Dalil Alquran Tentang Hakikat Ruh dan Mimpi bertemu dengan orang sudah mati

Dalil Alquran Tentang Hakikat Ruh

Surat Al-Isra' Ayat 85

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.”

Orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Muhammad tentang roh yang dapat menghidupkan jasmani, apakah hakikatnya dan apakah dapat dibangkitkan kembali. Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa masalah roh adalah urusan Allah, hanya Dialah yang mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.

Kata ruh dalam Al-Qur'an mempunyai tiga arti, yaitu:

Pertama:

Yang dimaksud dengan ruh adalah Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah:

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِى مَا ٱلْكِتَٰبُ وَلَا ٱلْإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلْنَٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (ruh) wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (asy-Syura/42: 52)

Pengertian ini sesuai dengan isi ayat 82 Surah al-Isra', dimana diterangkan bahwa Al-Qur'an menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Juga sesuai dengan ayat 87 surah yang sama yang menerangkan bahwa jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan Al-Qur'an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dengan demikian, Nabi tidak akan memperoleh pembelaan.

Kedua:

Malaikat Jibril. Dalam Al-Qur'an banyak perkataan ruh yang diartikan dengan Jibril a.s., seperti dalam firman Allah swt.

نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلْأَمِينُ
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُنذِرِينَ

Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan. (asy-Syu'ara'/26: 193-194)

Dan firman Allah swt:

فَٱتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَآ إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا

Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. (Maryam/19: 17)

Ketiga:

Berarti roh yang ada dalam badan, yang merupakan sumber kehidupan dari makhluk hidup. Menurut Jumhur Ulama, kata ruh dalam ayat ini adalah roh yang ada dalam badan (nyawa). Firman Allah:

وَٱلَّتِىٓ أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِن رُّوحِنَا وَجَعَلْنَٰهَا وَٱبْنَهَآ ءَايَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)nya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Allah) bagi seluruh alam. (al-Anbiya'/21: 91)

Pendapat yang menyamakan ruh dengan nafs (roh/nyawa) ini adalah pendapat yang banyak dianut ulama (jumhur) dan sesuai dengan sebab ayat ini diturunkan. Allah berfirman:

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (al-hijr/15: 29)

Ayat-ayat tersebut di atas mengajak umat manusia supaya memahami isi Al-Qur'an dengan sebenar-benarnya, agar tidak tersesat ke jalan yang tidak benar. Sebaliknya mereka yang tidak berusaha untuk memahami isi Al-Qur'an tidak akan bisa memanfaatkannya sebagai pedoman hidup, bahkan mereka melakukan tindakan dan perbuatan yang dapat menjauhkan mereka dari pemahaman terhadap ayat-ayatnya dengan benar. Mereka menanyakan kepada Nabi saw hal-hal yang tidak mungkin diketahui manusia, yang sebetulnya tidak ada gunanya untuk diketahui, kecuali hanya sekedar untuk menguji Nabi.

Allah swt dalam ayat ini menyatakan bahwa Ia hanya memberi manusia sedikit sekali pengetahuan mengenai roh. 

Sumber video : https://youtu.be/RloTi

Ruh yang Hidup dan Sudah Mati Bertemu dalam Mimpi

Terdapat banyak keterangan dari ulama yang menyatakan bahwa roh orang yang telah meninggal bisa berjumpa dengan roh orang yang masih hidup dalam mimpi. Berikut beberapa keterangan mereka,

Pertama, Tafsir firman Allah di surat Az-Zumar ayat 42.

Allah berfirman, “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) roh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah roh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan roh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar: 42)

Ada dua pendapat ahli tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa roh orang yang ditahan adalah roh orang yang sudah meninggal, sehingga dia tidak bisa kembali ke jasadnya di dunia. Sedangkan roh orang yang dilepas adalah ruh orang yang tidur. (Ar-Ruh, Ibnul Qoyim, hlm. 31).

Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut, “Sesungguhnya roh orang yang hidup dan roh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan roh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.” (Tafsir At-Thabari 21/298, Al-Qurthubi 15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan beberapa tafsir lainnya).

Kejadian ini pernah dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena kerendahan hatinya. Beliaulah sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu ‘anhu. Peristiwa ini terjadi ketika perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang mati syahid. Ketika itu, Tsabit memakai baju besi yang cukup bernilai harganya.

Sampai akhirnya lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada salah seorang mukmin bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada si Mukmin dalam mimpi itu:

“Saya wasiatkan kepada kamu, dan jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana. Di kemahnya ada kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia meletakkan wadah di atas baju besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid bin Walid, minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Abu Bakr), sampaikan bahwa saya punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak memedulikannya.”

Setelah bangun, orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah, ternyata tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser pelana. Ternyata di bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu, ketemulah baju besi itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin Walid.

Setelah sampai Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dan beliau membolehkan untuk melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais." (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)

Kasus semacam ini juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka banyak disebutkan Ibnul Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 – 48). Salah satunya adalah kisah sahabat tsabit bin Qois di atas. Ini semua menunjukkan bahwa roh orang yang hidup bisa bertemu dengan roh orang yang telah meninggal dalam mimpi. Allahu a’lam. 

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Perbedaan Muhammadiyah dengan Wahabi