Menyembuhkan Kebodohan Intelektual

Prof. DR. Muhammad Quraish Shihab mengatakan bahwa : "Kebenaran semua agama adalah hak tuhan, mana agama yang benar akan kita ketahui kelak di akhirat"

Felix Yanwar Siauw, S.P. mengatakan bahwa : "Setelah saya pelajari tentang berbagai agama, agama Islam lah yang paling benar, karena Allah yang mengatakan dalam Al-Qur an dan masuk akal"

Ilustrasi, simak video berikut :

Sumber video : https://youtu.be/6MN

Sumber video : https://youtu.be/WnE


Menyembuhkan Kebodohan Intelektual

Oleh: Dr. Budi Handrianto

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Sempurna artinya tidak ada kecacatan dan kebengkokan sedikitpun sebagaimana difirmankan Allah dalam kitab suci-Nya: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.” (QS al-Kahfi: 1) Sempurna artinya juga menyeluruh dan terperinci, sebagaimana firman-Nya: “Dan Kami turunkan kepada kalian al-Kitab (al-Quran) sebagai penjelas terhadap segala sesuatu.” (QS an-Nahl:89)

Paripurna artinya pelengkap dan penutup dari risalah-risalah yang telah lalu sehingga tidak perlu lagi ditambah atau dikurang untuk disesuaikan dengan perkembangan jaman. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa risalah yang dibawanya adalah satu kesatuan dengan risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. “Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu bata pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi dan mengagumi rumah itu, lalu mengatakan: ‘Alangkah indah jika batu ini dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah penutup para nabi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berbeda dengan agama atau kepercayaan lain yang prinsip-prinsip kebenaran agamanya terus berkembang, kebenaran Islam dari awal sudah sempurna dan final sebagaimana firman Allah: “Pada Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama bagimu sekalian.” (QS Al-Maidah:3)

Umat Islam sejak jaman Nabi saw hingga saat ini dan yang akan datang hanyalah memahami, menafsirkan, mengembangkan, memsistematisasi dan memformulasi sehingga Islam menjelma menjadi sebuah peradaban yang besar dan megah.

Dengan ilmu yang dikembangkan dari prinsip-prinsip agama Islam, peradaban Islam menjadi berjaya selama lebih dari seribu tahun dengan kekuasaan membentang hampir sepertiga dunia. Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu abad sejak kemunculannya, Islam telah menguasai seluruh wilayah yang pernah dikuasai Alexander the great di Asia (Kaukasus) dan Afrika Utara (Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko), mencakup Mesopotamia, Syiria, Palestina, Persia, Mesir termasuk semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis) serta sebagian Perancis dan India. Di abad pertengahan, dunia mengalami masa The Golden Age, abad keemasan peradaban, ketika di Barat waktu itu mengalami abad kegelapan (the dark age). Sampai saat ini tidak ada peradaban yang mampu menyaingi kejayaan Islam yang mempunyai wilayah luas dengan kurun waktu yang cukup lama. Peradaban Barat yang saat ini tengah berkuasa, baru sekitar 200 tahun Berjaya.

Namun saat ini, kondisi umat Islam di berbagai belahan dunia tengah terpuruk. Di mana-mana umat Islam dihina dan dinista. Mereka didzalimi tanpa ada yang membela. Terakhir, kondisi saudara kita di Rohingnya belum ada titik terang, sementara bantuan kemanusiaan yang kita kirim ke sana juga baru sebagian kecil sampai. Sedangkan tekanan politik dan militer terutama dari negeri-negeri Islam belum efektif, kalau tidak mau dikatakan tidak ada. Secara ekonomi, politik, militer, Pendidikan, kesejahteraan, umat Islam saat ini boleh dikatakan terbelakang. Kelimpahruahan kekayaan di negeri-negeri teluk juga tidak mampu mewarnai peradaban dunia.

Duniapun kacau balau gara-gara umat Islam saat ini absen dalam percaturan panggung dunia. Sebagian umat Islam beranggapan bahwa kemunduran ini karena factor ekonomi, social, sains dan teknologi. Mereka juga beranggapan bahwa pemimpin-pemimpin di negeri-negeri muslim diktator, korup dan tidak bersih sehingga tidak maju-maju. Namun menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, kemunduran umat Islam dikarenakan hilangnya adab atau loss of adab dari umat. Hal ini terjadi karena kebodohan yang menimpa diri mereka.

Menurut Al-Attas, ada dua jenis kebodohan. Pertama, bodoh yang ringan. Yaitu kurangnya ilmu terhadap apa yang harus ia ketahui. Dalam peradaban Barat yang disebut sebagai kebodohan bagi kalangan terpelajar adalah kebodohan jenis pertama ini. Kita pun ikut-ikutan menyebut bahwa orang yang bodoh adalah orang yang tidak berpendidikan atau tidak makan sekolah. Padahal, kebodohan yang ringan bisa dengan mudah diobati dengan pengajaran biasa atau Pendidikan. Kedua, kebodohan yang berat, yaitu meyakini sesuatu yang salah yang bertentangan dengan fakta, meyakini sesuatu yang berbeda dari sesuatu itu sendiri ataupun melakukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda dari bagaimana seharusnya sesuatu itu dilakukan.

Kebodohan jenis kedua ini merupakan penyebab dari kesalahan, kekurangan, kekacauan atau kejahatan manusia. Kebodohan ini merupakan sesuatu yang berbahaya dalam pembangunan keilmuan, keagamaan dan moralitas individu dan masyarakat. Sebab, kebodohan ini bersumber dari spiritualitas yang tidak sempurna yang dinyatakan dalam sikap penolakan terhadap kebenaran.

Kebodohan jenis kedua ini lebih susah disembuhkan karena secara intelektual mereka berpendidikan tinggi, ada yang bergelar doctor bahkan professor. Namun, pola berpikirnya salah dan menyalahi kebenaran. Merekapun menjadi bodoh dalam kacamata Islam. Dikatakan susah disembuhkan karena mereka yang berpendidikan tinggi namun mengidap penyakit bodoh jenis kedua itu merasa bahwa kitalah yang bodoh. Sebagaimana digambarkan di dalam Al-Quran:

Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah:13)

Pertama, kebodohan yang ringan, yaitu kurangnya ilmu mengenai apa yang seharusnya diketahui. Kedua, kebodohan yang berat, yaitu keyakinan yang salah yang bertentangan dengan fakta maupun realitas, meyakini sesuatu yang berbeda dari sesuatu itu sendiri ataupun melakukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda dari bagaimana yang seharusnya.

Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, kebodohan kedua adalah penyebab utama kesalahan, kekurangan atau kejahatan manusia. Kebodohan yang ringan bisa dengan mudah diobati dengan pengajaran atau pendidikan. Tapi kebodohan yang berat sangat berbahaya karena ia menolak kebenaran.

Orang munafik itu menganggap orang-orang yang memeluk Islam itu bodoh, padahal kata Allah, merekalah yang bodoh. Tentu mengobati penyakit orang yang merasa tidak sakit lebih susah daripada menyebutkan orang yang sadar bahwa ia sakit dan ingin disembuhkan.

Mereka yang mengidap kebodohan jenis kedua ini saat ini menguasai media, jaringan bisnis, politik, sains teknologi dan instansi-instansi Pendidikan. Mereka tidak kurang ilmu. Tapi Karena ilmu yang dimilikinya salah, maka pola berpikirnya dan tindak tanduknya pun menjadi salah. Mereka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berlawanan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam, padahal Islam adalah kebenaran. Seorang professor di bidang pemikiran Islam menyatakan bahwa ajaran Islam hanya untuk pribadi saja, tidak untuk kehidupan umum. Islam hanya boleh berada di sector privat dan tidak boleh masuk ke ranah public. Seorang cendekiawan muslim liberal menyerukan bahwa umat Islam tidak boleh melakukan klaim kebenaran bahwa agamanya saja yang benar. Sebab semua agama adalah sama, semua agama menyembah tuhan yang sama dan -kata mereka, di surga nanti umat beragama akan hidup berdampingan. Pernyataan orang-orang yang dianggap pakar di bidang agama ini tentu menyalahi ayat-ayat Allah tentang kebenaran eksklusif ajaran Islam seperti:

Innaddina indallahil Islam. Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam. (QS Ali Imran: 19)

Pandangan atau ajaran yang dinamakan pluralisme agama ini selain tidak sesuai dengan ajaran Islam juga berbahaya jika menjadi pandangan seorang muslim Karena bisa memurtadkan mereka dari agama Islam. MUI pun telah mengeluarkan fatwa pada tahun 2005 tentang haramnya mengikuti paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme.

Merekapun membolak-balikan logika yang seakan-akan benar tapi sebenarnya salah. Baru-baru ini ada seorang professor di bidang studi Islam mengatakan bahwa kanonisasi atau membukuan al-Quran terlalu cepat. Tidak seperti agama lain yang memakan waktu ratusan tahun seperti Injil atau bahkan ribuan tahun seperti kitab bagawad gita. Al Quran dikumpulkan menjadi buku beberapa tahun saja setelah Nabi wafat. Logika mereka, Karena yang lain lama, Islam yang terlalu cepat menjadi tidak baik. Padahal, logika manusia normal semakin cepat kanonisasi semakin baik. Hal ini supaya tidak terjadi distorsi, penyimpangan, atau tambah kurang sebagaimana yang terjadi pada kitab-kitab suci agama lain. Namun orang yang logikanya salah ini diundang untuk bicara di berbagai forum seminar dan mengeluarkan buku yang dicetak luks dengan bantuan lembaga asing.

Contoh lain, dalam ajaran Islam posisi wanita dimuliakan sebagai ibu pengasuh dan guru bagi madrasah putra putrinya. Namun paham fenimisme di Barat telah menjungkirbalikkan logika tersebut dengan membuat image negatif seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah. Wanita yang hebat menurut mereka adalah wanita yang sukses berkarir tanpa peduli bagaimana kondisi rumah tangga dan anak-anaknya. Pernyataan mereka yang menghiasi media dan seminar-seminar ilmiah tersebut tanpa kita sadar kita ikuti.

Yang sedang hangat akhir-akhir ini adalah munculnya kelompok komunis atau simpatisannya di negeri ini. Kita tahu bahwa dasar negara kita adalah Pancasila di mana sila pertama adalah ketuhanan yang maha Esa. Bagaimana mungkin paham komunis dan atheis bisa hidup di negeri ini jika dengan sila pertama saja tidak sesuai. Jangankan ketuhanan yang maha esa, berketuhanan saja mereka tidak mengakui. Tapi Karena retorika yang canggih, mereka pun minta diakui sebagai bagian dari bangsa ini meskipun paham yang dianutnya tidak sesuai dengan dasar negara kita.

Akar dari kebodohan jenis kedua, yaitu kebodohan yang berat ini terjadi pada kaum sofis di jaman Yunani kuno. Menurut al-Attas, ada tiga jenis kaum sofis. Pertama kelompok al-laa adriyah atau agnostic. Mereka tidak mau menyatakan kebenaran Karena merasa bahwa kebenaran yang dianutnya meragukan. Mereka selalu mengatakan “saya tidak tahu” atau dalam Bahasa Arab “Laa adri”. Mereka senantiasa ragu-ragu mengenai keberadaan sesuatu sehingga menolak posibilitas ilmu pengetahuan. Kelompok kedua disebut dengan kelompok al-indiyah, yaitu mereka yang selalu bersikap subjektif. Menurut mereka, kebenaran bersifat subjektif tergantung dari pendapat masing-masing. Indi artinya menurut saya. Jadi kebenaran itu ya benar menurut saya. Kelompok ketiga disebut dengan al-inadiyah atau keras kepala yang menafikan realitas kebenaran.

Kelompok pertama selalu menafikan kebenaran agama Karena beranggapan bahwa manusia tidak tahu hal-hal yang ghaib. Protagoras, sofis terbesar Yunani mengatakan, “Mengenai para dewa, saya tidak tahu apakah mereka itu ada atau tidak dan bagaimana bentuk mereka. Sebab terlalu banyak factor yang menghalangi ilmu pengetahuan seperti ketidakjelasan permasalahan dan singkatnya hidup manusia.” Saat ini pun sudah ada cendikiawan muslim yang meragukan wujud Tuhan.

Kelompok kedua (al-indiyah) tergambar dari seorang yang mengatakan, “Ya itu kan pendapat kamu.” Atau “Itu kan menurut kamu” karena tidak bisa membantah pendapat lawan bicaranya. Kelompok ini selalu membelokkan tafsiran yang sudah mapan di kalangan umat Islam. Seperti agama yang diridhai Allah adalah Islam, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud Islam di situ bukan nama agama tapi bentuk penyerahan diri sehingga agama lain bisa diterima/diridhai Allah. Ketika diluruskan dengan tafsir yang benar mereka mengeluarkan jurus/argument al-indiyah ini.

Sementara kelompok ketiga yaiatu al-inadiyah adalah kelompok yang tidak mau menerima alasan dan bukti-bukti yang masuk akal. Namun mereka gemar mendebat orang lain tanpa mencari kebenaran dan keras kepala. Mereka merusak logika dan retorika sehingga mengaburkan hikmah yang pada akhirnya menyesatkan orang banyak.

Untuk menyembuhkan penyakit kebodohan jenis kedua ini Allah telah berfirman: “Serulah ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan teladan yang baik serta berdebatkan dengan cara yang baik dan santun…” (QS An-Nahl:125) Jadi penyakit ini hanya bisa diobati dengan dakwah Islam serta berdoa agar mereka mendapatkan hidayah dari Allah.

Selain itu, kita harus senantiasa waspada terhadap pandangan-padangan sesat yang dilontarkan kelompok-kelompok tersebut. Dengan senantiasa berpegang teguh kepada tali Allah dan ilmu yang benar, kita berharap bisa menyelamatkan diri kita dari kebodohan tersebut yang bisa mengantarkan ke api neraka. Padahal Allah telah menyuruh kita untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At Tahrim:6)

Selain itu, perbanyaklah untuk membaca doa selamat setiap habis shalat, “Allahumma inna nasaluka salamatan fiddin….”
----

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?