Urutan Pembagian Sedekah

Dalam sebuah hadits  riwayat Ahmad dan Muslim, Nabi Muhammad SAW berkata : 
“Jika salah seorang di antara kamu miskin, hendaklah dimulai dengan dirinya. Dan jika dalam itu ada kelebihan, barulah diberikannya buat keluarganya. Lalu bila ada kelebihan lagi, maka buat kaum kerabatnya” atau sabdanya “buat yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian bila masih ada kelebihan, barulah untuk ini dan itu”. 


Urutan Pembagian Sedekah

Sedekah bisa dilakukan kapan saja yang diinginkan, tidak harus bulan Ramadhan saja. sedekah juga tidak melulu dengan harta saja, melainkan bisa ditunaikan walau menggunakan tenaga atau bahkan sekedar senyuman.

Hikmah bersedekah tentu sangat banyak salah satunya agar manusia hidup didunia lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang dan meningkatnya rasa empati terhadap sesama umat.

Namun masih banyak yang bingung dengan objek urutan  siapa yang harus didahulukan untuk menerima sedekah, apakah keluarga, atau orang lain ? Berikut ini akan dirangkum sedekah didahulukan kepada orang yang seperti apa dan siapa.

1. Sedekah Kepada Keluarga

Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim :”Jika salah satu diantara kalian miskin , hendaklah dimulai dari dirinya. Dan jika dalam keadaan itu ada kelebihan, barulah diberikanya kepada kaum kerabatnya. Lalu apabila ada kelebihan lagi, maka buat kaum kerabatnya “atau sabdanya” buat yang ada hubungan kekeluargaan denganya, barulah untuk ini dan itu”.

Dari hadis diatas jelas dijelaskan bahwa yang paling utama menerima sedekah adalah dirinya sendiri baru setelah itu untuk keluarganya.

Namun berdasarkan kitab Al – Majmu’ Syarah Al – Muhadzab Imam Nawawi mengungkapkan bahwa para ulama sudah bersepakat, hal yang paling utama untuk menerima sedekah adalah kerabat keluarganya.

Hadis didalamnya bercerita tentang Rasulullah yang memberikan petuah kepada kaum wanita untuk bersedekah tepat pada idul Adha. “Wahai para wanita sekalian, bersedekahlah! Sebab aku melihat mayoritas dari kalian adalah penghuni neraka”.

Setelah berkhotbah Rasulullah memutuskan pulang kekediamanya. Pada saat itu istri dari Abdullah bin Mas’ud yaitu Zainab mendatanginya dan mengutarakan bahwa ingin bersedekah.

“ Ya Rasulallah, Tadi Anda menyuruh untuk bersedekah hari ini. Ini saya punya perhiasan. Saya ingin mensedekahkan barang miliku ini. Namun Ibnu Mas’ud (suamiku) mengira bahwa ia dan anaknya yang lebih berhak menerimanya dari pada orang lain”.

Rasul pun menegaskan : “Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud (Suamimu) itu. Suami dan anak lebih berhak diberikan sedekah dari pada orang lain”.

2. Bersedekah Kepada Tetangga

Setelah keluarga, yang berhak menerima sedekah adalah tetangga terdekat yang memang dari segi kemampuan berhak menerimanya, kurang mampu, janda dan lain sebagainya. Kenapa tetangga ? hal tersebut disebutkan dalam Surah An – Nissa : 36 untuk berbuat baik kepada tetangga baik yang jauh dan yang dekat.

Selain sebagai bentuk empati kepada tetangga, bersedekah juga bisa memperbaiki silaturahmi.

“ Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu dan bapak, karib kerabat, anak – anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, dan teman, ibnu sabil dan hamba sahayamu”.

Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Dzar : “Wahai Abu Dzar. Jika kamu memasak sop, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu”. (HR. Muslim)

Pentingnya berbagi kepada tetangga sebagai bentuk dari empati kita kepada tetangga. Karena hidup kita didunia tidak lepas dari yang namanya sosialisasi, dan yang sering ditemui untuk sosialisasi adalah tetangga.

Untuk itu membantu tetangga sangat dianjurkan setelah kepada keluarga dan kerabat.

3. Sedekah Untuk Orang Lain

Terakhir setelah keluarga, kerabat dan tetangga, bisa bersedekah kepada orang lain jika benar – benar sudah mampu, baik menyalurkan langsung atau lewat lemabaga – lembaga yang sudah terpercaya.

Tentu diluaran sana masih banyak yang membutuhkan bantuan kita, baik itu orang kurang mampu, sedang terkena bencana dan lain sebagainya.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda. “ Apabila seorang anak adam mati,maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : Sedekah jariyah, atau ilmu yang memberi manfaat untuk orang lain atau anak yang sholeh yang berdoa untuk kedua orang tuanya”. (Hadist Shahih – Riwayat Muslim)

Dari hadis diatas dijelaskan bahwa ada amalan yang tidak akan habis pahalanya dan terus mengaliri, yaitu sedekah jariyah (wakaf). pahala abadi yang akan terus diterima walaupun sudah meninggal dengan berwakaf.

Pembahasan tetang siapa yang berhak menerima urutan pembagian sedekah pertama kali diatas bisa disimpulkan bahwa pihak pertama yang dianjurkan adalah keluarga terlebih dahulu. Setelah itu tetangga dan orang umum yang membutuhkan.

Mudah – mudahan selalu diberikan kemudahan untuk berbuat baik kepada sesama umat manusia, agar banyak orang yang terbantu dan menambah amalan untuk bekal diakhirat kelak.

Sumber : https://wakafmandiri.org

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?