ADA APA DENGAN BASAPA?
ADA APA DENGAN BASAPA?
Ritual Yang Mengandung Kesyirikan
Basapa diadakan setiap hari Rabu setelah 10 Safar ketika bulan mulai naik, puluhan ribu orang mengunjungi makam Syaikh Burhanuddin di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar (di kenal dengan Syaikh Burhanuddin Ulakan). Pada awalnya mereka mengunjungi makam Syaikh tidak terkoordinir, bisa dilakukan di bulan apa saja. Untuk menyatukan penziarah maka ditetapkan ziarah diadakan pada bulan Safar karena diyakini Syaikh meninggal pada tanggal 10 Safar 1111 H atau 20 Juni 1704 M (sebagian menyatakan tahun 1104 H). Karena ziarah di bulan Safar ini munculnya istilah “BASAPA” (pergi Safar).
BEBERAPA RITUAL YANG DILAKUKAN
1. Dzikir, dsb
Ritual Basapa dimulai ba’da Dzuhur dan mencapai puncaknya menjelang Maghrib, semakin malam suasana semain larut dan syahdu dengan berbagai ritual seperti: dzikir, tahlilan, shalawat, yasinan, ratib saman, barzanji dan do’a-do’a dilantunkan. Masing-masing jama’ah melantunkan dzikir yang berbeda, tergantung dari surau mana mereka berasal. Para penziarah tetap/rutin dari masing-masing daerah, biasanya memiliki surau khusus di sekitar makam.
2. Tanah Ubek Pianggang
Kelompok jama’ah juga bisa memasuki makam secara bergiliran dengan didampingi oleh Khatib (penjaga makam), keluar dari makam jama’ah mengambil pasir dari makam yang diyakini membawa berkah.
3. Tawassul
Berziarah ke makam Syaikh Burhanuddin dan makam-makam para Wali di Jawa bertujuan untuk memohon do’a melalui perantaraan Syaikh dan memperoleh syafaat darinya, hal ini di kenal dengan “Tawassul”. Tawassul adalah menjadikan sesuatu sebagai perantara/sarana dikabulkannya sebuah keinginan.
4. Suluk
Selain ritual di atas, ada juga jama’ah Tarekat Syattariyah yang melakukan “Suluk” yakni shalat selama 44 hari berturut-turut tanpa henti. Biasanya yang melakukan suluk adalah orang-orang tua yang datang jauh hari sebelum 10 Safar.
Syaikh Burhanuddin dikagumi dan dihormati oleh masyarakat Minang, bahkan seluruh Sumatera hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Beliau di kenal sebagai penganut Tarekat Syattariyah (salah satu aliran Tasawuf), sementara di daerah Jawa sebagian besar masyarakatnya menganut Tarekat Naqsyabandiyah. Kejatuhan pamor Tarekat Syattariyah di Sumatera yang tidak lagi mu’tabarah (di terima) membuat pesatnya perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Jawa.
Berziarah ke makam Syaikh Burhanuddin dan makam-makam para Wali di Jawa bertujuan untuk memohon do’a melalui perantaraan Syaikh dan memperoleh syafaat darinya.
Allah menceritakan saudara Nabi Yusuf memohon do’a kepada Bapaknya Nabi Ya’kub agar dosanya diampui oleh Allah :
“Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Yusuf 97-98)
Selain Tarekat Syattariyah di Ulakan Pariaman, banyak Tarekat-tarekat lain di Indonsia, antara lain: Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Sammaniyah, Alawiyah, Haddadiyah dan Tijaniyah.
Tarekat mungkin sebagai bentuk pelarian (zuhud) terhadap kehidupan hedonisme, materialisme dan sekulerisme yang membelenggu kehidupan masyarakat modern, tetapi bagaimanapun Tarekat harus tetap mengacu kepada al-Quran dan assunnah, selain itu jelas tertolak.
Man ’amala ’amilan laysa ’alaihi amruna fahuwan raddun; Siapa saja yang melakukan perbuatan yang tidak termasuk perintah kami adalah tertolak (HR Bukhari dan Muslim)
❀━━━━━━❃❃❃━━━━━━❀
Musibah Dunia akan berakhir dengan datangnya kematian, sedang musibah Agama belum selesai sampai datangnya hari perhitungan
Allah Ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Takutlah pada musibah yang tidak hanya menimpa orang zhalim di antara kalian saja. Ketahuilah bahwa Allah memiliki hukuman yang pedih” (QS. Al Anfal: 25)
Wallahu a'lam
Sumber : https://www.facebook.com/
Komentar
Posting Komentar