Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Hadis Palsu : Kisah Sahabat Nabi Ukasyah Pukul Nabi

Pernah dengar kisah berikut? Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah  ﷺ  sebelum wafat. Rasulullah  ﷺ  telah jatuh sakit agak lama, sehingga keadaan beliau sangat lemah. Pada suatu hari, Rasulullah  ﷺ  meminta Bilal memanggil semua Sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dgn para Sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt Taushiyah dari Rasulullah  ﷺ Beliau duduk dgn lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yg tengah dideritanya. Kemudian Rasulullah  ﷺ  bersabda: "Wahai sahabat2ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kpdmu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yg layak disembah?" Semua Sahabat menjwb dgn suara bersemangat, "Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah." Kemudian Rasulullah  ﷺ  bersabda: "Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kep

Hukum Shalat Berjamaah Di Masjid

Simak vedeo dan uraian  Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله, berikut : KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA’AH Wahai saudaraku, semoga Allâh mengaruniakan rahmat-Nya kepadamu… Ketahuilah bahwa shalat lima waktu harus kita kerjakan dengan berjama’ah. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk shalat berjama’ah. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan keutamaan shalat berjama’ah, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: صَلَاةُ الرَّجُلِ فِـي الْـجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَىٰ صَلَاتِهِ فِـيْ بَيْتِهِ ، وَفِـيْ سُوْقِهِ ، خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ ضِعْفًا ، وَذٰلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ ، فَإِذَا صَلَّىٰ  لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّـيْ عَلَيْهِ مَا دَامَ فِـيْ مُصَلَّاهُ: اَللّٰهُمَّ صَلِّ

Hati-hati dengan fenomena youtubers

Menjadi YouTuber saat ini sangat digandrungi. Tidak banyak orang menjadikannya sebagai profesi. Tujuan YouTuber dari mulai sekadar berbagi informasi hingga tujuan mendapatkan uang dari iklan Youtube. YouTuber dijadikan profesi lantaran dapat menghasilkan uang puluhan juta bahkan miliaran rupiah. Lalu, penghasilan atau uang yang dihasilkan saat menjadi YouTuber itu, apakah halal atau haram? Dilansir dari laman MUI, 24 September 2021, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI KH Abdul Muiz Ali menyatakan penghasilan dari YouTube itu bisa halal dan bisa jadi haram. "Akun YouTube dan media sosial lainya adalah alat media ( wasilah ). Sedangkan hukum memanfaatkanya tergantung pada penggunaanya," kata Abdul Muiz. Lanjutnya, berprofesi sebagai YouTuber bisa jadi tergolong aktivitas yang mulia dan menuai pahala jika konten yang disebarkan ke sosial media berupa sesutau yang positif. "Seperti menyeru kebajikan ( ma’ruf ), mencegah yang dilarang ( munkar ), motifasi ibadah, mempererat sil

DITEMPAT LAHIR DAN WAFAT NYA RASULULLAH tidak ada perayaan maulid Nabi

DITEMPAT LAHIR DAN WAFAT NYA RASULULLAH  tidak ada perayaan maulid Nabi, lantas mengapa ditempat lain harus ada? Alhamdulillah ini salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap agama nya tempat yang diimpikan oleh semua muslim untuk didatangi, Yaitu Mekkah dan Madinah. nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda : إنَّ الإِيْماَنَ لَيَأْزِرُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ كَمَا تأْزِرُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا Sesungguhnya iman akan kembali ke kota Madinah sebagaimana ular kembali kelubang atau sarangnya. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim) Tunjukkanlah kecintaan kita terhadap Nabi ﷺ dengan ittiba (mengikuti jalan)nya, bukan dengan ibtida' berbuat bidah. Semoga Allah menjaga Saudi pemimpin dan ulamanya. Baca juga : " Sejarah Mualid Nabi dan dikategorikan amalan bid'ah "

Hati-hati dengan kenikmatan dunia yang diperoleh

Gambar
Renungkanlah ayat dibawah ini: فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُڪِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٲبَ ڪُلِّ شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَـٰهُم بَغۡتَةً۬ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44) Bisa jadi ada yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat. Ia tempuh jalan kesyirikan –lewat ritual pesugihan- misalnya, dan benar ia sukses dalam karir dan cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan kesuksesan dan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj.  Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah. Dari

Pernah dengar kalimatn ini : "Aku manusia, yang takut neraka, namun aku juga tak pantas di surga"

Pernah dengar kalimat ini   tidak?! "Aku manusia, yang takut neraka, namun aku juga tak pantas di surga" Ya.. Sebagian orang terlalu berlebihan dan salah paham tentang keikhlasan. Orang yang beramal saleh karena mencari surga dinamakan oleh Robi’ah Al-‘Adawiyah dengan “Pekerja yang buruk” (Ihyaa’ Uluum ad-Diin 4/310). Demikian juga Al-Gozali menyifati orang yang seperti ini dengan orang yang ablah (dungu). (Ihyaa Uluumid Diin 3/375). Tentunya klaim di atas adalah klaim yang keliru, karena yang namanya ikhlas adalah seseorang beramal dengan mengharap segala apa yang ada di sisi Allah, yaitu mengharap surga dengan segala kenikmatannya, termasuk pula dalam hal ini adalah ingin melihat Allah di akhirat kelak. Begitu pula yang namanya ikhlas adalah seseorang beribadah karena takut akan siksa neraka. Inilah yang namanya ikhlas. Jika seseorang tidak memiliki harapan untuk meraih surga dan takut akan neraka, maka semangatnya dalam beramal pun jadi lemah. Namun, jika seseorang dalam b

Tidak Semua Pendapat Dalam Khilafiyah Ditoleransi

Seringkali kita dapatkan ketika para da’i mengoreksi sebuah kesalahan dalam beragama atau memberikan nasehat untuk meninggalkan sesuatu yang salah mereka menghadapi pernyataan-pernyataan seperti “ Sudahlah biarkan saja, ini khan khilafiyah ” atau “ Orang sudah pergi ke bulan koq masih membahas khilafiyah ” atau “ Jangan merasa benar sendiri lah, ini khan khilafiyah ”. Pada hakikatnya pernyataan-pernyataan tersebut datang dari orang-orang yang enggan menerima nasehat tapi tidak bisa membantah karena tidak memiliki ilmu, akhirnya dalih ‘khilafiyah’ pun dipakai. Pada prakteknya, terkadang yang mereka anggap ‘khilafiyah’ itu ternyata bukan  khilafiyah , namun terkadang memang  khilafiyah . Yang ingin kami bahas di sini adalah jika memang ternyata yang dibahas adalah perkara  khilafiyah . Kami akan tunjukkan bahwa tidak semua perkara  khilafiyah  itu bisa ditoleransi, sehingga semuanya dianggap benar dan boleh dipegang. Jika Terjadi Perselisihan Wajib Berhukum Kepada Dalil Bukan ‘Khilafiyah