Pengertian Tahrif, Ta’thil, Takyif, Tamtsil dan Tasybih
Sebelumnya membahasa tentang Tauhid Asma’ dan Sifat yang menjelaskan tentang pengertian Tahrif, Ta’thil, Takyif, Tamtsil dan Tasybih dalam asma’ dan sifat Allah maka insya Allah pada artikal ini adalah penjelasan terperincinya:
1. Tahrif (تخريف )
Tahrif secara bahasa ialah merubah
Adapun menurut istilah ialah merubah nash dari segi lafaz atau maknanya. Perubahan pada lafaz yang disertai merubah maknanya dan terkadang tidak merubah maknanya, sehingga terbagi menjadi tiga jenis:
Pertama:
Tahrif pada Lafaz sekaligus merubah makna; Sebagaimana dilakukan oleh sebahagian orang terhadap firman Allah ta’ala:
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara dengan langsung” (An-Nisaa`:164)
Mereka me-nashab-kan (fat-hah) [وَكَلَّمَ اللَّهَ] lafazh Allah agar yang berbicara adalah Musa.
Kedua:
Tahrif pada lafaz tanpa disertai perubahan makna; Seperti mem-fathah-kan huruf dal pada firman Allah ta’ala:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Al-Fatihah: 2)
Hal ini pada umumnya tidak terjadi kecuali dari seorang yang bodoh, kerana pada dasarnya mengandung maksud atau tujuan yang buruk dari pelakunya.
Ketiga:
Tahrif Ma’nawi
Yaitu menyimpangkan sebuah lafaz dari zhahirnya tanpa disertai dalil, seperti tahrif makna “Kedua tangan” yang disandarkan kepada Allah ta’ala menjadi “kekuatan”, “nikmat” dan sejenisnya.
2. Ta’thil (تعطيل )
Ta’thil menurut arti bahasa ialah mengosongkan. Adapun menurut istilah ialah mengingkari apa yang wajib ditetapkan untuk Allah dari asma’ dan sifat-Nya atau mengingkari sebahagiannya saja, sehingga ta’thil terbahagi menjadi dua jenis:
Pertama:
Ta’thil Keseluruhan
Sebagaimana ta’thil yang dilakukan sekte sesat Jahmiyyah yang mengingkari semua sifat Allah dan bahkan sekte ekstrim mereka mengingkari nama nama (asma’) Allah pula.
Kedua:
Ta’thil Sebagian
Sebagaimana ta’thil yang dilakukan oleh Asy’ariyyah yang mengingkari sebagian shifat saja.
Orang pertama yang dikenal melakukan ta’thil dari ummat ini adalah Ja’d bin Dirham.
3. Takyiif (تكيف )
Takyiif adalah menjabarkan cara atau bentuk sifat Allah, seperti perkataaan seseorang; “Seperti apa bentuk tangan Allah?”, atau “Bagaimana cara Allah turun ke langit dunia?”, caranya adalah begini dan begitu.
4. Tamtsil (تمثيل ) dan Tasybih (تشبيه)
Tamtsil adalah menetapkan sesuatu serupa dengan sesuatu yang lainnya.
Tasybih adalah menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Tamtsil mengandung persamaan dari segala segi dan Tasybih mengandung persamaan pada sebagian besar sifat. Keduanya itu terkait satu sama lainnya, adapun perbedaan antara keduanya dengan Takyiif dari dua sisi:
Pertama:
Takyif ialah mengilustrasikan kaifiyah (bagaimananya) secara umum maupun khusus dan menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Tamtsil & Tasybih menunjukkan bentuk atau cara yang dipersempit dengan menyamakannya atau menyerupakannya dengan sesuatu.
Di sini takyif bersifat umum, kerana setiap pelaku tamtsil di saat yang sama melakukan takyif pula, bukan sebaliknya.
Kedua:
Takyif Khusus pada masalah sifat, adapun Tamtsil terjadi pada masalah ukuran (kadar), sifat dan dzat.
Di sini tamtsil menjadi lebih umum, kerana berkaitan dengan dzat, sifat dan ukuran.
Adapun Tasybih yang telah menyesatkan sebagian orang terbahagi menjadi dua, iaitu:
1. Menyerupakan makhluk dengan Khaliq (Pencipta)
Maksudnya ialah menetapkan bagi makhluk sesuatu yang khusus dimiliki Allah berupa perbuatan, hak, dan sifat.
Pertama:
Seperti perbuatan orang yang melakukan kesyirikan dalam tauhid Rububiyah yang menyangka ada pencipta lain bersama Allah.
Kedua:
Seperti perbuatan kaum musyrikin terhadap berhala berhala mereka, yang mana mereka menganggap berhala berhala itu memiliki hak untuk diibadahi sehingga mereka menyembahnya seperti menyembah Allah ta’ala.
Ketiga:
Seperti perbuatan orang orang yang berlebihan dalam memuji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau lainnya. Seperti perkataan Al-Mutanabbi ketika memuji Abdullah bin Yahya Al-Bahturi:
“Maka jadilah seperi yang engkau kehendaki, wahai yang tiada sesuatu pun yang menyamainya.”
Jadilah bagaimanapun yang engkau kehendaki, kerana taak ada satu makhluk pun yang menyamaimu.
2. Menyerupakan Khaliq (Pencipta) dengan makhluk
Maksudnya ialah menetapkan bagi Allah dalam dzat-Nya atau Sifat-Nya berupa kekhususan kekhususan seperti yang dimiliki makhluk. Seperti perkataan seseorang bahwa tangan Allah seperti tangan para makhluk dan bersemayam-Nya di atas Arsy-Nya seperti bersemayamnya makhluk dan perkataan perkataan serupa lainnya.
Ada yang berkata: bahwa yang pertama kali dikenal melakukan hal ini adalah Hisyam bin Hakam, seorang Rafidhah. Wallahu a’lam
[Disarikan dari Kitab Fathu Rabbil Bariyyah bi-Talkhiisil Hamawiyyah (hlm. 12-18), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Daar Ibnul Jauzi, th. 1427 H]
Sumber; https://www.facebook.com
Note :
Al-Qur an diturunkan dalam bahasa Arab, dan orang Arab lebih tahu akan makna bahasanya.
Komentar
Posting Komentar