MENJADI TIGA BAGIAN

ADAKAH PEMBAGIAN RAMADHAN MENJADI TIGA BAGIAN Terdapat dua hadis yang menyebutkan hal ini: Pertama ,​ hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار “Awal bulan Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka).”​​ Disebutkan dalam Silsilah Adh-Dhaifah (kumpulan hadis dhaif), “Hadits ini disebutkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa, hlm. 172; Ibnu Adi dalam Al-Kamil fid Dhu’afa’, 1:165; Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus, 1/1:10–11; dengan sanad: dari Sallam bin Siwar dari Maslamah bin Shult dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Al-Uqaili mengatakan, ‘Tidak ada bukti dari hadis Az-Zuhri.’ Ibnu Adi mengatakan, ‘Sallam bin Siwar, menurutku dia munkarul hadits (perawi hadis munkar), sedangkan Masmalah bin Shult tidak banyak dikenal.’ Demikian pula komentar Adz-Dzahabi. Sedangkan Maslamah, telah dikomentari Abu Hatim, ‘Matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan),’...

Hukum Takbir Jama’I Sebelum Shalat Id

Sumber video :  https://www.facebook.com/ Takbir Hari Raya oleh Imam dan Muadzin Masjidil Harram'Makkah Al Mukaramah dilaksanakan sendiri-sendiri bergantian. Hukum Takbir Jama’I Sebelum Shalat Id Pertanyaan Sebelum shalat id, orang-orang melakukan zikir jama’i, apakah ini bid’ah atau dianjurkan dalam shalat id? Kalau hal itu dianggap bid’ah, apa yang perlu dilakukan, apakah keluar dari tempat shalat hingga shalat dimulai? Teks Jawaban Alhamdulillah. Takbir dalam shalat id, termasuk sunah yang dianjurkan oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam, ia termasuk salah satu ibadah dari seluruh ibadah-ibadah lainnya. Dimana cukup dengan apa yang ada, tidak diperbolehkan membuat yang baru dalam tata caranya. Akan tetapi cukup dengan apa yang ada dalam sunah dan atsar. Para ulama fikih kami telah menelaah dalam takbir jama’I sekarang, mereka tidak mendapatkan sandaran dari dalil-dalil sehingga mereka menfatwakan dengan bid’ah. Hal itu bahwa setiap yang baru dalam pokok ibadah atau dalam tat...

PANDUAN SHALAT IDUL FITHRI DAN IDUL ADHA

PANDUAN SHALAT IDUL FITHRI DAN IDUL ADHA  Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal, MSc Hukum Shalat ‘Ied Menurut pendapat yang lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim[1]. Dalil dari hal ini adalah hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata, أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ. “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”[2] Di antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani).[3] Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya. ...