Postingan

Menampilkan postingan dengan label motivasi

Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup

Satu-Satunya Cara Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup ialah Memahaminya Sumber video reel:  https://www.facebook.com/ Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup Al-Qur’an Pedoman Hidup  –  “Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  (Q.S. Yunus 10:57)  “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al-Qur’an  sebagai petunjuk, bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dengan yangn batil.”  (QS. Al-Baqarah: 185) Al-Qur’an bagi orang Islam adalah pedoman hidup, sumber segala hukum yang harus diikuti dalam hidupnya. Al Qur’an, selain sebagai  al-huda  (sumber petunjuk), juga merupakan  asy-syifa  (penyembuh) sebagaimana tertera dalam surah Yunus, ayat 57 di atas. Ibnu Katsir mengatakan, “Syifa bagi penyakit-penyakit dalam dada” artinya, penyakit syubhat, keraguan. Hatinya dibersihkan dari setiap najis d

Memaknai Memakmurkan Mesjid

MEMAKMURKAN MASJID SIFAT TERPUJI YANG IDENTIK DENGAN IMAN KEPADA ALLÂH SUBHANAHU WA TA’ALA Oleh : Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA Allâh Azza wa Jalla berfirman: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allâh, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allâh)” [At-Taubah/9:18] Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allâh Azza wa Jalla dengan semua bentuk pemakmuran masjid. Perbuatan terpuji ini sekaligus menjadi bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Firman Allâh Subhanahu wa

Belajar Dulu, Baru jadi Ustadz..?

Simak video berikut : Oleh :  Syaikh Ibn 'Utsaimin Belajar Dulu, Baru jadi Ustadz..? Belajar agama ke guru sangat ditekankan sebelum menyebarkan ilmu.  عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال بلِّغوا عني ولو آية، وحدِّثوا عن بني إسرائيل ولا حرَج، ومَن كذب عليَّ متعمِّدًا فليتبوَّأْ مقعدَه من النار  .رواه البخاري. Dari Abdillah ibn Amr ibn Ash RA, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka.” (HR Bukhari). Hadits ini sangat populer di kalangan para penceramah. Mereka sering menjadikan hadits ini sebagai landasan “kewajiban” menyampaikan ajaran agama Islam.  Sayangnya, banyak di antara mereka, mengutip hadits ini secara tidak utuh, sehingga lepas dari konteksnya. Mereka mengutipnya hanya sebatas “sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”.  Inilah yang membuat mereka mera

BERTANYALAH : "Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

BERTANYALAH Pernah mendengar nama Anthony Robbins? Beliau adalah motivator termahal di dunia yang sudah menginspirasi jutaan orang. Salah satu tips dari Anthony Robbins jika kita ingin selalu mempertahankan semangat yang tinggi adalah dengan Bertanya. Maksudnya;  "Seringlah bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan yang membangkitkan kita untuk berpikir. Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan hidup berkualitas!" Tahukah saudara, empat belas abad silam metode "bertanya" ini sudah lebih dulu diaplikasikan oleh Al-Quran. Lihatlah surat Ar-Rahman, ada satu pertanyaan yang diulang sampai 31 kali. Allah  Ta’ala  berfirman, فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ “Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?”  (Ar-Rahman: 13) "Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" jika kita bisa menjawabnya dengan 31 jawaban berbeda, maka bersiaplah hidup kita akan lebih berkualitas! Nikmat umur, nikmat sehat, nikmat harta, dan berapa banyak lagi

Mau Tahu Rezeki yang Paling Besar?

Mau Tahu Rezeki yang Paling Besar? Sebagian kita menyangka bahwa rezeki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. "Perlu kita ketahui bahwa rezeki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah)". Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang shalih. Surga adalah nikmat dan rezeki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rezeki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah  Ta’ala , لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ “ Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezeki yang mulia .” (QS. Saba’: 4) وَمَنْ يُؤْمِنْ بِال

Pintu Rezeki dan Kunci Rezeki yang Paling Mudah dan Luas

Sumber video :  https://youtu.be/ Pintu Rezeki dan Kunci Rezeki yang Paling Mudah dan Luas Beriman seorang hamba bahwa rezeki sudah ada yang menanggung, yaitu Allah ʿAzza wa Jalla Yang Mengaturnya. Hal ini membuat seseorang merasa tenang dan menjadikan jiwanya tenteram, tanpa ada rasa takut atau dibayang-bayangi kekhawatiran. Ia merasa tenang dan lapang dada, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang telah disediakan oleh Allah dan telah ditakdirkan-Nya Subẖānahu wa Taʿālā untuknya,  pasti akan datang kepadanya. Demi Allah! Demi Allah, jika semua orang di muka bumi ini berusaha mencegah Anda dari satu suapan yang telah Allah ʿAzza wa Jalla Kehendaki untuk menjadi rezeki Anda dan telah ditulis untuk Anda, demi Allah, mereka tidak akan bisa mencegahnya. Rezeki Anda akan mendatangi Anda, mereka mau atau tidak, Anda mau atau tidak. Maka dari itu, seseorang harus tenang dan ayem pikirannya, sebagaimana dia harus bertawakal kepada Allah, bergantung kepada-Nya, dan menyerahkan urusannya kepa

Akhlak yang Terlupa

Abu Dzar RA turut meriwayatkan. Ia mengatakan : سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَل أَفْضَلُ قَالَ: إِيمَانُ بِاللَّهِ وَجِهادٌ في سَبيلِهِ قُلْتُ: فَأَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ قَالَ: أَغْلَاهَا ثَمَنَّا وَأَنْفَسُها عِنْدَ أَهْلِهَا قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ قَالَ: تُعِينُ صَائِعًا أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ قَالَ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ قَالَ: تَدَعُ النَّاسَ مِنَ الشَّرِّ فَإِنَّها صَدَقَةٌ تَصَدَّقُ بِهَا عَلَى نَفْسِكَ أَخرجه البخاري في: ٤٩ كتاب العتق Artinya: "Aku bertanya kepada Nabi SAW: 'Apakah amal yang utama? 'Jawabnya: 'Iman kepada Allah dan jihad fi sabilillah. 'Lalu aku tanya lagi: 'Memerdekakan budak mana yang lebih utama?' Nabi SAW menjawab: 'Yang lebih mahal harganya dan yang sangat disayang oleh pemiliknya. 'Abu Dzar bertanya: 'Jika aku tidak bisa melakukan itu?' Nabi SAW bersabda, 'Membantu orang yang melakukan demikian, atau melaksanakan untuk orang yang tidak bisa (mewakili orang yang

Kita Hanya Menyampaikan, Bukan Mengubah Paksa Orang Lain

Kita Hanya Menyampaikan, Bukan Mengubah Paksa Orang Lain Tugas kita hanyalah menyampaikan Sebagaimana firman Allah, وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ “Dan kewajiban kami tidak lain HANYALAH MENYAMPAIKAN (perintah Allah) dengan jelas.” (QS. Yasin: 17) Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa tugas kita hanya menyampaikan, apabila diterima maka alhamdulillah, apabila ditolak, maka sudah bukan kewajiban kita (mengubah paksa). Beliau berkata, وإنما وظيفتنا -التي هي البلاغ المبين- قمنا بها، وبيناها لكم، فإن اهتديتم، فهو حظكم وتوفيقكم، وإن ضللتم، فليس لنا من الأمر شيء. “Tugas kami hanyalah menyampaikan dengan ilmu yang jelas, kami lakukan dan kami jelaskan bagi kalian. Apabila kalian mendapat hidayah, maka itulah keberuntungan dan taufik bagi kalian. Apabila kalian tetap tersesat, maka tidak ada kewajiban bagi kami lagi (mengubah paksa).” [Lihat Tafsir As-Sa’diy] Menyampaikan dengan ilmu ilmiah  dan cara yang lembut dan hikmah  Inilah yang disebut dengan “hidayah al-i

Masih Muda Di Usia 300 Tahun Namun Tua Di Usia 60 Tahun

Masih Muda Di Usia 300 Tahun Namun Tua Di Usia 60 Tahun Cerita tentang hidup dan mati adalah sesuatu yang tidak ada habisnya, sebab kematian adalah sesuatu yang sudah di takdirkan oleh Allah SWT dan bersifat sangat rahasia hingga tidak ada satupun yang mengatahui kapan ajal akan menjemput selain Allah yang maha mengetahui. Maka dari itu sebagai umat manusia yang menghambakan diri padanya kita dihimbau untuk mempersiapkan bekal untuk di akhirat kelak dengan memperbanyak amal kebaikan. Dalam satu riwayat dikisahkan Nabi Nuh AS melihat seorang wanita menangis, menyaksikan hal tersebut Nabi Nuh menghampiri wanita tersebut seraya bertanya apakah gerangan yang menyebabkan wanita itu meneteskan air mata. “Wahai ibu mengapa kamu menangis?", tanya Nabi Nuh. Diantara deraian air matanya wanita itu menjawab, “Aku menangisi kematian anakku, dia meninggal di usianya yang masih sangat muda bahkan masih dalam masa keemasannya”. Mendengar ucapan wanita tersebut Nabi Nuh malanjutkan pertanyaan

APAPUN MASALAHMU, BERSUJUDLAH…!

APAPUN MASALAHMU, BERSUJUDLAH…! "NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM, MENJADIKAN SHALAT UNTUK MENGADU KEPADA ALLAH" Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman; وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” [QS. Al-Baqarah/2 : 45-46]. Imam Ibnu Katsir rahimahullah, dalam Tafsir Al-Qur`ani Al-‘Adzhim (1/89) menerangkan ayat di atas dengan bertutur; “Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pijakan bantuan dalam meraih apa yang mereka harapkan dari kebaikan dunia dan akhirat.” Dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata; كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ