Langsung ke konten utama

Gelar “Honoris Causa” Rang Sumando


Gelar “Honoris Causa” Rang Sumando
Zulfikri Kamin
“Kita seringkali menganggap bahwa pernikahan itu adalah peristiwa hati. Tapi pada dasarnya pernikahan itu adalah peristiwa peradaban.”
“Dianatara komponen peradaban itu adalah Rang Sumando, Rang Sumando dapat merobah dan membangun karakter atau adat kebiasaan anak dan keluarganya”
Arti Sumando
Sumando adalah bahasa minang untuk laki-laki yang bergabung dengan keluarga perempuan yang diikat dengan tali pernikahan. Dalam bahasa Indonesia kata sumando ini dikenal dengan istilah menantu. Sumando atau menantu di adat minang adalah tamu istimewa di keluarga perempuan.
Posisi sumando di rumah keluarga perempuan ini sangat rapuh. Pepatah adat minangkabau menyebutkan sumando sebagai abu di ateh tungku (Abu diatas tungku). Ungkapan ini mempunyai maksud bahwa posisi seorang menantu di dalam keluarga perempuan di minangkabau seperti sebuah abu.
Mungkin saat ini hanya segelintir anak muda yang tahu bagaimana bentuk abu. Jika anda pernah memasak dengan menggunakan tungku tradisional anda akan mengetahui bagaimana bentuk abu tersebut.
Abu merupakan hasil dari proses pembakaran dari tungku dan sifatnya sangat mudah dibersihkan. Sedikit kena angin abu tersebut akan pergi dari tempatnya. Seperti itulah posisi sumando di ranah minang.
Gelar dan atau tipe Rang Sumando di Minangkabau :
Di ranah minang sumando ini mempunyai beberapa ciri berdasarkan sifat dan karakter dari orang tersebut. Jadi jangan digeneralisir jika ada yang mendapatkan mantu dari minang lalu mengatakan sama saja semua mantu dari minang.
Mari kita lihat satu per satu karakter menantu di Minangkabau.
Tipe Pertama adalah Sumando Niniak Mamak
Inilah karakteristik menantu paling ideal di minangkabau. Seorang sumando niniak mamak mempunyai sifat dapat menjaga tingkah laku dan adat istiadat di dalam keluarga sang istri.
Tipe Kedua adalah Sumando Langau Hijau
Langau hijau adalah bahasa minang dari lalat hijau. Anda tahu seperti apa lalat hijau itu? Lalat hijau mempunyai sifat menyukai tempat-tempat yang kotor. Selain itu lalat hijau mempunyai karakter membawa penyakit dari tempat hinggapnya.
Jadi menantu yang disifati dengan langau hijau mempunyai karakter suka ke tempat-tempat maksiat dan membawa pengaruh buruk ke dalam keluarga istri.
Tipe Ketiga adalah Sumando Kacang Miang
Kacang miang adalah sejenis rerumputan yang dapat menimbulkan sensasi gatal jika bersentuhan dengan tubuh. Menantu seperti kacang miang mempunyai sifat membuat orang-orang merasa tidak nyaman jika berada di sekitar dia.
Bagaimana cara sumando kacang miang membuat orang tidak nyaman? Yaitu dengan banyak bicara hal-hal yang tidak benar akan orang lain.
Tipe Keempat adalah Sumando Lapiak Buruak
Jika anda bertamu ke sebuah rumah lalu melihat ada tikar yang lusuh (lapiak buruak) bagaimana pendapat anda? Pastinya anda akan berpikir untuk mengganti tikar yang lusuh tersebut dengan tikar baru yang lebih nyaman dan lebih menarik.
Maksud dari menantu lapiak buruak adalah seorang menantu yang tidak memperhatikan keluarganya sendiri. Ia terlalu sibuk dengan istri dan anaknya. Padahal dalam adat istiadat ada ungkapan, anak dipangku kamanakan dibimbiang urang kampuang dipatenggangkan. Maksud dari ungkapan ini adalah agar seorang laki-laki yang telah menjadi ayah dan juga menantu tidak melupakan keluarganya sendiri dan juga orang kampung.
Maksudnya laki-laki yang telah berkeluarga tersebut harus dapat menjadi seimbang dalam perhatiannya kepada anak, kemenakan (anak dari saudara kandungnya) dan urang kampuang(kerabat dari kampung sendiri).
Tipe Kelima adalah Sumando Apak Paja
Apak paja dalam bahasa minang dapat berarti Ayah si Fulan. Konteks dari memanggil seperti ini sangat buruk. Jika masyarakat sudah memanggil dengan apak paja berarti tidak ada yang menghargai si laki-laki yang menjadi menantu. Menantu jenis ini dikenal sebagai orang yang tukang kawin tapi meninggalkan kewajiban untuk menjaga darah dagingnya sendiri.
Tipe Keenam adalah Sumando Gadang Malendo
Menantu dengan tipe gadang malendo ini mempunyai maksud seseorang yang tidak mengikuti adat istiadat minangkabau. Sebutan ini baru muncul karena perubahan zaman.
Jika dulu banyak seorang menantu harus patuh kepada mamak (kepala kaum), sekarang dengan adanya perubahan sistem kekeluargaan minangkabau yang lebih mengarah ke sistem patrilineal, menantu menganggap diri sejajar dengan mamak.
Mamak adalah sebutan untuk kakak lelaki dari ibu. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal dengan sebutan om atau paman atau uncle. Dalam adat minangkabau mamak mempunyai fungsi penting sebagai seorang tokoh.
Jika ada anak perempuan dari saudara perempuan atau lelakinya yang sudah cukup umur untuk menikah, mamaklah yang akan mencarikan pendampingnya. Pendamping yang dicari tersebut tidak asal comot tetapi juga memperhatikan bagaimana karakter si calon dan juga keadaan keluarga calon besan.
Fungsi ini yang kemudian diambil oleh ayah dan membuat fungsi mamak menjadi tergerus. Keluarga saya mengakalinya dengan memberitahu mamak jika ada calon menantu yang sudah datang untuk melamar. Artinya fungsi mamak dalam keluarga kami tetap dijalankan meski prosesnya mengalami pemotongan birokrasi. 
Ingat pernikahan adalah “Peristiwa Peradaban” 
“Kita seringkali menganggap bahwa pernikahan itu adalah peristiwa hati. Tapi pada dasarnya pernikahan itu adalah peristiwa peradaban.”~Anis Matta
Pernikahan itu bukan sekedar peristiwa dari sepasang manusia yang jatuh cinta lalu meresmikan cintanya itu dalam bentuk akad. Ini adalah satu peristiwa peradaban yang mengubah komposisi demografi manusia secara keseluruhan. Dan kita sebagai ummat Islam mengagung-agungkan peristiwa ini karena ia adalah peristiwa hati dan juga peristiwa peradaban. Sehingga kalau kita bisa mengatakan bahwa insya Allah, salah satu sebab penyebaran umat Islam di dunia ini nanti sebagian besar karena faktor pernikahan
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian –pada hari kiamat- di hadapan umat lain.” (Dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil no. 1784).
Disisi lain peradaban barat yang sudah rusak karena sex bebas dan aborsinya semakin lama semakin menurunkan persentase kelahiran generasi baru. Penduduk Eropa, diperkirakan akan menurun 14 persen antara tahun 2013 dan 2100. Karenanya, tak perlu ada perang dunia yang baru untuk bisa menaklukkan peradaban barat. tapi kita perlu memperbanyak peristiwa pernikahan. Heuheu..
Setelah menikah, seorang manusia akan memiliki tempat tinggal baru untuk menjalani kehidupan bersama dengan pasangannya. Rumah itu adalah satu sayap dalam kehidupan manusia. Sayapnya yang lain adalan dunia pekerjaan. Kalau ia gagal dalam rumah tangga hampir bisa dipastikan ia akan mengalami kesulitan dalam bekerja, tapi kalau ia sukses dalam rumah tangga hampir juga bisa dipastikan insya Allah ia akan sukses di dunia di luar rumahnya. Rumah adalah benteng jiwa kita semua. Kalau di dalam benteng itu kita mendapat energi yang memadai, insya Allah di luar benteng itu kita akan menjadi sangat produktif.
Sejak awal, Islam menjadikan rumah tangga sebagai basis sosial yang paling kokoh. Perlu dirawat, perlu diperbaiki, dan perlu dijaga. Karena dari sinilah seseorang akan mendapatkan sumber energi. Kata sakinah berasal dari kata sakan yang artinya tempat tinggal (menetap). Yang menunjukkan stabilitas. Kalau kita tidak stabil kita tidak bisa menghadapi goncangan dalam kehidupan berumah tangga.
Dunia pekerjaan adalah dunia yang penuh goncangan. Apakah kita akan menjadi pengusaha, politisi, pekerja sosial. Apapun pekerjaan kita di luar rumah itu pasti akan dipenuhi dengan goncangan yang dahsyat. Dan kita akan kuat kalau kita punya sakan, tempat tinggal, tempat jiwa kita menetap, tempat hati kita menemukan stabilitasnya. Dan itu ada di dalam rumah kita. Kalau kita tidak menemukannya di dalam rumah kita, kita tak akan kuat menghadapi goncangan-goncangan tersebut.
Dari awal, Islam tidak hanya memberikan anjuran untuk menikah, tapi juga memberikan tools bagaimana menjadikan rumah itu sebagai sumber stabilitas. Bukan sekedar tenang. Sebab ketenangan itu seperti air yang teduh di atasanya, tetapi ada gelombang yang dahsyat di dalamnya. Ada orang yang tenang, tapi tenang lalai. Bukan ini yang dimaksud. Akan tetapi tenang yg lahir dari awareness. Ketenangan yang lahir dari keasadaran, tenang yang lahir dari kemantapan hati. Dan manusia akan menjadi tenang manakala kebutuham-kebutuhannya akan terpenuhi secara komprehensif.
Yang membuat kita bisa bertahan dalam beban yang panjang adalah persepsi awal yang kita bangun saat akan menikah, dan persepsi awal ini terutama terkait tentang cara kita mempersepsikan cinta. Kalau cinta kita pahami sebagai rasa ketertarikan, ini pasti cepat pudar. Sebab begitu beban datang, yang teruji itu bukan fisik tapi jiwa. Apakah kita rela memikul lebih banyak ataukah ingin memikulkan beban ini kepada orang lain lebih banyak. Yang diuji itu apakah kita jenis manusia pemikul beban atau justru sumber beban. Karena itu definisi cinta yang paling mendalam adalah Yang membuat kita bisa bertahan dalam beban yang panjang adalah persepsi awal yang kita bangun saat akan menikah, dan persepsi awal ini terutama terkait tentang cara kita mempersepsikan cinta. Kalau cinta kita pahami sebagai rasa ketertarikan, ini pasti cepat pudar. Sebab begitu beban datang, yang teruji itu bukan fisik tapi jiwa. Apakah kita rela memikul lebih banyak ataukah ingin memikulkan beban ini kepada orang lain lebih banyak. Yang diuji itu apakah kita jenis manusia pemikul beban atau justru sumber beban. Karena itu definisi cinta yang paling mendalam adalah dorongan memberi yang tidak pernah habis kepada orang yang kita cintai.
Copas dari blog : pencaricerah.com

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?