Beratnya menerima nasehat

Memang berat kadang mendapat nasehat dari orang lain. Apalagi kalau kita sudah punya keinginan tertentu, atau rencana yang matang yang berbeda dengan nasehat tersebut. Saya pribadi merasakan hal itu. Banyak orang memberi saya masukan. Kadang saya terima, kadang tidak saya terima. Itulah kelemahan sifat-sifat manusiawi kita.

Umar ra. pernah menyatakan:

رحم الله امرأً أهدى إلينا مساوئنا.

Artinya: “Semoga Allah merahmati orang yang menunjuki kita kekurangan-kekurangan kita.” (Adabuddin wad Dunya).

Abu Hurairah ra. juga pernah menyatakan:

المؤمن مرآة أخيه إذا رأى فيها عيبا أصلحه.

Artinya: “Seorang mukmin itu cermin bagi saudaranya. Jika dia lihat ada kekurangan, maka dia memperbaikinya.” (Adabul Mufrad – Bukhari).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kita merasa berat menerima nasehat dan saran orang lain. Bahkan kadang cenderung menolak dan membantah. Antara lain adalah:

  1. Merasa lebih tinggi dari si pemberi nasehat. Baik karena tinggi jabatan, usia, pangkat dan kedudukan lainnya. Sehingga ada perasaan tidak siap untuk menerima masukan dari bawahan atau orang yang dibawahnya.
  2. Merasa lebih hebat dan lebih tahu dari si pemberi nasehat. Baik karena merasa banyak ilmu, luas pengetahuan atau tinggi gelar akademisnya. Maka seorang profesor atau doktor misalnya, terkadang agak susah menerima saran atau nasehat dari orang yang masih strata 1. Apalagi dari mahasiswa dan orang umum. Kecuali orang-orang yang rendah hati.
  3. Cara menasehati yang kurang bijak dan kurang mengena. Mungkin bahasanya yang agak kasar, sangat menggurui, atau bahkan merendahkan. Maka nasehat menjadi tidak bermanfaat. Yang dinasehati tidak menerimanya. Malah menimbulkan perlawanan dan bantahan.

Dan banyak lagi faktor-faktor lainnya. Namun yang jelas, siapapun kita dan apapun posisi kita, sikap orang beriman itu adalah lapang dada dan siap untuk menerima nasehat. Hati harus senantiasa kita jaga, sehingga mudah menerima nasehat. Sebab agama kita ini adalah nasehat. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari ra, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim).

Wallahu A’laa wa A’lam.

Referensi : https://arrisalah.sch.id

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Perbedaan Muhammadiyah dengan Wahabi