Miss Arab Saudi: Mereka Mengganggu Umat Islam Di Bulan Ramadan


Miss Arab Saudi: Mereka Mengganggu Umat Islam Di Bulan Ramadan

Sebuah laman online majalah tren fesyen terkini, kecantikan, kesehatan, berita komunitas, yang mengaku sebagai yang pertama untuk wanita Arab modern dan berbasis di Dubai menulis judul: ملكة جمال السعودية رومي القحطاني تشارك في مسابقة ملكة جمال الكوكب 2023 (Miss Arab Saudi, Rumi Al-Qahtani, mengikuti kompetisi Miss World 2023).

Di paragraf pertamanya, ditulis:

تداولت مواقع وشبكات التواصل الإجتماعي مقطعًا لملكة جمال السعودية رومي القحطاني أثناء مشاركتها في مسابقة ملكة جمال الكوكب 2023.

“Situs dan jaringan media sosial menviralkan klip “Miss Arab Saudi,” Rumi Al-Qahtani, saat dia mengikuti kontes Miss World 2023.”

Kemudian ditulis, “Rumy Al-Qahtani melalui akun resminya mengumumkan dirinya mengikuti kontes kecantikan internasional yang diadakan di Los Angeles, Amerika. Ini bukan pertama kalinya Rumy mengikuti kontes internasional, karena sebelumnya dia pernah mengikuti Miss Kontes Wanita di Italia.”

Apakah ada yang mendengar kehebohannya pada tahun 2023 lalu? Bisa saja ada sedikit orang terganggu dengan info berita tersebut. Tetapi untuk tahun ini, bertepatan dengan bulan Ramadan yang penuh berkah, media menemukan momen yang tepat untuk memblow up-nya.

Sebagian orang lupa, bahwa seharusnya kaum muslimin di bulan Ramadan disibukkan dengan tadarus Al-Quran, qiyam, dan puasa sepanjang harinya, mendadak dirusak dengan tersebarnya gambar wanita tersingkap auratnya. Dengan dalih mencari klarifikasi, tangan-tangan sebagian orang telah memiliki andil menyebar luaskan aurat seorang wanita, apakah kelak tidak dimintai pertanggungjawabannya?

Tapi terjadilah yang terjadi, hingga media televisi nasional pun ikut ramai membicangkannya, meski disayangkan, lagi-lagi dan selalu, mengundang nara sumber yang tidak kredibel.

Pembaca perlu ketahui, tidak pernah ada dalam sejarah Kerajaan Arab Saudi penyelenggaraan kontes kecantikan, semacam pemilihan “Miss Arab Saudi.” Karena itu, gelar atau penyematan “Miss Arab Saudi” itu tidak ada dasarnya alias rekayasa untuk tujuan tertentu.

Tetapi semua media menulisnya? Satu-satunya sumber tulisan media hanyalah status medsos pemilik mahkota “Miss” tersebut.

Jangankan sekedar “miss,” Raja Salman saja sudah berkali-kali diberitakan wafat!  idem ditto! Mereka yang menebar fitnah dengan mengedit potongan video meninggalnya berita wafatnya Raja Abdullah 8 tahun lalu juga menyebarkannya di bulan Ramadan.

Lantas, bagaimana ceritanya ada mahkota yang tidak diakui tetapi disematkan kepada seseorang? Jawabannya, inilah bukti “harakah tasywiyah” yang lama menyerang Arab Saudi.

Mulai dari sejarah Najd yang dituding melakukan pemberontakan terhadap Dinasti ‘Utsmani, buku kecil Fitnah Al-Wahhabiyyah karya Ahmad Zaini Dahlan hingga “Blood and Oil,” buku sampah yang menjijikkan, jauh dari amanah ilmiah.

Permusuhan kepada Arab Saudi juga telah melibatkan (brainwash) warganya sendiri dan ekspatriat yang bermukim di Saudi. Mereka melakukan serangkaian aktivitas mengatasmakan rakyat atau negara sebagai upaya distorsi kepribadian Kerajaan.

Beberapa kasus akhlaqiyah yang sering ramai di media sosial, selain sebagian memang warga Saudi, tidak sedikit pelakunya adalah warga non-Saudi dari beberapa negara Arab tetangga. Bukan tidak disengaja, tetapi memang nyata gerakan distorsi sebagaimana diakui para pengamat medsos di Timur Tengah.

Adapula mereka yang berkhianat, lari ke negara kafir di Amerika dan Eropa, berdalih dakwah, meneriakkan kebebasan, demokrasi, dan seterusnya. Meskipun akhir-akhir ini 12 orang warga Saudi terancam ditolak suakanya di Inggris.

Kegaduhan “Miss Arab Saudi” juga tidak bisa dilepaskan upaya sebagian orang yang ingin membuat Arab Saudi menjadi “semakin terbuka.” Tidak bisa dipungkiri, kalangan sekuler-liberal juga ada bercokol di negeri yang menahbiskan UUD-nya Al-Quran dan Hadits.

Sampai tulisan ini dibuat, tidak ada satupun instansi pemerintah hingga lembaga swasta di Arab Saudi yang menyatakan bahwa ada “Miss Arab Saudi” telah disematkan kepada seseorang, kemudian diutus secara resmi mewakili negaranya untuk ikut serta di anjang eksplotasi dan perendahan wanita tersebut.

Media lokal resmi di Arab Saudi pun tidak ada yang menulis apapun tentang rencana pribadi Rumi Al-Qahtani untuk ikut serta yang kesekian kalinya dalam ajang kontes kecantikan tersebut.

Media seperti biasanya, sedang berusaha mempratekkan “the illusory truth effect,” dimana kebohongan yang diungkapkan terus menerus akan diyakini sebagai kebenaran. Ini yang terjadi dalam perjalanan sejarah Arab Saudi, sebagian orang telah terjerumus karenanya.

Lantas, apakah tidak ada tindakan tegas dari pemerintah Arab Saudi? Inilah jawaban telak bagi mereka yang sering menuding Arab Saudi selalu melakukan tindakan main hakim sendiri, tangan besi, menangkapi warga hingga ulama seenaknya.

Salman ‘Audah misalnya, da’i provokator ini ditahan setelah ada 37 dakwaan serius yang melanggar undang-undang subversif. Bukan hanya sekedar cuitannya sehingga dia ditahan, sebagaimana tudingan netizen yang miskin data.

Uniknya, sebagian orang yang selalu memaksakan ide kufur demokrasi ke sistem Kerajaan Arab Saudi mencela sehabis-habisnya. Padahal mereka tidak sadar setiap negara memiliki kedaulatannya sendiri dalam menerapkan undang-undang yang dibuatnya.

Tindakan kepada “Miss Arab Saudi,” bisa jadi tidak bisa serta merta bisa langsung diterapkan. Mereka penganut demokrasi sering berteriak agar melindungi kebebasan warganya, tetapi di waktu yang sama menuntut Kerajaan bertindak dengan tangan besi, hipokrit.

Pihak yang berwenang di Arab Saudi lebih paham bagaimana menanganinya. Sebagai contoh tindakan hukum terhadap influencer Saudi, Hind Qahtani atau yang lainnya juga ditegakkan melalui proses dan mekanismenya. Termasuk delik terkait aturan bendera Kerajaan Arab Saudi, tidak perlu “mengajari bebek berenang,” kecuali suudzan selalu mendahului setiap pandangan kepada Arab Saudi!

Baca juga : 
Sumber video : https://youtu.be/2tXB9


Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab