Biografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani
Dr. H. Arrazy Hasyim, Lc, S.Fil.I., MA.Hum, atau yang kerap disebut Buya Arrazy adalah mubaligh dan ulama Indonesia. Ia merupakan pendiri dan pengasuh Ribath Nouraniyah Hasyimiyah, berkomentar tentang Syaikh Al Albani, simak video berikut :
Biografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani
Beliau adalah Ustadzul Muhaqiqin wal ‘Ulama, Nashirussunnah, Qaami’ul bid’ah, Muhadditsul ‘Ashr, Al Faqih, Al Imam Al Mujaddid [1. Ini semua adalah laqb (julukan) yang diberikan orang-orang kepada Syaikh Al Albani], Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati bin Adam Al Albani.
Beliau dilahirkan pada tahun 1332 H bertepatan dengan 1914 M di kota Ashqadar yang merupakan ibu kota Albania di masa lalu.
Beliau tumbuh dalam keluarga yang miskin namun agamis, karena ayah beliau merupakan lulusan dari beberapa pondok pesantren di kesultanan Ustmaniyah (Astanah) [2. sekarang Istanbul] kemudian beliau kembali ke negerinya dan menjadi rujukan bagi masyarakat negerinya dalam masalah agama.
Syaikh Nuh Najati lalu membuat markaz untuk belajar agama yang ia buat untuk anaknya (yaitu Al Albani) yang telah lulus dari madrasah ibtidaiyyah yang di kelola oleh yayasan Al Is’af Al Khairiy di Damaskus. Syaikh Nuh Najati dan keluarganya memutuskan pindah ke Damaskus dari Albania karena sistem pemerintahan yang sekuler yang diterapkan oleh Raja Ahmad Zugha.
Syaikhuna Al Albani tidak melanjutkan belajar di sekolah formal (selepas dari madrasah ibtidaiyyah), dan hanya belajar kepada ayahnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lughah dan ilmu-ilmu syar’i. Beliau juga belajar kepada Syaikh Sa’id Al Burhani rahimahullah dalam mempelajari ilmu fikih madzhab Hanafi dan kitab Syudzurudz Dzahab dalam ilmu nahwu, dan beberapa kitab ilmu balaghah.
Ketika Syaikh Muhammad Raghib At Thabbakh rahimahullah mendengar kegigihan Syaikh Al Albani dalam mendakwahkan Al Qur’an dan As Sunnah, dan kegigihan beliau dalam ilmu hadits, beliau pun sangat ingin bertemu dengan Syaikh Al Albani untuk memberikan ijazah periwayatan hadits. Syaikh Muhammad Raghib pun memberikian kitab tsabt beliau yang berjudul Al Anwar Al Jaliyah fii Mukhtashar Al Atsbat Al Halabiyah. Oleh karena itu Syaikh Muhammad Raghib merupakan guru Syaikh Al Albani secara ijazah.
Syaikh Al Albani pernah bekerja sebagai tukang kayu, namun beliau tidak sukses dalam pekerjaan ini. Lalu beliau bekerja sebagai tukang reparasi jam yang ia pelajari dari ayahnya. Lalu beliau menekuninya hingga ia terkenal dengan pekerjaan tersebut. Dan dari sebab pekerjaan ini lah syaikh mendapatkan penghasilan dan rezeki.
Syaikh Al Albani lalu mulai menggeluti ilmu hadits pada saat usia beliau sekitar 20 tahun-an, setelah beliau mendapat pengaruh dari dakwah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah. Ilmu hadits pun menjadi kesibukan utama dari Syaikh Al Albani sampai terkadang beliau menutup lapaknya karena pergi ke perpustakaan Azh Zhahiriyyah dan berada di sana selama 12 jam. Selama 12 jam itu beliau tidak bosan menelaah, memberi catatan, men-tahqiq, kecuali di waktu-waktu shalat. Sampai-sampai pengurus perpustakaan memberikan ruangan khusus bagi beliau untuk menelaah kitab-kitab dan melakukan penelitian-penelitian ilmiah, karena mereka melihat betapa gigihnya beliau dalam menelaah dan meneliti.
Ketika beliau mulai terjun ke dunia dakwah, beliau mengajak umat kepada manhaj yang shahih yaitu kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, dengan pemahaman para ulama salafus shalih, tanpa ta’ashub (fanatik) kepada salah seorang dari mereka namun tanpa meremehkan mereka. Dan sering sekali Syaikh Al Albani menyelisihi madzhab Hanafi, yang ia dididik dengannya, ketika telah nampak dalil yang memang menyelisihi pendapat madzhab.
Syaikh Al Albani pun menemui penentangan yang keras dari banyak ulama fanatikus madzhab dan masyaikh sufi serta selain mereka. Namun ada pula ulama yang tetap mendukung apa yang beliau lakukan, diantaranya Syaikh Muhammad Bahjah Al Baithar, juga Syaikh Abdul Fattah Al Imam yang merupakan pimpinan organisasi Syubbanul Muslimin, dan Syaikh Taufiqul Bazrah rahimahumullah, dan para ulama yang lainnya. Syaikh Al Albani pun senantiasa bersabar dan terus berjibaku menghadapi rintangan yang ada demi menegakkan sunnah, serta senantiasa tenang dalam menghadapi gangguan-gangguan yang akan ditemui, serta beliau terus bersabar menjalani jalan yang panjang.
Syaikh Al Albani memiliki sesi-sesi durus ilmiyah yang beliau berikan kepada murid-murid beliau yang durus ini banyak sekali memberikan faidah. Kitab-kitab yang beliau ajarkan diantaranya: Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim, Nukhbatul Fikar karya Ibnu Hajar Al Asqalani, Ar Raudhah An Nadhiyyah karya Shiddiq Hasan Khan, Fathul Majid Syarah Kitab At Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab, Al Ba’itsul Hatsits Syarah Ikhtishar Ulumil Hadits karya Al Allamah Ahmad Syakir, Thabaqat Fuhul Asy Syu’ara karya Ibnu Sallam Al Jahmi, Ushulul Fiqh karya Abdul Wahhab Khalaf, Tath-hirul I’tiqad min Ardanil Ilhad karya Ash Shan’ani, Al Targhib wat Tarhib karya Al Mundziri, Al Adabul Mufrad karya Al Bukhari, Minhajul Islam fil Hukmi karya Muhammad Asad, Musthalah At Tarikh karya Asad Rustam, Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, Riyadus Shalihin karya An Nawawi, Al Ilmam fi Ahaditsil Ahkam karya Ibnu Daqiqil Id.
Syaikh Al Albani pernah dipenjara di penjara Al Qal’ah Damaskus, yang merupakan penjara tempat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah dipenjara. Beliau dipenjara di sana selama 6 bulan. Dan sebelumnya juga beliau pernah dipenjara para tahun 1967M selama 1 bulan. Hal ini disebabkan gugatan dari sebagian masyaikh sufi yang mengajukan gugatan melawan beliau di pengadilan.
Beliau pun kemudian dikenal banyak orang. Bahkan orang dari berbagai penjuru dunia menjadikan beliau rujukan dalam perkara-perkara syariat, terutama dalam ilmu hadits. Kemudian para dewan petinggi Universitas Islam Madinah pun meminta beliau untuk mengampu pengajaran hadits dan fiqih di universitas tersebut. Ketika itu ketua dewan petinggi Universitas Islam Madinah adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh, yang beliau juga menjabat sebagai rektor universitas tersebut juga sebagai Mufti ‘Am Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh Al Albani pun mengajar ilmu hadits di sana selama 3 tahun sejak 1381H hingga akhir tahun 1383H. Baca selanjutnya [ Klik Disini ]
Beliau adalah Ustadzul Muhaqiqin wal ‘Ulama, Nashirussunnah, Qaami’ul bid’ah, Muhadditsul ‘Ashr, Al Faqih, Al Imam Al Mujaddid [1. Ini semua adalah laqb (julukan) yang diberikan orang-orang kepada Syaikh Al Albani], Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati bin Adam Al Albani.
Beliau dilahirkan pada tahun 1332 H bertepatan dengan 1914 M di kota Ashqadar yang merupakan ibu kota Albania di masa lalu.
Beliau tumbuh dalam keluarga yang miskin namun agamis, karena ayah beliau merupakan lulusan dari beberapa pondok pesantren di kesultanan Ustmaniyah (Astanah) [2. sekarang Istanbul] kemudian beliau kembali ke negerinya dan menjadi rujukan bagi masyarakat negerinya dalam masalah agama.
Syaikh Nuh Najati lalu membuat markaz untuk belajar agama yang ia buat untuk anaknya (yaitu Al Albani) yang telah lulus dari madrasah ibtidaiyyah yang di kelola oleh yayasan Al Is’af Al Khairiy di Damaskus. Syaikh Nuh Najati dan keluarganya memutuskan pindah ke Damaskus dari Albania karena sistem pemerintahan yang sekuler yang diterapkan oleh Raja Ahmad Zugha.
Syaikhuna Al Albani tidak melanjutkan belajar di sekolah formal (selepas dari madrasah ibtidaiyyah), dan hanya belajar kepada ayahnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lughah dan ilmu-ilmu syar’i. Beliau juga belajar kepada Syaikh Sa’id Al Burhani rahimahullah dalam mempelajari ilmu fikih madzhab Hanafi dan kitab Syudzurudz Dzahab dalam ilmu nahwu, dan beberapa kitab ilmu balaghah.
Ketika Syaikh Muhammad Raghib At Thabbakh rahimahullah mendengar kegigihan Syaikh Al Albani dalam mendakwahkan Al Qur’an dan As Sunnah, dan kegigihan beliau dalam ilmu hadits, beliau pun sangat ingin bertemu dengan Syaikh Al Albani untuk memberikan ijazah periwayatan hadits. Syaikh Muhammad Raghib pun memberikian kitab tsabt beliau yang berjudul Al Anwar Al Jaliyah fii Mukhtashar Al Atsbat Al Halabiyah. Oleh karena itu Syaikh Muhammad Raghib merupakan guru Syaikh Al Albani secara ijazah.
Syaikh Al Albani pernah bekerja sebagai tukang kayu, namun beliau tidak sukses dalam pekerjaan ini. Lalu beliau bekerja sebagai tukang reparasi jam yang ia pelajari dari ayahnya. Lalu beliau menekuninya hingga ia terkenal dengan pekerjaan tersebut. Dan dari sebab pekerjaan ini lah syaikh mendapatkan penghasilan dan rezeki.
Syaikh Al Albani lalu mulai menggeluti ilmu hadits pada saat usia beliau sekitar 20 tahun-an, setelah beliau mendapat pengaruh dari dakwah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah. Ilmu hadits pun menjadi kesibukan utama dari Syaikh Al Albani sampai terkadang beliau menutup lapaknya karena pergi ke perpustakaan Azh Zhahiriyyah dan berada di sana selama 12 jam. Selama 12 jam itu beliau tidak bosan menelaah, memberi catatan, men-tahqiq, kecuali di waktu-waktu shalat. Sampai-sampai pengurus perpustakaan memberikan ruangan khusus bagi beliau untuk menelaah kitab-kitab dan melakukan penelitian-penelitian ilmiah, karena mereka melihat betapa gigihnya beliau dalam menelaah dan meneliti.
Ketika beliau mulai terjun ke dunia dakwah, beliau mengajak umat kepada manhaj yang shahih yaitu kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, dengan pemahaman para ulama salafus shalih, tanpa ta’ashub (fanatik) kepada salah seorang dari mereka namun tanpa meremehkan mereka. Dan sering sekali Syaikh Al Albani menyelisihi madzhab Hanafi, yang ia dididik dengannya, ketika telah nampak dalil yang memang menyelisihi pendapat madzhab.
Syaikh Al Albani pun menemui penentangan yang keras dari banyak ulama fanatikus madzhab dan masyaikh sufi serta selain mereka. Namun ada pula ulama yang tetap mendukung apa yang beliau lakukan, diantaranya Syaikh Muhammad Bahjah Al Baithar, juga Syaikh Abdul Fattah Al Imam yang merupakan pimpinan organisasi Syubbanul Muslimin, dan Syaikh Taufiqul Bazrah rahimahumullah, dan para ulama yang lainnya. Syaikh Al Albani pun senantiasa bersabar dan terus berjibaku menghadapi rintangan yang ada demi menegakkan sunnah, serta senantiasa tenang dalam menghadapi gangguan-gangguan yang akan ditemui, serta beliau terus bersabar menjalani jalan yang panjang.
Syaikh Al Albani memiliki sesi-sesi durus ilmiyah yang beliau berikan kepada murid-murid beliau yang durus ini banyak sekali memberikan faidah. Kitab-kitab yang beliau ajarkan diantaranya: Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim, Nukhbatul Fikar karya Ibnu Hajar Al Asqalani, Ar Raudhah An Nadhiyyah karya Shiddiq Hasan Khan, Fathul Majid Syarah Kitab At Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab, Al Ba’itsul Hatsits Syarah Ikhtishar Ulumil Hadits karya Al Allamah Ahmad Syakir, Thabaqat Fuhul Asy Syu’ara karya Ibnu Sallam Al Jahmi, Ushulul Fiqh karya Abdul Wahhab Khalaf, Tath-hirul I’tiqad min Ardanil Ilhad karya Ash Shan’ani, Al Targhib wat Tarhib karya Al Mundziri, Al Adabul Mufrad karya Al Bukhari, Minhajul Islam fil Hukmi karya Muhammad Asad, Musthalah At Tarikh karya Asad Rustam, Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, Riyadus Shalihin karya An Nawawi, Al Ilmam fi Ahaditsil Ahkam karya Ibnu Daqiqil Id.
Syaikh Al Albani pernah dipenjara di penjara Al Qal’ah Damaskus, yang merupakan penjara tempat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah dipenjara. Beliau dipenjara di sana selama 6 bulan. Dan sebelumnya juga beliau pernah dipenjara para tahun 1967M selama 1 bulan. Hal ini disebabkan gugatan dari sebagian masyaikh sufi yang mengajukan gugatan melawan beliau di pengadilan.
Beliau pun kemudian dikenal banyak orang. Bahkan orang dari berbagai penjuru dunia menjadikan beliau rujukan dalam perkara-perkara syariat, terutama dalam ilmu hadits. Kemudian para dewan petinggi Universitas Islam Madinah pun meminta beliau untuk mengampu pengajaran hadits dan fiqih di universitas tersebut. Ketika itu ketua dewan petinggi Universitas Islam Madinah adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh, yang beliau juga menjabat sebagai rektor universitas tersebut juga sebagai Mufti ‘Am Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh Al Albani pun mengajar ilmu hadits di sana selama 3 tahun sejak 1381H hingga akhir tahun 1383H. Baca selanjutnya [ Klik Disini ]
Baca juga artikel berikut :
Komentar
Posting Komentar