Postingan

Menampilkan postingan dengan label motivasi

Terapi Intensif bagi Pelaku Bid’ah

Terapi Intensif bagi Pelaku Bid’ah  Oleh : Sufyan Basweidan  Sebagai pelengkap, rasanya kurang pas kalau kita bicara panjang lebar tentang bid’ah namun tidak memberikan solusi bagi mereka yang telah lama ‘mengidap’ penyakit yang satu ini. Karenanya, kami berusaha untuk menawarkan beberapa terapi yang diharapkan mampu membantu ‘kesembuhan’ mereka.   Terapi pertama: Kenali penyakitnya terlebih dahulu  Seperti layaknya penyakit, sebelum seorang dokter bisa menentukan obat apa yang cocok untuknya, terlebih dahulu ia harus mengadakan diagnosa. Ia harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit yang diderita si pasien, baru kemudian menentukan terapi apa yang cocok untuknya.  Demikian pula bid’ah, ia tak ubahnya seperti penyakit yang menggerogoti agama seseorang. Kalau orang tersebut tidak merasa dirinya sakit, bagaimana ia akan berobat? Oleh karena itu, berikut ini kami sebutkan beberapa pengaruh buruk bid’ah terhadap agama seseorang, mudah-mud...

GILA-kah ANDA?

GILA-kah ANDA?  Ibnu Hazm rahimahullah berkata :  الْعقْلُ وَالرَّاحَةُ وَهُوَ إِطْرَاحُ الْمُبَالاَةِ بِكَلَامِ النَّاس وَاسْتِعْمَال المبالاة بِكَلَام الْخَالِق عَزَّ وَجل، بَلْ هَذَا بَاب الْعقل والراحة كلهَا، مَنْ قَدَّرَ أَنه يَسْلَمُ مِنْ طَعْنِ النَّاسِ وَعَيْبِهِمْ فَهُوَ مَجْنُون  “Kecerdasan dan rileks (istirahat) adalah dengan sikap tidak peduli (cuek bebek) terhadap perkataan/komentar manusia dan dengan memperdulikan/memperhatikan perkataan sang Pencipta Azza wa Jalla. Ini adalah pintu kecerdasan dan seluruh peristirahatan. Barang siapa yang menyangka ia bisa selamat dari celaan manusia dan cercaan mereka maka ia adalah orang gila.” (Al-Akhlaaq wa As-Siyar fi mudawaatin nufuus hal 17)  Sungguh benar pernyataan Ibnu Hazm di atas…, betapapun baik diri anda dan betapa dermawan dan mulia, tetap anda tidak mungkin selamat dari celaan manusia. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkumpulkan padanya banyak sifat yang mulia, kecerdasan, kedermawanan,...

Menikah Sambil Kuliah ? Kenapa Tidak

Menikah Sambil Kuliah ? Kenapa Tidak  Oleh : Dewi Rahmawati   Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Madura Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Menikah merupakan impian semua orang. Selain merupakan ibadah, nikah merupakan buah cinta yang sangat tak ternilai harganya. Tapi bagi sebagian orang, nikah bisa menjadi suatu hal yg menakutkan. Apalagi bagi para jomblowan dan jomblowati yang semakin digerus usia. Dari sisi lain menikah menjadi penghalang karena berbagai faktor, misalnya belum punya rumah, penghasilan pas-pasan, belum bisa bahagiain orang tua, dan yang paling menjadi alasan apalagi bagi mahasiswa, karena masih kuliah dan belum sarjana. Pada Artikel Ini Saya Akan Sharing Tentang Menikah Ketika Kita Masih Kuliah.  Menikah dan kuliah, kedua-duanya merupakan anjuran dalam Agama Islam. Menikah merupakan Sunnah Rasul dan menjadi wajib jika seseorang telah mampu menikah dan jika tidak menikah dikhawatirkan akan berbuat zina bila tidak segera menikah. Begitu juga kuliah ...

Memilih Pasangan Idaman

Memilih Pasangan Idaman  Bismillah, pada kesempatan kali ini kami akan coba membahas terkait cara memilih pasangan dalam islam. Semoga dengan pembahasan ini, kita semua bisa mengamalkannya dalam memilih pasangan idaman.  Terikatnya jalinan cinta dua orang insan dalam sebuah pernikahan adalah perkara yang sangat diperhatikan dalam syariat Islam yang mulia ini. Bahkan kita dianjurkan untuk serius dalam permasalahan ini dan dilarang menjadikan hal ini sebagai bahan candaan atau main-main.  Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,  ثلاث جدهن جد وهزلهن جد: النكاح والطلاق والرجعة  “Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya dianggap serius: nikah, cerai dan ruju.'” (Diriwayatkan oleh Al Arba’ah kecuali An Nasa’i. Dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah)  Salah satunya dikarenakan menikah berarti mengikat seseorang untuk menjadi teman hidup tidak hanya untuk satu-dua hari saja bahkan seumur hidup, insya Allah. Jika demikian, ...

Bagaimana Al Quran Menjelaskan tentang “Tone Deaf”

Gambar
Bagaimana Al Quran Menjelaskan tentang “Tone Deaf” Istilah “ tone deaf ” secara harfiah berarti tuli. Dalam konteks sosial, istilah ini mengacu pada ketidakpekaan seseorang terhadap emosi atau perasaan orang lain. Orang yang dilabeli sebagai  tone deaf  sering kali dianggap tidak memiliki kepekaan sosial atau empati terhadap orang lain. Namun, dalam perspektif Al-Quran, ketidakpekaan ini memiliki dimensi yang lebih mendalam, khususnya ketika berkaitan dengan pemahaman dan penerimaan terhadap kebenaran spiritual. Manusia memperoleh pengetahuan melalui berbagai cara. Bagi beberapa individu yang istimewa, pengetahuan bisa datang melalui wahyu atau inspirasi spiritual yang diberikan oleh Allah. Namun, bagi kebanyakan orang, pengetahuan diperoleh melalui proses berpikir, refleksi, dan informasi yang diterima melalui panca indera, terutama pendengaran dan penglihatan. Tanpa kedua indera ini, memahami dunia sekitar dan eksistensi kita menjadi sulit. Dalam Surah Al-Baqarah, Allah m...

Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup

Satu-Satunya Cara Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup ialah Memahaminya Sumber video reel:  https://www.facebook.com/ Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup Al-Qur’an Pedoman Hidup  –  “Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  (Q.S. Yunus 10:57)  “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al-Qur’an  sebagai petunjuk, bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dengan yangn batil.”  (QS. Al-Baqarah: 185) Al-Qur’an bagi orang Islam adalah pedoman hidup, sumber segala hukum yang harus diikuti dalam hidupnya. Al Qur’an, selain sebagai  al-huda  (sumber petunjuk), juga merupakan  asy-syifa  (penyembuh) sebagaimana tertera dalam surah Yunus, ayat 57 di atas. Ibnu Katsir mengatakan, “Syifa bagi penyakit-penyakit dalam dada” artinya, penyakit...

Memaknai Memakmurkan Mesjid

MEMAKMURKAN MASJID SIFAT TERPUJI YANG IDENTIK DENGAN IMAN KEPADA ALLÂH SUBHANAHU WA TA’ALA Oleh : Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA Allâh Azza wa Jalla berfirman: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allâh, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allâh)” [At-Taubah/9:18] Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allâh Azza wa Jalla dengan semua bentuk pemakmuran masjid. Perbuatan terpuji ini sekaligus menjadi bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Firman Allâh Subhanahu...