Hukum Pamer dan Membanggakan Diri dalam Islam


Memamerkan sesuatu yang dimiliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan tentu dilakukan oleh sebagian orang, baik secara langsung maupun di media sosial.

Pamer kekayaan pun menjadi salah satu konten yang cukup banyak dibuat oleh para pembuat konten media sosial akhir-akhir ini.

-----

Baca juga "Hati-hati dengan fenomena youtubers"

-----

Tidak hanya memamerkan harta benda, terdapat juga orang-orang yang kerap membanggakan atau diri sendiri melalui apa yang telah dilakukannya.

Lalu, bagaimana hukum pamer dan membanggakan diri sendiri dalam Islam? Bolehkah hal-hal itu dilakukan?

  1. Pamer

Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk ria.

Dalam Islam, pamer tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Sehingga perlu diketahui terlebih dahulu seperti apa ria, dan bagaimana jika dilakukan di dalam Islam.

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda, maka dosa yang didapatkan juga beratnya tidak sama.

Berikut adalah perbuatan yang biasanya merupakan tindakan ria atau pamer adalah tidak ada tujuan untuk mencari pahala dan hanya untuk mencari pengakuan orang lain.

Kemudian tujuan mencari pahala yang sangat lemah, yakni mencari pahala tapi hanya sedikit, serta tujuan mencari pahala sekaligus ria.

Dalam hadis qudsi, Rasulullah SAW menyatakan bahwa Allah tidak suka orang yang ria, dan akan membiarkan orang tersebut bersama sekutunya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: “أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah Tabarak awa Ta’ala berfirman: ‘Aku Zat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barang siapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya itu ia menyekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia bersama sekutunya itu”. (H.R. Muslim.

Akan tetapi, bagaimana jika apa yang kita pamerkan, terutama di media sosial, adalah kebaikan?

إِن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Quran Surat Al-Baqarah: 271).

Dalam Tafsir At-Thabari, Imam Abu Jakfar, Imam Qatadah, Imam Ar-Rabi’, dan ulama lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sedekah sunah, bukan sedekah wajib atau zakat.

Oleh karena itu, Allah tidak melarang kita menampakkan kebaikan-kebaikan yang sunah seperti sedekah, tetapi lebih baik kita merahasiakannya karena lebih aman dari ria.

  1. Membanggakan Diri Sendiri

Sama seperti pamer, sikap membanggakan diri sendiri dapat menjerumuskan seseorang pada perilaku ria.

Bahkan, ditakutkan sikap ria tersebut bisa membuat seseorang sombong, yaitu sikap uang menganggap dirinya yang paling sempurna.

Dalam Quran Surat Luqman ayat 18, Allah SWT telah memperingatkan kepada orang-orang yang memiliki sikap ria atau sombong.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman: 18).

Membanggakan diri atau ujub dan memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain, dapat memunculkan sifat sombong.

Selain itu, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, sikap membanggakan diri juga merupakan perkara yang membinasakan. 

ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub seseorang terhadap dirinya”. (Silsilah Shahihah Nomor 1802).

Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong.

“Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”. (Az-Zumar/39: 72).

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa orang-orang yang sombong adalah para penduduk neraka Jahanam.

إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk surga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan”. (Hadis Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114: Al-Hakim, 2/499).

Baca juga :

Sumber : www.pikiran-rakyat.com

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab