Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya

عَلِّمُوْا أولادكم فإنهم خُلِقُوْا لزمان غير زمانكم

Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”
(H.R. Ali Bin Abi Thalib).

علموا أولادكم غير ما علمتم، فإنهم خلقوا لزمان غير زمانكم

“Didiklah anak-anakmu dengan sesuatu yang berbeda dari apa yang sudah kamu ketahui, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk sebuah zaman yang zaman itu berbeda dengan zamanmu”.

Zaman terus berkembang dan berubah. Orangtua tentu harus banyak belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan perkembangan anak.

Sumber : https://www.facebook.com/

Mendidik anak saat ini : “Gelisahlah masa depannya”

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”  (Ali Bin Abi Thalib)

“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.” (Redaksi ini adalah sabda Rasulullah)

Petikan kalimat bijak di atas, adalah sebuah pesan moral dan spitual kepada orang tua. Selain orang tua penting juga diperhatikan bagi remaja dan anak muda calon orang tua. Kira tidak ada salahnya, ini sebagai bekal mengarungi kehidupan berkeluarga nantinya. Kalimat di atas sebuah pembelajaran bagi kita bersama, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan berubah setiap saat, setiap detik, dan setiap waktu.

Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat sahih Imam Bukhari dan Imam Muslm) 

Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.

Tafsiran hadist diatas secara konteks hari ini dapat dipahami sebagai berikut :

Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaa diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.

Berenang = Survival of Life , mendidik anak agar selalu bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.

Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Pendidikan Karater (Akhlak) Bukan sekadar Ilmu Pengetahuan.

Anis Baswedan mengatakan pendidikan karakter merupakan kebiasaan. Kata dia, pendidikan karakter bukan sekadar ilmu pengetahuan.

"Karakter itu konsep yang belum tentu anak-anak menangkapnya. Kalau berkata kebiasaan, itu lebih mudah. Anak-anak zaman sekarang tahunya karakter itu kalau sedang kirim pesan sms, 160 karakter gitu," kata Anis saat menjadi narasumber Seminar Pendidikan Anak bertema "Mendidik Anak Berkarakter di Era Digital" di aula Masjid Hikmatul Ummah, Kampung Rawa Badung, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (16/3-2017).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menuturkan pendidikan karakter tidak bisa hanya diajarkan di ruang kelas, namun juga di ruang kehidupan.

"Pendidikan karakter abad 21 itu simpel, ujung-ujungnya membuat kebiasaan. Setelah kebiasaan, nanti akan memiliki karakter dan akhirnya terbentuk budaya," ujarnya.

Dirinya menambahkan, pendidikan karakter selama ini hanya dipahami sebagian besar masyarakat sebagai pendidikan moral. Padahal pendidikan karakter kinerja tidak kalah penting untuk diajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak.

"Karakter kinerja seperti kerja keras, disiplin, kerja tuntas, tak mudah menyerah, itu semua karakter juga. Bukan hanya jujur, sopan, atau hormat ke orang tua,"

Dirinya mencontohkan tidak ada orang tua yang ingin anaknya jujur tapi malas atau bekerja keras tapi culas. Karena itulah, pendidikan karakter moral dan kinerja harus bisa diselaraskan dan seimbang.

"Jadi jangan sampai kita menyuruh anak kita untuk jujur, jangan korupsi. Tapi kita sebagai orang tua malah melanggar lalu lintas,  "Jadi jangan sampai kita menyuruh anak kita untuk jujur, jangan korupsi. Tapi kita sebagai orang tua malah melanggar lalu lintas.

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK, TANGGUNG JAWAB ORANG TUA, BUKAN NENEK KAKEKNYA, APA LAGI PEMBANTU 

 Allah ta’ala berfirman dalam sebuah ayat yang telah kita ketahui bersama,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (٦)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).

Seorang tabi’in, Qatadah, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan,

تأمرهم بطاعة الله وتنهاهم عن معصية الله وأن تقوم عليهم بأمر الله وتأمرهم به وتساعدهم عليه فإذا رأيت لله معصية ردعتهم عنها وزجرتهم عنها

“Yakni, hendaklah engkau memerintahkan mereka untuk berbuat taat kepada Allah dan melarang mereka dari berbuat durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menerapkan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan dan bantulah mereka untuk menjalankannya. Apabila engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, maka peringatkan dan cegahlah mereka.” (Tafsir al-Quran al-’Azhim 4/502).

Demikian pula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memikulkan tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada kedua orang tua. Dari Ibnu radhiallahu ‘anhu, bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,

أدب ابنك فإنك مسؤول عنه ما ذا أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك وطواعيته لك

“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).

Tanggung Jawab Orang Tua

Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani langsung oleh kedua orang tua. Para pendidik yang mendidik anak di sekolah–sekolah, hanyalah partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak.

Orang tua yang berusaha keras mendidik anaknya dalam lingkungan ketaatan kepada Allah, maka pendidikan yang diberikannya tersebut merupakan pemberian yang berharga bagi sang anak, meski terkadang hal itu jarang disadari. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ما نحل والد ولده أفضل من أدب حسن

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).

---

Peran penting seorang ayah bukan hanya dalam urusan mencari nafkah. Ayah merupakan cermin nyata kehidupan dari buah hatinya. Sang buah hati pun akan melihat bagaimana sikap dan perilaku ayahnya. Kali ini Ustadz Budi Ashari, Lc. Hafizahullahu Ta’ala membawakan sebuah tema Ayah!! Ternyata Engkau Penyebab Utama. Mengapa demikian? pasti kita bertanya-tanya. Apa yang salah dari seorang ayah? atau justru sang ayah lah yang mempunyai kunci kesuksesan dari buah hatinya. Maka dari itu mari kita menambah wawasan serta ilmu kita dalam mendidik sang buah hati dengan menjadi ayah yang baik bagi mereka.

simak video berikut :

Sumber ; muslim.or.id

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?