Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Hukum Tambahan Sayyidina Dalam Shalawat

Sumber video :  https://www.facebook.com/ Simak video berikut : Perbedaan pendapat (dalil yang dipakai) antara Ust. Abdul Shomad dengan Ust. Mujiman (Muhammadiyah) Sumber video :  https://youtu.be/Hc6Ey Bca juga :  Hukum Menambahkan Kata “Sayyidina” dalam Ucapan Shalawat menurut Muhammadiyah ( klik disini ) HUKUM TAMBAHAN SAYYIDINA DALAM SHALAWAT Ada beberapa lafazh Shalawat yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang dapat dilihat dalam kitab Shifat Shalât an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Syeikh al-Albani dan semuanya tanpa ada tambahan lafazh Sayyidina. Diantara Shalawat yang paling shahih dan masyhur adalah dua bentuk lafazh Shalawat yaitu : Lafazh yang disampaikan dalam hadits Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu yang berbunyi: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ؛ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ. اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ

WAJIB BERBAKTI DAN TAAT KEPADA ORANG TUA SELAMA PERINTAHNYA TIDAK MENYALAHI SYARIAT

Sumber suara latar belakang:  https://www.facebook.com/ WAJIB BERBAKTI DAN TAAT KEPADA ORANG TUA SELAMA PERINTAHNYA TIDAK MENYALAHI SYARIAT وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya d

Memaknai Memakmurkan Mesjid

MEMAKMURKAN MASJID SIFAT TERPUJI YANG IDENTIK DENGAN IMAN KEPADA ALLÂH SUBHANAHU WA TA’ALA Oleh : Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA Allâh Azza wa Jalla berfirman: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allâh, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allâh)” [At-Taubah/9:18] Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allâh Azza wa Jalla dengan semua bentuk pemakmuran masjid. Perbuatan terpuji ini sekaligus menjadi bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Firman Allâh Subhanahu wa

Sejarah Kubah Hijau di Madinah

KUBAH HIJAU DI MADINAH, SEJARAH, HUKUM MEMBANGUN DAN MEMBIARKANNYA Pertanyaan Jika kubah hijau yang berada di atas kuburan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam termasuk bid’ah yang menjurus kepada syirik, mengapa Pemerintahan Saudi tidak menghilangkannya? Jawaban : Pertama:  Sejarah Kubah Hijau Kubah yang ada di atas kuburan Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam, dahulu tidak ada hingga abad ketujuh. Yang (pertama kali) membangunnya adalah Sultan Qalawun. Dahulu berwarna kayu, kemudian berwarna putih, biru dan hijau. Dan warna hijau yang berlanjut hingga sekarang. Ustadz Ali Hafid hafizahullah berkata: “Belum pernah ada kubah di atas kamar yang suci (kuburan Nabi). Dahulu di atap masjid yang sejajar dengan kamar ada kayu memanjang setengah ukuran orang untuk membedakan antara kamar dengan sisa atap masjid lainnya. Sultan Qalawun As-Shalihi yang pertama kali membuat kubah di atas kuburan tersebut. Dikerjakan pada tahun 678 H, berbentuk empat persegi panjang dari sisi bawah, sedangkan atasnya

Maqam Ibrahim Batu dari Surga, Batu Pijakan Pembangun Ka'bah

Maqam Ibrahim yaitu batu pijakan Nabi Ibrahim sewaktu membangun kembali Ka’bah yang dapat naik turun seperti lift pekerja konstruksi saat ini. (video ilustrasi "lift untuk pekerja konstruksi) Sumber :  https://youtu.be/queiArbXPUg Maqam Ibrahim Batu dari Surga, Batu Pijakan Pembangun Ka'bah Maqam Ibrahim adalah tempat pijakan Nabi Ibrahim waktu membangun Ka’bah. Tempat pijakan itu adalah batu ajaib yang dikaruniakan Allah sebagai mukjizat kepada Nabi Ibrahim, di mana batu itu dapat bergerak naik turun sesuai kemauan Nabi Ibrahim ketika beliau membangun tembok Ka’bah. Telapak kaki Nabi Ibrahim membekas di batu pijakan itu. pijakan itu diturunkan oleh Allah dari surga bersama-sama dengan Hajar Aswad. Kedua batu yang menjadi “asesoris” Baitullah ini telah dimuliakan Allah dengan firman-Nya: “Padanya (Baitullah) terdapat tanda-tanda yang nyata di antaranya maqam Ibrahim” (QS. Ali Imran:125) “Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS al-Baqarah: 125). Sep

Untaian Nasihat Luqmân Untuk Buah Hatinya

UNTAIAN NASIHAT LUQMAN UNTUK BUAH HATINYA Oleh : Ustadz Abu Abdillah Arief Budiman وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.[Luqmân/31:3]. SIAPAKAH LUQMÂN? Terdapat perselisihan ulama dalam masalah penamaan ayah dan nasabnya, kenabian dan profesi serta sifat-sifat fisiknya.[1] Al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullah menjelaskan, ia adalah Luqmân bin ‘Anqâ bin Sadûn.[2] Sebagian besar ulama Salaf menyatakan, Luqmân rahimahullah bukanlah nabi dan tidak pula mendapatkan wahyu, melainkan ia seorang wali Allah Subhanahu wa Ta’ala yang taat, shâlih, dan bijaksana, yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berbagai keutamaan, berupa kecerdasan akal, kedalaman pemahaman terhadap Isla

3 Tanda Orang yang Akan Dinaikkan Derajatnya Oleh Allah SWT, Sering Terjadi Tapi tak Disadari

Gambar
3 Tanda Orang yang Akan Dinaikkan Derajatnya Oleh Allah SWT, Sering Terjadi Tapi tak Disadari Ciri dan tanda bahwa Allah SWT akan menaikkan derajat seseorang bisa dirasakan melalui tigal hal yang terkadang tak disadari bahkan menjadi keluhan bagi sebagian kalangan. Allah SWT senantiasa akan menaikkan derajat hambanya yang bertaqwa. Terlebih, bagi seorang hamba yang selalu berjuang dengan kesungguhan agar derajatnya diangkat oleh Allah SWT baik di dunia dan akhirat. Pada hakikatnya, Allah SWT akan mengangkat derajat seseorang tergantung bagaimana usahanya untuk menaikkan derajatnya sendiri. Namun, ada tiga tanda bahwa seorang hamba itu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Ada beberapa tanda yang ditunjukkan Allah SWT jika derajat orang itu akan diangkat. Berikut ini tiga tanda orang yang akan Allah SWT angkat derajatnya, simak video berikut : Sumber video :  https://youtu.be/ Tiga tanda orang yang akan Allah SWT angkat derajatnya. 1. Dihadapkan dengan berbagai masalah Ciri