Pintu Rezeki dan Kunci Rezeki yang Paling Mudah dan Luas

Sumber video : https://youtu.be/

Pintu Rezeki dan Kunci Rezeki yang Paling Mudah dan Luas

Beriman seorang hamba bahwa rezeki sudah ada yang menanggung, yaitu Allah ʿAzza wa Jalla Yang Mengaturnya. Hal ini membuat seseorang merasa tenang dan menjadikan jiwanya tenteram, tanpa ada rasa takut atau dibayang-bayangi kekhawatiran. Ia merasa tenang dan lapang dada, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang telah disediakan oleh Allah dan telah ditakdirkan-Nya Subẖānahu wa Taʿālā untuknya,  pasti akan datang kepadanya.

Demi Allah! Demi Allah, jika semua orang di muka bumi ini berusaha mencegah Anda dari satu suapan yang telah Allah ʿAzza wa Jalla Kehendaki untuk menjadi rezeki Anda dan telah ditulis untuk Anda, demi Allah, mereka tidak akan bisa mencegahnya.

Rezeki Anda akan mendatangi Anda, mereka mau atau tidak, Anda mau atau tidak.

Maka dari itu, seseorang harus tenang dan ayem pikirannya, sebagaimana dia harus bertawakal kepada Allah, bergantung kepada-Nya, dan menyerahkan urusannya kepada-Nya Subẖānahu wa Taʿālā.

Belumkah kita mendengar sabda Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam:

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah

حَقَّ تَوَكُّلِهِ
dengan sebenar-benarnya tawakal,

لَرَزَقَكُمْ
sungguh, Allah akan Memberikan kalian rezeki

كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ
sebagaimana Dia Memberi rezeki kepada burung;

تَغْدُو خِمَاصاً – يَعْنِي جَائِعًا
ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar

وَتَرُوحُ بِطَانًا – يَعْنِي شَبِعًا – رَوَاهُ أَحْمَدُ
dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad)

Perutnya sudah penuh.

Jadi, seorang hamba harus meyakini hal itu dan mengetahui bahwa segala urusan adalah dari Allah Subẖānahu wa Taʿālā dan kembali kepada-Nya.

وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezeki kalian

وَمَا تُوْعَدُوْنَ 
dan apa yang dijanjikan kepada kalian.” (QS. Adz-Dzariyat: 22)

Jadi, mintalah rezeki kepada Allah, dan bergantunglah kepada-Nya dalam mendapatkannya.

Jangan hanya mengandalkan diri Anda sendiri!

Jangan hanya bergantung kepada kemampuan Anda!

Jangan pula hati Anda berpaling kepada makhluk!

Namun, jadikan perhatian dan hati Anda bergantung kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā.

Ketahuilah bahwa itu adalah salah satu sebab terbesar untuk mendapatkan rezeki, jika Anda bertakwa kepada Allah.

Salah satu bentuk ketakwaan yang paling agung adalah bertawakal kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā.

Ini termasuk pintu terluas yang darinya rezeki mendatangi Anda.

وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا 
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Memberi jalan keluar baginya…” (QS. At-Talaq: 2)

dan apa?

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ 
“…dan Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 3)

Demi Allah, ini adalah pintu rezeki yang luas!

Orang-orang berpaling ke sana kemari mencari rezeki, tetapi kebanyakan mereka mungkin melupakan pintu yang agung dan sebab yang mudah ini dalam mendapatkan rezeki.

Bertakwalah kepada Allah, dan bergembiralah dengan rezeki dari-Nya yang akan datang kepada Anda dari arah yang tidak Anda sangka-sangka.

Jangan pikir bahwa Allah kesulitan melakukan sesuatu, karena Allah Maha Agung lagi Maha Kuasa, perbendaharaan-Nya penuh.

Apa yang Allah Subẖānahu wa Taʿālā Berikan sejak Menciptakan langit dan bumi, padahal semua yang ada di semesta ini, baik yang melata dan berjalan, makan dari rezeki Allah ʿAzza wa Jalla, tetapi semua itu tidak sedikit pun mengurangi perbendaharaan-Nya.

Perbendaharaan Allah penuh.

Bagaimana menurut Anda jika ada salah seorang raja dunia ini. Apabila dia berkata, dia realisasikan ucapannya, sementara dia kaya dan perbendaharaan negara ada di tangannya.

Raja itu berkata kepada Anda, “Tenang saja, semua “rezeki”, kebutuhan, dan gaji yang Anda perlukan saya yang menanggungnya, tidak perlu khawatir.”

Demi Allah, bagaimana Anda akan melewati pagi dan sore hari Anda?

Tidakkah Anda tenang dan bahagia? 

Bahkan jika ada sedikit keterlambatan dari “rezeki” yang akan diberikan kepada Anda ini—tentu “rezeki” di sini maksudnya pemberian (si raja tadi), adapun rezeki itu (sebenarnya) dari Allah Subẖānahu wa Taʿālā—maka Anda akan merasa tenang, tenteram dan ayem, karena Anda mengetahui bahwa raja yang berjanji kepada Anda ini mampu.

Lantas bagaimana dengan Zat Yang Maha Memberi Rezeki dan Maha Agung, yaitu Allah, Yang Maha Dermawan, Yang Maha Luas, Maha Besar, dan Maha Mampu Subẖānahu wa Taʿālā, Menjanjikan kepada Anda bahwa Anda akan diberi dan mendapatkan karunia yang telah Dia Tuliskan bagi Anda.

Maka tenanglah dan perbaguslah usaha Anda dalam mencarinya.

Apakah perkataan ini maksudnya bahwa seseorang kemudian bermalas-malasan, berdiam diri, dan tidak mencari rezeki?

Jawabannya: tentu tidak sama sekali!

Pelajaran dari perkataan ini bukan demikian.

Tidakkah Anda mendengar sabda Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam yang tadi,

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah

حَقَّ تَوَكُّلِهِ

dengan sebenar-benarnya tawakal,

لَرَزَقَكُمْ

sungguh Allah akan Memberikan kalian rezeki

كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ
sebagaimana Dia Memberi rezeki kepada burung…”

Apa yang burung itu lakukan?

Duduk dan tidur saja?

Ataukah disebutkan, “…ia pergi pada pagi hari…”?

Jadi, tetap harus ada usaha!

Maksud dari perkataan ini bahwa usaha haruslah dibarengi dengan tawakal, yakin, bergantung, dan menyerahkan segalanya kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā.

Demikianlah seseorang mengumpulkan dua kebaikan sekaligus; yakni mengupayakan sebab yang diperintahkan syariat dan tawakal yang diperintahkan oleh Allah Subẖānahu wa Taʿālā.

Taqwa Kunci Rizki Menurut Al Qur’an Dan As Sunnah


A. MAKNA TAQWA

Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani mendefinisikan: “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”.

Sedangkan Imam An-Nawawi mendefinisikan taqwa dengan “Mentaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”

Karena itu, siapa yang tidak menjaga dirinya, dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangan-nya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti tidak menjaga dirinya dari dosa.

Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta me-lakukan apa yang dilarangNya, dia bukanlah termasuk orang-orang yang bertaqwa.

Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.

B. DALIL SYAR”I BAHWA TAQWA TERMASUK KUNCI RIZKI

Beberapa nash yang menunjukkan bahwa taqwa terma-suk di antara sebab rizki, Di antaranya:

1. Firman Allah:

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3).

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa orang yang merealisasikan taqwa akan dibalas Allah dengan dua hal. Pertama, “Allah akan mengadakan jalan keluar baginya.” Artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana dika-takan Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu – dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat. Kedua, “Allah akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. Artinya, Allah akan memberi-nya rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan.

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah de-ngan melakukan apa yang diperintahkanNya dan mening-galkan apa yang dilarangNya, niscaya Allah akan membe-rinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya”.

Alangkah agung dan besar buah taqwa itu! Abdullah bin Mas”ud berkata: “Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji jalan keluar adalah:

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya”.

2. Ayat lainnya adalah firman Allah:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada me-reka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri”. (Al-A”raf: 96).

Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni iman dan taqwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah.

Menafsirkan firman Allah: “Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai berkah dari langit dan bumi, Abdullah bin Abbas mengatakan: “Niscaya Kami lapangkan kebaikan (ke-kayaan) untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka untuk mendapatkan dari segala arah.”

Janji Allah yang terdapat dalam ayat yang mulia tersebut terhadap orang-orang beriman dan bertaqwa mengandung beberapa hal, di antaranya:

a. Janji Allah untuk "membuka (keberkahan) bagi mereka", ”adalah bentuk jama” dari "Imam Al-Baghawi berkata, Ia berarti mengerjakan sesuatu secara terus menerus. Atau seperti kata Imam Al-Khazin, “Tetapnya suatu kebaikan Tuhan atas sesuatu”.

Jadi, yang dapat disimpulkan dari makna kalimat adalah bahwa apa yang diberikan Allah disebabkan oleh keimanan dan ketaqwaan mereka merupakan kebaikan yang terus menerus, tidak ada keburukan atau konsekuensi apa pun atas mereka sesudahnya.

Tentang hal ini, Sayid Muhammad Rasyid Ridha berkata: “Adapun orang-orang beriman maka apa yang dibukakan untuk mereka adalah berupa berkah dan kenikmatan. Dan untuk hal itu, mereka senantiasa bersyukur kepada Allah, ridha terhadapNya dan mengharapkan karuniaNya. Lalu mereka menggunakannya di jalan kebaikan, bukan jalan keburukan, untuk perbaikan bukan untuk merusak. Sehingga balasan bagi mereka dari Allah adalah ditambahnya berbagai kenikmatan di dunia dan pahala yang baik di akhirat”.

Syaikh Ibnu Asyur mengungkapkan hal itu dengan ucapannya: ”adalah kebaikan yang murni yang tidak ada konsekuensinya di akhirat. Dan ini adalah sebaik-baik jenis nikmat”.

b. Kata berkah disebutkan dalam bentuk jama' sebagai-mana firman Allah:

“Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai berkah”. Ayat ini, sebagaimana disebutkan Syaikh Ibnu Asyur untuk menunjukan banyaknya berkah sesuai dengan banyaknya sesuatu yang diberkahi.

c. Allah berfirman:

“Berbagai keberkahan dari langit dan bumi”. Menurut Imam Ar-Razi, maksudnya adalah keberkahan langit dengan turunnya hujan, keberkahan bumi dengan tumbuhnya berba-gai tanaman dan buah-buahan, banyaknya hewan ternak dan gembalaan serta diperolehnya keamanan dan keselamatan. Hal ini karena langit adalah laksana ayah, dan bumi laksana Ibu. Dari keduanya diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan penciptaan dan pengurusan Allah”.

3. Ayat lainnya adalah firman Allah:

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur”an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka”. (Al-Ma”idah: 66).

Allah mengabarkan tentang Ahli Kitab, “Bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur”an –demikian seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas c dalam menafsirkan ayat terse-but,– niscaya Allah memperbanyak rizki yang diturunkan kepada mereka dari langit dan yang tumbuh untuk mereka dari bumi.

Syaikh Yahya bin Umar Al-Andalusi berkata: “Allah menghendaki –wallahu a'lam– bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang diturunkan di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an, niscaya mereka memakan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Maknanya –wallahu'alam–, niscaya mereka diberi kelapangan dan kesempurnaan nikmat du-nia”.

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Al-Qurthubi mengata-kan, “Dan sejenis dengan ayat ini adalah firman Allah:

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. (Ath-Thalaq:2-3).

“Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang ba-nyak).” (Al-Jin: 16).

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi”. (Al-A”raf: 96).

Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas, Allah menjadikan ketaqwaan di antara sebab-sebab rizki dan men-janjikan untuk menambahnya bagi orang yang bersyukur.

Allah berfirman:

“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku atasmu”. (Ibrahim: 7).

Karena itu, setiap orang yang menginginkan keluasan rizki dan kemakmuran hidup, hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa. Hendaknya ia menta'ati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Juga hendaknya ia menjaga diri dari yang menyebabkan berhak mendapat siksa, seperti melakukan kemungkaran atau meninggalkan kebaikan.

Sumber : 

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Perbedaan Muhammadiyah dengan Wahabi