SALAFI MENYAMAKAN (MENYERUPAKAN) ALLAH DENGAN MAKHLUK-NYA?


SALAFI MENYAMAKAN (MENYERUPAKAN) ALLAH DENGAN MAKHLUK-NYA? 

Sebagian orang menuduh dan memfitnah bahwa ahlussunnah (yang mereka gelari wahabi) menyamakan atau menyerupakan Allah Ta'ala dengan makhluk-Nya. Seperti Allah memiliki tangan, wajah, pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya dari sifat-sifat Allah. 

Mereka tidak paham apa yang disebut dengan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Mereka kira kalau mengatakan Allah memiliki tangan, wajah, pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya dari sifat-sifat Allah yang disebutkan dalil alquran dan assunnah, disebut menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. 

Padahal yang namanya menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah seperti perkataan, "Tangan Allah seperti tanganku, pendengaran Allah seperti pendengaranku, penglihatan Allah seperti penglihatanku, wajah Allah seperti wajahku dan lain sebagainya. 

Al-Imam Ishaq bin Rahawaih rahimahullah : 

إنما يكون التشبيه إذا قال : يد مثل يدي أو سمع كسمعي، فهذا تشبيه. وأما إذا قال كما قال الله : يد وسمع وبصر، فلا يقول : كيف، ولايقول : مثل، فهذا لا يكون تشبيهاً، قال تعالى : (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ 

”Sesungguhnya tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ”Tangan (Allah) seperti tanganku, pendengaran (Allah) seperti pendengaranku”. Inilah yang dinamakan TASYBIH (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tidak menyatakan : ’bagaimana’ dan ’seperti’; maka itu tidak termasuk tasybih. Allah berfirman : ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [Mukhtashar Al-’Ulluw lidz-Dzahabi, hal. 69]. 

Yang lebih lucu lagi, ada yang mentakwil kata tangan, dengan kekuasaan atau kekuatan. Padahal makhluk juga punya kekuatan atau kekuasaan. Berarti ini menyamakan juga Allah dengan makhluk-Nya. Mereka juga mengatakan, kekuatan Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Kekuatan Allah yang sesuai dengan Keagungan-Nya. Loh tangan Allah juga tidak sama dengan makhluk-Nya. Tangan Allah yang sesuai dengan Keagungan-Nya. 

Berkata Ibnul-Mibrad rahimahullah, 

وإذا خرجت من الإثبات إلى التأويل فنفس ما خرجت إليه يلزم فيه ذلك الذي خرجت لأجله، فإنك إذا قلت: اليد القدرة، فيقال: لأي شيء قلت ذلك؟ يقول: لئلا نقول بالتشبيه وأنه يلزم من اليد أن تكون كيد الآدمي فوقع التشبيه 

"Dan jika engkau keluar dari menetapkan sifat kemudian menuju ta'wil sifat, maka yang engkau tuju tersebut juga mengharuskan seperti yang engkau hindari tadi. Jika engkau berkata: Tangan Allah itu maksudnya adalah Qudrah Allah (yang bermakna: kekuatan, kemampuan, kekuasaan Allah), maka kita katakan: Mengapa engkau berkata demikian? Jika dijawab: Agar kita tidak melakukan tasybih, karena kalau kata Yad kita maknai Tangan Allah, maka ini akan seperti tangan manusia, sehingga terjadilah tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya). 

فنقول: وهذه القدرة التي ذكرتها كذلك للآدمي قدرة، فيلزم أن تكون كقدرة الآدمي، فإن قلت: لا، قدرة تليق بجلاله، فنقول: اترك أنت هذا التأويل الذي لا برهان عليه وقل: يد تليق بجلاله 

Maka kita katakan: Qudrah (kekuatan, kemampuan, kekuasaan) yang engkau sebutkan tersebut juga dimiliki oleh MANUSIA, sehingga ini juga akan seperti qudrah manusia. Jika engkau berkata: Tidak, tetapi yang dimaksud di sini adalah qudrah yang sesuai dengan Keagungan Allah. Maka kita katakan: Tinggalkanlah ta'wil yang tidak ada dalilnya ini, dan katakanlah: Tangan Allah yang sesuai dengan Keagungan-Nya."  (Jam'ul Juyusy Wa Ad Dasakir). 

Ahlussunnah waljamaah tidak menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Dan tidak mengingkari apa-apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya. Karena konsekuensinya kalau menyerupakan Allah atau mengingkari sifat-sifat-Nya, bisa jatuh kepada kekafiran sebagaimana yang ulama fatwakan. 

Berkata Al-Imam Nu’aim bin Hammad Al-Khuzaa’iy Al-Haafidh rahimahullah : 

من شبه الله بخلقه، فقد كفر، ومن أنكر ما وصف به نفسه فقد كفر، وليس ما وصف به نفسه، ولا رسولُه تشبيهاً 

”Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir. Barangsiapa yang mengingkari apa-apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya, maka ia telah kafir. Dan tidaklah apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya dan (yang disifatkan) Rasul-Nya itu sebagai satu penyerupaan (tasybih)” [Mukhtashar Al-’Uluuw, hal. 184 no. 216, dengan sanad shahih]. 

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab