HUKUM MERAYAKAN dan KAPANKAH ISRA' MI'RAJ?


HUKUM MERAYAKAN PERAYAAN ISRA DAN MI'RAJ

Dalam seluruh aspek kehidupan, hendaklah seorang muslim dituntut untuk meneladani Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Oleh karenanya, tidak selayaknya bagi seorang muslim, untuk melakukan suatu ibadah, kecuali bila ia memiliki cahaya petunjuk dan bimbingan dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam, yang menerangkan kepada mereka tata cara ibadahnya walhamdulillah dengan karunia dari Allah Dua tanah suci Al Haramain Asy Syarifain senantiasa terjaga kemurniannya sehingga tidak ada perayaan yang tidak ada tuntutan nya dari syariat Islam.


KAPANKAH ISRA' MI'RAJ?

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz, rahimahullah menjelaskan:

Tidak diragukan lagi bahwa Isra (perjalanan dari Mekkah ke Masjidil Aqsha) dan Mi'raj (perjalanan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha (langit ketujuh) merupakan salah satu tanda kebesaran Allah yang agung dan menunjukkan kebenaran dan keagungan Rasul-Nya, Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam. 

Di sisi lain, hal itu merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan sekaligus menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berkuasa di atas semua makhlukNya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ 

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 
(Al-Isra 1)

Berdasarkan riwayat mutawatir (kabar dari banyak perawi yang tidak mungkin berbohong), bahwa Rasulullah sallallahu alai wa sallam diangkat ke langit, lalu dibukakan pintu-pintunya hingga beliau melewati langit ketujuh hingga Tuhannya berbicara kepadanya apa yang diinginkanNya, lalu diwajibkan kepadanya shalat lima waktu. 

Sebelumnya Allah subhanahu wa Ta’ala mewajibkan lima puluh shalat, namun Nabi kita sallallahu alaihi wa salam berulangkali kembali dan mohon keringanan hingga menjadi lima waktu. Itulah lima waktu yang wajib, namun pahalanya lima puluh, karena kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali. 
Hanya kepada Allah segala pujian dan syukur terhadap semua kenikmatan-Nya.

Tidak ada hadits shahih yang menunjukkan kapan terjadinya peristiwa Isra dan mi’raj, baik di bulan Rajab maupun bulan lainnya. 
Seluruh riwayat yang menunjukkan penentuan waktunya tidak kuat bersumber dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam menurut para ulama ahli hadits. 


Allah memiliki hikmah yang tinggi dengan tidak diketahuinya perkara tersebut. Kalaupun telah ada ketetapannya, umat Islam tetap tidak dibolehkan sedikitpun melakukan ibadah khusus, tidak juga diperkenankan membuat perayaannya. Karena Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat radhiallahu anhum tidak (pernah) merayakannya, tidak juga mengkhususkan dengan sesuatu (ibadah).

Seandainya merayakan perkara tersebut dianjurkan, pasti Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menjelaskan untuk umatnya, baik dengan perkataan atau dengan perbuatan. Kalau sekiranya hal itu terjadi, pasti akan diketahui dan dikenal, dan para shahabat radhiallahu anhum akan meriwayatkannya kepada kita, karena mereka selalu meriwayatkan dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam segala sesuatu yang dibutuhkan umat dan tidak mengabaikan sedikitpun dalam masalah agama. 

Bahkan mereka dikenal paling terdepan dalam semua kebaikan. Seandainya perayaan malam ini dianjurkan, pasti mereka orang yang paling dahulu melaksanakannya. Dan Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling utama dalam memberikan nasehat kepada manusia. Beliau telah menyampaikan risalah dengan sebaik mungkin dan telah menunaikan amanat.

Seandainya memuliakan malam ini dengan merayakannya adalah bagian dari agama, maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak akan melupakannya dan tidak akan beliau sembunyikan. Maka, ketika tidak terdapat sedikit pun (tentang hal ini), maka diketahui bahwa perayaan dan mengagungkannya bukan sedikitpun dari Islam. 


Sungguh Allah telah menyempurnakan agama umat ini, disempurnakan nikmatnya dan mengingkari orang yang membuat ajaran dalam agama tanpa izin dari Allah Ta’ala.

(IslamQA)


Distributed by HIJRAH SALAF

 📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Perbedaan Muhammadiyah dengan Wahabi