Jika ada alumni Al-Azhar Mesir, berafiliasi kepada salafi atau wahabi itu "luar biasa".
Jika ada alumni Al-Azhar Mesir, kurang suka kepada salafi atau wahabi itu sudah biasa.
Jika ada alumni Al-Azhar Mesir, berafiliasi kepada salafi atau wahabi itu "luar biasa".
Oleh : Ust Guntara Nugraha Adiana Poetra حفظه الله تعالى
Perbandingannya, 1000 mahasiswa Indonesia, 950 nya sufi, ikhwani dll. Maka 50 orangnya kemungkinan salafi atau wahabi.
Nah, dari 50 orang tersebut, sependek pengamatan kami, 45 nya biasanya lulusan pondok yang sudah terafiliasi dengan salafi/wahabi, atau orangtuanya ustadz/wali santri yang juga salafi/wahabi.
Sampai di sini, pembahasan selesai. Lah apa yang mau dibahas?!
Toh mereka yang ke-45 orang memang sudah ada kecendrungan kepada salafi sebelumnya. Jadi ya biasa-biasa saja sebenarnya.
Kami kenal seseorang, ketika di Mesir, tak nampak salafi atau wahabi, bahkan cenderung okem dan gaul.
Ketika pulang, justru jadi pembesar ustadz salafi. Kok bisa?! Ya itu tadi karena memang sudah lingkungannya begitu dan faktor orangtua yang juga ustadz salafi.
Mau tidak mau, ia kembali ke lingkungan awal nya dengan dukungan penuh keluarga. Ibarat kata, punya jalan tol atau ordal.
Yang ingin kami bahas sebenarnya yang 5 orang itu tadi...ini sangat unik dan termasuk manusia² langka.
Jika dari 1000 mahasiswa, namun ada tetiba 5 mahasiswa mereka berafiliasi kepada salafi.
Maka ini patut diapresiasi, karena pastinya ada jalan terjal yang panjang yang ia lewati. Belum lagi, dikucilkan sampai jadi bahan olokan rekan dan saudaranya. :)
Kami berkawan baik, dengan alumni Al-Azhar yang masuk dalam kategori secuil tadi.
Mereka bukanlah lulusan pondok salafi atau latar keluarga mereka salafi. Bukan sama sekali. Ortu/keluarganya malah kaga ngarti istilah begituan.
Namun karena proses kehati²an, pembelajaran, penelitian, observasi yang sangat panjang dan doa-doa yang dipanjatkan.
Selain itu, mereka adalah lulusan pondok/kampus negeri umum terbaik, bakan ada yang lulusan sekolah ala PKS dan NU. Dan tidak ada berbau salafi.
Jadi secara kemampuan, mereka bukan orang sembarangan, bodoh, kaku dan ga mikir. Lah secara akademis mereka cerdasnya di atas rata² kok, berpendidikan tinggi, selalu juara kelas bahkan juara umum di sekolahnya dan punya kemampuan komunikasi yang asertif dan adaptasi yang sangat baik.
Hingga akhirnya mereka memilih salafi sebagai jalan hidup dan istiqomah di jalan tersebut.
Dengan catatan, mereka bukan "salafi" yang demen gembar gembor, mudah klaim ini itu. Ini titik beratnya. Namun mereka cenderung terbuka, calm dan cool.
Mereka juga tidak senang masuk ke dalam kubu²an, atau nyemplung ke kelompok pengajian tertentu. Bahkan mereka memilih menjaga jarak dan bebas bergaul dengan lintas afiliasi tanpa ada tekanan dan ketakutan.
Sampai orang² mengira, jika ybs itu aswaja, sufi atau ikhwani. Padahal kenyataannya itu salafi tulen dan ini hanya bisa diketahui kalangan terbatas.
Moga mencerahkan.
Baca juga artikel terkait berikut :
- Sejarah dan Konsep Akidah Universitas Al Azhar Kairo
- Grand Syekh Al Azhar: Sunny dan Syiah Adalah Saudara.???
- Universitas Islam Madinah: Kampus Pemersatu Umat
- KAJIAN HADITS TENTANG BAB IMAN AKAN KEMBALI KE KOTA MADINAH
- KOTA MADINAH SUMBER KEMURNIAN AGAMA ISLAM
- Sesungguhnya iman itu kembali ke Madinah
- Terjaganya Kota Madinah dari Bid'ah
- Tayeb Jelaskan Alasan Al-Azhar Menganut Paham Asy'ariyah
Sumber :
Komentar
Posting Komentar