JAHIL MURAKKAB (BODOH KUADRAT)
Pertama : Orang yang tahu dan dia SADAR bahwa dirinya tahu.
la ahli ilmu dan tidak kikir untuk memberikan ilmunya kepada orang lain. Sadar akan ilmunya membuat ia berkewajiban untuk berbagi kepada sesama.
la merasa ada tanggungjawab keilmuan yang harus ia sebarluaskan kepada orang-orang yang membutuhkan. la tidak mencari pamrih dan tidak suka menghitung harga ilmunya dengan materi. la ingat pesan Allah Subhana
wata'ala: “… dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa“. QS. Al-Baqarah [2]: 41).
Kedua : Orang yang tahu tetapi TIDAK SADAR kalau dirinya tahu.
wata'ala: “… dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa“. QS. Al-Baqarah [2]: 41).
Kedua : Orang yang tahu tetapi TIDAK SADAR kalau dirinya tahu.
Mungkin ia sadar bahwa dirinya tahu, namun karena suatu hal ia tidak bisa menggunakan dan membagi pengetahuannya. Faktor kesibukan, masalah finansial, tidak diberinya kesempatan adalah bagian dari alasan mengapa seseorang tidak dapat menggunakan pengetahuannya dan tidak
bisa berbagi kepada orang lain. Setelah kesibukan dikurangi, finansial diperhatikan dan kesempatan diberi, ia bisa eksis dan memberi manfaat kepada banyak orang dengan hikmah ilmu yang dimiliki.
Ketiga : Orang yang TIDAK TAHU TETAPI SADAR DIRINYA TIDAK TAHU, disebut
Ketiga : Orang yang TIDAK TAHU TETAPI SADAR DIRINYA TIDAK TAHU, disebut
juga Jahil Basith.
Orang bodoh tetapi menyadari akan kebodohannya.
Orangnya rendah hati dan ringan lidah untuk bertanya kepada orang yang lebih mengerti. Sadar akan ketiadaan ilmu, ia mau dan senang belajar di majelis-majelis ilmu.
Senang menerima nasehat, mau mendengarkan orang lain dan tidak marah bila dikritik. Orang macam ini hanya butuh banyak belajar sehingga kebodohannya hilang.
Keempat : Orang yang tidak tahu tetapi TIDAK MENYADARI kalau dirinya tidak tahu.
Keempat : Orang yang tidak tahu tetapi TIDAK MENYADARI kalau dirinya tidak tahu.
Orang bodoh namun tidak mau mengakui kebodohannya.
Para ulama menjulukinya dengan sebutan JAHIL MURAKKAB (BODOH KUADRAT).
Dijuluki bodoh kuadrat sebab ada dua kebodohan yang dimilikinya yaitu bodoh
karena tiadanya pengetahuan (Dalam Ilmu Agama) dan bodoh yang ditimbulkan oleh sikapnya.
karena tiadanya pengetahuan (Dalam Ilmu Agama) dan bodoh yang ditimbulkan oleh sikapnya.
Jahil murakkab lebih berbahaya daripada jahil basith (kebodohan ringan).
Jahil basith menghalangi seseorang untuk berbicara dan mungkin jahil basith bisa hilang dan sirna melalui proses belajar. Akan tetapi
problem yang besar adalah jahil murakkab, karena orang yang tertimpa jahil murakkab tidak mau diam bahkan dia akan terus berdalih meskipun atas dasar kebodohan. Sehingga pada saat itu dia lebih merusak
daripada menerangi kehidupan.
Sumber video : https://fb.watch/p4C7T
Ada beberapa ciri jahil murakkab :
Pertama, merasa hebat dan benar tanpa bisa menunjukkan Dalli atas pembenarannya. Perasaan ini membuat ia suka memuji dirinya sendiri dan menceritakan kelebihannya, terutama prestasi masa lalunya. Padahal
sikap suka menceritakan kelebihan masa lalu sesungguhnya menunjukkan ketidak mampuannya untuk berprestasi di masa sekarang.
sikap suka menceritakan kelebihan masa lalu sesungguhnya menunjukkan ketidak mampuannya untuk berprestasi di masa sekarang.
la suka mengenang kehebatan masa lalu disaat ia tidak mampu mengulanginya di masa sekarang. Adalah romantisme konyol yang hinggap pada diri orang-orang yang kehilangan kepercayaan untuk berprestasi.
Orang seperti ini telah kehilangan masa depannya. Supaya diakui ia sibukkan dirinya dengan cerita masa lalu yang sudah lewat. Karena miskin, ia menceritakan kekayaan orang tuanya waktu dahulu.
Karena tidak jadi apa-apa, ia ceritakan kepada semua orang bahwa ia adalah orang yang berprestasi dahulu.
Ketika sudah pensiun bicara fasih tentang usaha-usahanya dahulu dalam memberantas korupsi, maksiat, dll.
Padahal itu semua hanya mengurangi kesejatiannya dan menunjukkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya.
Kedua, senang dipuji. Keadaannya jauh dari layak untuk dibanggakan sehingga kesulitan bagi orang lain untuk memberi pujian.
Di tengah hampa pujian bila suatu saat ada yang memberinya akan menjadi sesuatu yang berharga sesuatu yang langka biasanya menjadi sangat berharga.
Seringkali orang-orang “gila pujian” ini sangat
berlebihan dalam merespon applause yang diberikan orang lain kepadanya. la ceritakan pujian itu kepada siapapun, dan disimpannya
dalam memori hingga bertahun-tahun lamanya.
Ketiga, senang bicara tetapi tidak suka mendengarkan. Bila bicara ia menguasai
forum bukan lantaran ia pintar, melainkan ia memiliki penyakit telinga yang sulit mendengarkan orang lain bicara.
berlebihan dalam merespon applause yang diberikan orang lain kepadanya. la ceritakan pujian itu kepada siapapun, dan disimpannya
dalam memori hingga bertahun-tahun lamanya.
Ketiga, senang bicara tetapi tidak suka mendengarkan. Bila bicara ia menguasai
forum bukan lantaran ia pintar, melainkan ia memiliki penyakit telinga yang sulit mendengarkan orang lain bicara.
Tidak ada yang lebih tuli dari pada orang yang tidak mau mendengar, sikap mereka sama
dengan sikap kaum Nabi Nuh yg telah dibinasakan Allah ta'ala
Keempat, sulit menerima nasehat dan marah bila dikritik. Hatinya tertutup bagi dialog kebenaran.
dengan sikap kaum Nabi Nuh yg telah dibinasakan Allah ta'ala
Keempat, sulit menerima nasehat dan marah bila dikritik. Hatinya tertutup bagi dialog kebenaran.
Sikapnya terbiasa berontak bila ditunjuki kesalahan. la tidak terima jika kebodohannya ditunjukkan. SIkapnya lebih buruk dari katak dibawah Tempuruang
----
Baca juga artikel terkait :
- Selektif dalam Menuntut Ilmu Agama jangan salah pilih Guru
- Dua perbedaan yang sangat mencolok, hati-hati memilih guru!
- Sesungguhnya "tanaqudh (kontradiksi) awal pijakan dari kerusakan"
- Ulama Su’ (Orang Berilmu Yang Buruk)
- AKAN MUNCUL DAI-DAI YANG MENYERU KE NERAKA JAHANNAM
- Berlindunglah dari Dai penyeru kepada kesesatan
- APAKAH TERMASUK GHIBAH MEMBONGKAR KEBURUKAN SEORANG DA’I YANG MENYIMPANG..?
- Menyembuhkan Kebodohan Intelektual
Allahu ta'ala a'lamu
Komentar
Posting Komentar