Mubazirnya Hedonisme dan Gaya Hidup Konsumtif
Saat ini hedonisme bukan lagi sebuah pandangan, melainkan gaya hidup konsumtif yang dipilih masyarakat urban. Gaya hidup yang menonjolkan kemewahan, kesenangan dan berfoya-foya serta menghamburkan uang.
Seiring dengan naiknya penghasilan biasanya akan diiringi naiknya gaya hidup. Bahkan tidak jarang akhirnya orang lebih Seiring dengan naiknya penghasilan biasanya akan diiringi naiknya gaya hidup. Bahkan tidak jarang akhirnya orang lebih memilih untuk berhutang dari pada menurunkan gaya hidupnya yang sudah hedonisme.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ari Kuncoro mengatakan salah satu penyebab lesunya konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat terutama dilihat dari penjualan ritel dikarenakan karena gaya hidup yang hedonis (hura-hura).
Ari mengatakan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini cenderung boros namun digunakan untuk kepentingan yang tak terlalu bermanfaat. Masyarakat kelas menengah yang disebut-sebut mengurangi belanja ritel, namun menghabiskan uang untuk berfoya-foya atau jalan-jalan.
Dirinya juga mengamati fenomena yang berkembang di masyarakat, di mana masyarakat saling menunjukkan atau mengunggah foto jalan-jalan ke media sosial. Selain jalan-jalan, pasar makanan dan minuman masih bertumbuh, karena orang pergi ke mal atau jalan-jalan, paling utama adalah makan. [ metrotvnews ]
Hedonisme dan Gaya Hidup Konsumtif itu Seperti Apa?
Kita sering mendengar kata hedonis atau hedonisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup.
Seseorang dikatakan menganut hedonisme ketika mereka melakukan aktivitas fisik berupa mengejar modernitas dan menghabiskan banyak uang dan waktu yang dimiliki (aktivitas), memenuhi banyak keinginan dan objek apa saja yang dianggap menarik.
Perilaku ini terlihat misalnya pada objek yang menekankan unsur kesenangan hidup seperti fashion, makanan, barang mewah, tempat nongkrong (minat), nginap (hotel), serta memberi jawaban atau respon positif terhadap kenikmatan hidup.
Gaya hidup konsumtif tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup hedonisme yang dianut. Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologi.
Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap “kesehatan finansial”. Gaya hidup konsumtif dapat dikatakan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan.
Ketika kita masih memiliki daya beli, gaya hidup konsumtif memang mengasyikkan, kita bisa membeli segala sesuatu yang tak hanya sekedar apa yang dibutuhkan, tetapi juga apa yang diinginkan.
Tanpa disadari, perilaku ini akan menjadi kebiasaan yang mengendap dan membentuk karakter yang sulit diubah apalagi dihilangkan. Ketika kita telah menaikkan gaya hidup, maka untuk menurunkan gaya hidup bukanlah hal yang mudah.
Ini karena sifat manusia untuk mencari kenikmatan dan menjauhi kesengsaraan. Selain itu ada faktor malu, faktor kenyamanan yang akan menyiksa diri kita ketika sudah mempunyai penghasilan dan ingin memuaskan gaya hidup.
8 Cara Mengubah Perilaku Hedonisme dan Gaya Hidup Konsumtif :
Nicolas Cage pernah dikenal sebagai aktor Hollywood dengan bayaran termahal dan pemasukan hingga US$40 juta per tahunnya. Lalu, ia mengalami masalah keuangan karena gaya hidup dengan membeli jet pribadi dan hewan eksotis.
Setidaknya ada beberapa pedoman dalam mengendalikan diri agar tidak jatuh miskin di kemudian hari:
1. Menabung
Untuk orang yang menganut hedonisme, menabung itu merupakan hal sulit dilakukan. Padahal menabung ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang seperti biaya pendidikan anak, membayar DP rumah atau persiapan dana pensiun.
Menabung tidak harus dalam jumlah banyak. Ketika Anda mulai berkomitmen untuk memisahkan dari penghasilan misalnya 5% atau 10% dari gaji, maka jika dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin banyak.
2. Membuat Anggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini, tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian, juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas.
Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja juga bisa Anda gunakan sebagai alat untuk penentuan target pengeluaran.
Dalam membuat anggaran belanja, Anda perlu kedisiplinan untuk menepati setiap anggaran yang sudah Anda buat. Diperlukan pengendalian diri agar anggaran belanja yang sudah dibuat dapat ditepati.
3. Prioritas Kebutuhan
Anda harus paham bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Kebutuhan memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekedar keinginan. Nah, untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskan kebutuhan. Jika kebutuhan telah dipenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa.
Buatlah skala prioritas mengenai barang atau hal-hal yang Anda butuhkan. Mulai dari yang tingkat urgensi yang tinggi hingga ke rendah. Jangan lupa untuk membuat substitusinya.
4. Hindari Pemakaian Kartu Kredit
Jangan mudah terayu dengan promo-promo yang diberikan oleh kartu kredit. Kartu kredit begitu mudah membujuk Anda untuk berperilaku gaya hidup konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang sebenarnya Anda tidak butuh.
Belanja dengan kartu kredit butuh komitmen dan kontrol diri yang kuat. Dalam perencanaan keuangan, maksimal proporsi yang ideal untuk pos utang ini sebesar 30% dari penghasilan setiap bulan.
Jika lebih dari itu, keadaan keuangan Anda bisa goyah dan Anda pun dapat mengalami masalah keuangan. Hal ini akan diperparah lagi apabila Anda membayar cicilan utang kartu kredit yang bunganya bisa mencapai 2-3% sebulan atau sekitar 24-36% per tahun.
Jika tidak segera dilunasi, utang kartu kredit ini akan terus menggerogoti isi kantong Anda karena berlaku suku bunga efektif, yang akan terus terhitung selama kita hanya membayar minimum cicilannya saja.
Bila Anda ingin berutang, gunakanlah untuk barang-barang produktif, yang dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang. Misalnya seperti menyicil kendaraan seperti mobil atau motor. Dengan kendaraan tersebut, Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan apabila dijadikan transportasi online.
5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal
Jalan-jalan dan cuci mata di mall atau pusat perbelanjaan memang aktivitas yang mengasyikkan, namun akan berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan. Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak terduga dan terencana.
6. Cermatlah Ketika Membeli Barang
Membeli barang sebaiknya berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan merek yang hanya untuk menunjang gengsi.
Sebagai contoh dalam membeli tas, orang hedonisme selalu akan membeli barang berdasarkan merek dimana harga dari tas tersebut bisa mencapai ratusan juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau puluhan ribu saja. Perilaku ini tentu saja merupakan pemborosan.
7. Beramal dan Bersedekah
Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda.
Banyak miliarder dunia yang mengalokasikan sedikit uang mereka untuk beramal. Sebagai contoh, Bill Gates yang memberikan 60% dari kekayaannya untuk yayasan Bill and Melinda Gates (yayasan dengan dana paling besar di dunia dan banyak membantu dunia kesehatan dan pendidikan), Mark Zuckerberg juga memberikan US$75 juta untuk Foundation.
8. Lebih Baik Habiskan Uang untuk Berinvestasi daripada Berfoya-Foya
Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku dan gaya hidup konsumtif. Investasi dapat digunakan untuk merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik.
Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Ketika usia Anda tidak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda.
Sebagai contoh, Apabila kita memiliki penghasilan Rp3 juta, maka 30%-nya sekitar Rp 900 ribu setiap bulan yang digunakan untuk membayar cicilan utang, maka jumlah yang terkumpul dalam 5 tahun sebesar Rp 54 juta.
Bila dana sebesar itu rutin diinvestasikan pada reksa dana, maka berpotensi tumbuh menjadi Rp 91,58 juta atau sebesar 69,5%. Angka ini berdasarkan perhitungan kalkulator investasi Finansialku.
Setelah melihat potensi hasil dari investasi ini, pastinya sungguh disayangkan apabila kita hanya menghabiskan uang hanya untuk membayar cicilan utang yang sifatnya konsumtif.
Hindari Hedonisme dan Gaya Hidup Konsumtif
Ada baiknya saat ini, Anda mulai membiasakan hidup hemat dan mengatur keuangan secara bijak. Jangan sampai berutang hanya untuk keperluan konsumtif demi memenuhi tuntutan gaya hidup yang tidak ada ujungnya.
Kepada putra putri kita hendaklah dipahamkan bahwa kesenangan dan kebahagiaan dunia ini sifatnya hanya sementara yang terkadang melenakan atau melalaikan. Ada kebahagian dan kesenangan yang hakiki yakni kesenangan di akherat nanti. Seperti yang telah Allah Swt jelaskan dalam Al-Qur’an:
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan melalaikan, perhiasan dan tempat saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian, tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, lalu men¬jadi hancur. Di akhirat, ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan palsu”. (QS.Al Hadid:20)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)
Didalam hadist sudah dijelaskan:
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dan kakeknya berkata, Rasulullah SAW bersabda: “makan dan minumlah, bersedakahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong” (HR. Nasa’i).
---
Sumber : www.finansialku.com
Komentar
Posting Komentar