Abu Bakar direkomendasi oleh Nabi orang yang tidak sombong

Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

من جر ثوبه خيلاء ، لم ينظر الله إليه يوم القيامة . فقال أبو بكر : إن أحد شقي ثوبي يسترخي ، إلا أن أتعاهد ذلك منه ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنك لن تصنع ذلك خيلاء . قال موسى : فقلت لسالم : أذكر عبد الله : من جر إزاره ؟ قال : لم أسمعه ذكر إلا ثوبه

“Barangsiapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar lalu berkata: ‘Salah satu sisi pakaianku akan melorot kecuali aku ikat dengan benar’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Engkau tidak melakukan itu karena sombong’.Musa bertanya kepada Salim, apakah Abdullah bin Umar menyebutkan lafadz ‘barangsiapa menjulurkan kainnya’? Salim menjawab, yang saya dengan hanya ‘barangsiapa menjulurkan pakaiannya’. ”. (HR. Bukhari 3665, Muslim 2085)

Baca artikel video terkait : 
----
Bercermin dan Meneladani Kisah Nabi dan Sahabat Nabi 

Kita hidup di lingkungan sosial sebagai manusia yang memiliki akal dan beriman. Kenyataannya di dalam kehidupan ini kita sering melihat perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai akhlak. Masih banyak perilaku amoral yang terjadi di masyarakat, bahkan ada yang dilakukan oleh keluarga terdekat.

Disinilah pentingnya keteladanan dalam hal yang baik, untuk mewujudkan pribadi yang baik. Keteladanan diperlukan sebagai tuntunan untuk mengarahkan diri pada kebaikan. Keteladanan adalah hal baik yang dapat dicontoh, seperti meneladani kisah para Nabi dan sahabat.

Kisah Nabi dan Sahabat

Nabi Muhammad selalu mengingatkan para sahabat dan pengikutnya untuk selalu bersyukur dan menolong sesama. Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak baik. Tapi selain Nabi Muhammad Saw, sosok Abu Bakar juga dikenal memiliki akhlak yang baik dan istimewa. Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang memiliki perilaku dan hati yang sangat baik. Sahabat Nabi dimaksudkan sebagai orang yang mengenal Nabi Muhammad  dan turut berjuang bersamanya. Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang sangat bersemangat di jalan Allah. Abu Bakar memiliki loyalitas dan semangat dalam beramal. Abu Bakar merupakan sahabat Nabi yang digambarkan sebagai sosok jujur, rendah hati dan memiliki kesopanan. Bukan hanya itu saja, beliau memiliki watak yang baik dan berhati mulia. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat Nabi yang patut diteladani karena keistimewaan pribadinya.

Sifat Jujur

Abu Bakar adalah manusia yang memiliki kejujuran.Hal itu tercermin ketika dia menjadi pedagang. Dia berdagang tanpa pernah sekalipun menipu, kejujurannya bahkan dikenal oleh banyak orang. Karena kejujurannya, Abu Bakar mendapat julukan Ash-Shiddiq.

Sudah seharusnya kita meneladani sifat jujur Abu Bakar, bukan hanya jujur terhadap perkataan, tetapi juga perbuatan. Mengatakan iya jika memang iya, dan mengatakan tidak jika memnag tidak. Jangan berkata iya tetapi tindakan kita justru sebaliknya. Kejujuran mencerminkan iman seseorang. Kejujuran bisa menyelamatkan kita dari kemungkaran.

Peduli Terhadap Orang Lain

Dikisahkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah membebaskan budak-budak dari penyiksaan. Dia melakukan pembebasan karena cinta di hatinya. Dia melakukannya dengan penuh kesadaran dan sebagai bentuk empatinya terhadap orang lain. Dari apa yang dilakukan Abu Bakar tercermin niat dan sikap yang mulia. Jika kita bisa meneladani kebaikan dan kedermawanan Abu Bakar, maka kita bisa membiasakan diri dengan bersedekah, saling berbagi dan membantu orang lain yang membutuhkan.

Tidak Sombong

Pada masa kepemimpinannya, meskipun Abu Bakar seorang pedagang kaya, namun dia tidak pernah sombong. Orang yang rendah hati bukanlah orang yang suka memandang rendah orang lain. Meskipun memiliki kekayaan, kepandaian dan kedudukan yang lebih dari orang lain, namun penting untuk tetap memiliki sikap rendah hati.

Sikap Abu Bakar yang rendah hati ini dikisahkan ketika raja dari Himyar Yaman yang bernama Dzul Kala hendak menemui Abu Bakar di Madinah. Saat itu Abu Bakar telah diangkat menjadi khalifah. Dia terkejut karena melihat sang khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang tidak memiliki istana megah dan hanya mengenakan pakaian sederhna.

Dari Abu Bakar kita belajar, andaikan kita dipercayai menjadi seorang pemimpin, kedudukan itu tidak serta merta menjadikan kita istimewa daripada orang lain. Seorang pemimpin haruslah menunaikan kewajiban dan tugasnya sebaik mungkin. Sikap rendah hati membuat kita memiliki rasa sepadan dengan orang lain. Bagaimanapun, semua manusia memiliki kedudukan yang sama di mata Allah.

Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita perlu mencontoh keteladanan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kita hidup di dunia tidak semata-mata hanya untuk mengejar duniawi. Memang munafik rasanya jika kita hidup saat ini tidak membutuhkan yang namanya uang. Tapi jika bisa melihat maknanya, kita hidup cukup tidak berlebihan haruslah disyukuri jangan menuntut lebih. Jika kita dipercayai Allah dengan harta yang lebih dari cukup atau berlebih, maka tidak boleh ada kesombongan dalam diri. Sejatinya keangkuhan akan membawa kita pada kehancuran. Rendah hati diperlukan agar kita bisa berempati dengan keadaan orang lain.

Iman yang Kuat 

Ketika Abu Bakar menolong orang lain, dia tidak pernah bersikap pamrih. Dia hanya mengharapkan kasih dari Allah. Dia memiliki keyakinan jika harta yang dia habiskan di jalan Allah tidak akan pernah hilang, tetapi kekal di keabadian nantinya.

Keimanan dan kecintaannya kepada Allah dibuktikan dengan kerelaannya mengorbankan harta benda, kepentingan keluarganya bahkan jiwanya demi ikut di jalan Allah. Kita bisa meneladani keimanan Abu Bakar dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt, menaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

Keteguhan iman, sikap yang Jujur, rendah hati dan dermawan, menjadi keistimewaan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dapat kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Sosok Abu Bakar dapat diteladani untuk menciptakan pribadi yang baik.

Sumber : https://ramadan.kompasiana.com/

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab