Metode Berdakwah Kepada Non-Muslim
Simak video ilutrasi berikut :
Ust. Adi Hidayat menghafal dan meriset Injil :
Simak video berikut :
Muhammad Yahya Waloni (mantan pendeta masuk Islam : "Injil sekarang tulisan manusia"
Akibatnya terjebak "pemancing dilarikan ikan" dengan menyimpulkan sbb :
---oOo---
Metode Berdakwah Kepada Non-Muslim
Dakwah adalah Jalan para Rasul, para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan para Imam Kaum Muslimin
Allah Ta’ala telah mengutus para rasul ‘alaihimush shalatu was salamu sebagai da’i yang mengajak hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada Allah semata dengan meniti jalan yang lurus.
Para rasul ‘alaihimush shalatu was salamu telah menjelaskan agama yang Allah turunkan dengan sempurna, mereka telah menegakkan hujjah, memberi peringatan, membawa kabar gembira serta menghilangkan syubhat sehingga tidak ada alasan untuk menyatakan tidak mengetahui agama Islam dan tidak ada alasan untuk tidak menerima agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,
… لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَىٰ مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ
“…agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Anfaal: 42).
Para rasul ‘alaihimush shalatu was salamu telah membebaskan umat mereka dari perbudakan terhadap hawa nafsu dan syahwat sehingga mereka menghamba kepada Allah semata, dan mendorong umat untuk meraih keridhaan Allah. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali telah mereka jelaskan dan tidak ada satu keburukan pun kecuali telah mereka peringatkan. Dan yang paling sempurna melaksanakan tugas Ad-Dakwah ilallah adalah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa ajaran yang paling sempurna.
Lalu tongkat estafet dakwah diteruskan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tabi’in, dan tabi’ut-tabi’in, para imam kaum muslimin, ulama mereka dan da’i-da’i ilallah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut beliau mengajak kepada Allah di atas ilmu yang shahih.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan ilmu (yang benar), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yusuf: 108).
Agama Allah tidaklah tersebar, dan kebaikan sebuah masyarakat pun tidaklah terwujud kecuali dengan Ad-Dakwah ilallah.
Sebaliknya, sebuah umat tidaklah binasa, sebuah umat tidaklah diazab, dan keburukan tidaklah tersebar di tengah-tengah umat kecuali karena akibat meninggalkan dakwah ataupun tidak memberikan perhatian yang semestinya kepada dakawah tersebut.
Kebutuhan manusia terhadap dakwah melebihi kebutuhan manusia terhadap makan dan minum. Seseorang yang terkena musibah kelaparan sehingga tidak mendapatkan makanan dan minuman, maka akibat terparahnya adalah mati, namun jika orang yang mati kelaparan tersebut adalah orang yang bertakwa, maka kematian itupun menghantarkannya kepada surga. Akan tetapi, apabila seseorang berpaling dari seruan Ad-Dakwah ilallah dan menolaknya, maka ancamannya bukan hanya kematian, namun juga adzab neraka yang menyala-nyala.
Skala Prioritas dalam Berdakwah Ilallah
Perlu diingat, bahwa ajaran agama Islam itu keutamaannya beranekaragam dan bertingkat-tingkat, ada yang termulia dan paling mendasar, ada pula yang tidak demikian, namun keyakinan yang pasti adalah semua ajaran Islam itu mulia dan penting. Oleh karena itu di dalam mendakwahkan Islam pun perlu diperhatikan skala prioritas. Dahulukan perkara yang terpenting dan termulia sebelum perkara yang penting dan mulia. Dahulukan perkara yang mendasar sebelum perkara yang terbangun di atas dasar tersebut.
Dalam mendakwahkan ajaran Islam, ketika seorang da’i menghadapi dua pilihan dan keadaan yang menuntut harus dipilih salah satunya, maka dahulukan perkara yang wajib sebelum perkara yang sunnah, karena perintah Allah itu ada yang wajib dan ada pula yang sunnah untuk dikerjakan. Demikian pula, dahulukan melarang dari perkara yang haram, sebelum melarang dari perkara yang makruh, karena larangan Allah itu ada yang haram dilakukan dan ada pula yang makruh dilakukan.
Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin hafizhahullah mengatakan,
لا بدَّ أوَّلاً من ترسیخ العقیدة وبیان الإیمان وتقریر أصول الدین، ثم بعد ذلك ینتقل إلى بیان الأحكام الشرعیة والأوامر والنواھي والأخلاق والآداب
“Seharusnyalah yang pertama kali didahulukan adalah mengokohkan aqidah, menjelaskan keimanan dan menetapkan dasar-dasar agama Islam, kemudian setelah itu beralih kepada penjelasan hukum-hukum syar’i, perintah dan larangan, akhlaq serta adab”.
Lalu beliau hafizhahullah menjelaskan bahwa seorang dai apabila hendak berdakwah, maka hendaklah ia memulai dengan dakwah mengajak kepada tauhid yang merupakan makna dari syahadat La ilaha illallah, karena alasan berikut ini:
1. Tidak Sah Suatu Amal Kecuali dengan Tauhid
Tauhid adalah dasar terbangunnya amalan, tidak adanya tauhid menyebabkan tidak bermanfaatnya amalan, bahkan akan gugur seluruh amalan seseorang, karena tidak sah ibadah itu jika disertai kesyirikan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ عَلَى أَنفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amalannya, dan mereka kekal di dalam neraka” (QS. At-Taubah: 17).
2. Mengenal Makna Syahadat La ilaha illallah adalah Kewajiban Pertama Seorang Hamba
Inilah manhaj dakwah seluruh nabi dalam berdakwah mengajak manusia kepada Allah, pertama kali mereka mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan memberantas kesyirikan, kemudian mereka mengajarkan syari’at Allah yang lainnya (setelah tauhid) kepada orang yang telah bertauhid.
Demikian pula metode dakwah penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan baik. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka berdua, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Mu’adz ke negeri Yaman, beliau bersabda kapadanya,
إنَّك تأتي قوماً من أھل الكتاب، فلیكن أوّلَ ما تدعوھم إلیه شھادةُ أن لا إله إلاّ الله وفي روایة: -أن یوحدوا الله- فإن ھم أطاعوك لذلك، فأعلمھم أنَّ الله افترض علیھم خمسُ صلوات في كلِّ یوم ولیلة، فإن ھم أطاعوك لذلك فأعلمھم أنَّ الله افترض علیھم صدقةً تؤخذ من أغنیائھم فتردّ على فقرائھم، فإن ھم أطاعوك لذلك فإیّاك وكرائم أموالھم واتَّقِ دعوةَ المظلوم فإنَّه لیس بینه وبین الله حجاب
Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli Kitab, maka perkara yang pertama kali kau sampaikan kepada mereka adalah syahadat La ilaha illallah, dalam sebuah riwayat: (supaya kalian mengesakan Allah), maka jika mereka mematuhi apa yang telah kau sampaikan, lalu beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Apabila mereka mematuhi apa yang telah kau sampaikan, selanjutnya beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di kalangan mereka kemudian diberikan kepada orang-orang faqir di kalangan mereka. Jika mereka pun mematuhi apa yang kau dakwahkan, maka jagalah dirimu dari perbuatan mengambil zakat mereka dari harta yang paling mahal. Dan jagalah dirimu dari doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang (doa) antara dirinya dengan Allah”.
Penerapan Prinsip Skala Prioritas dalam Berdakwah
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
وقد علم بالاضطرار من دین الرسول صلى الله عليه و سلم واتفقت علیه الأمة أنَّ أصلَ الإسلام وأوّل ما یؤمر به الخلق شھادة أن لا إله إلاّ الله وأنَّ محمداً رسول الله ، فبذلك یصیر الكافر مسلماً، والعدوُّ ولیا، والمباحُ دمُه ومالُه معصومَ الدم والمال
“Telah diketahui bersama secara mendasar bahwa termasuk bagian dari ajaran agama (Islam )yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan disepakati oleh umat Islam adalah bahwa perkara yang pertama kali diperintahkan kepada makhluk yaitu syahadat la ilaha illallah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Hal itulah menyebabkan orang kafir menjadi muslim, musuh menjadi teman setia, serta darah dan harta yang halal menjadi terjaga.”
Setelah dakwah mengajak manusia kepada Tauhid, selanjutnya jelaskanlah kepada umat tentang hukum-hukum Allah dan ajaklah orang-orang untuk menerapkannya, serta sampaikanlah solusi penyakit yang menyebar di tengah-tengah masyarakat.
Contohnya:
- Nabiyyullah Luth ‘alaihis salam, setelah beliau kosentrasi mengajarkan tauhid, lalu beliau ‘alaihis salam pun konsentrasi pada memperingatkan masyarakat dari penyakit masyarakat “homoseks”, karena penyakit tersebut sangatlah keji dan tersebar di tengah-tengah kaumnya. Dengan demikian, beliau ‘alaihis salam kosentrasi kepada memperbaiki krisis moral dan akhlak yang ada di masyarakatnya, setelah dakwah tauhid.
- Nabiyyullah Syu’aib ‘alaihis salam setelah kosentrasi mengajarkan tauhid, lalu beliau ‘alaihis salam pun konsentrasi kepada memperingatkan penyakit masyarakat yang terkait dengan kecurangan dalam menimbang dan menakar. Dengan demikian, beliau ‘alaihis salam kosentrasi kepada memperbaiki krisis ekonomi, berupa kecurangan pelaku pasar, setelah dakwah tauhid.
Demikianlah, seluruh rasul ‘alaihimush shalatu was salamu ajma’in, mereka memperbaiki aqidah masyarakat dan mengokohkannya terlebih dahulu, kemudian memperbaiki kerusakan sisi-sisi lainnya di masyarakatnya. Tujuan mereka adalah mengeluarkan manusia dari berbagai macam kegelapan kepada cahaya. Dari kegelapan syirik, bid’ah, dan maksiat kepada cahaya tauhid, sunnah, dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Macam-Macam Sasaran Dakwah (mad’u)
Sasaran dakwah ilallah terbagi menjadi dua kelompok besar, dan dua kelompok besar ini masih terbagi lagi menjadi beberapa golongan. Berikut rinciannya
Kelompok Pertama: Ummatul Ijabah (Umat yang menerima dakwah)
Ummatul Ijabah adalah kaum muslimin. Mereka ini adalah orang-orang yang menerima agama Islam, tunduk kepada Rabbil ‘alamin, dan beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Ummatul Ijabah (kaum muslimin) ini terbagi lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
- Sabiqun bil khairat (orang-orang yang lebih dahulu melakukan kebaikan), kelompok ini adalah kelompok yang mendapatkan ganjaran berupa masuk kedalam surga, tanpa hisab dan tanpa adzab.
- Muqtashidun ( orang-orang yang pertengahan), kelompok ini pun mendapatkan ganjaran berupa masuk kedalam surga, tanpa hisab dan tanpa azab pula.
- Zhalimun linafsihi (orang-orang yang menzalimi (aniaya) diri mereka sendiri), nasib kelompok ini tergantung kepada Allah, jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, maka Allah akan azab mereka namun tidak sampai kekal selamanya di dalam neraka. Akan tetapi, jika Allah menghendaki untuk mengampuni mereka, maka Allah akan mengampuni mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖ وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ
“(Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera” (Faathir: 32-33).
Maka metode mendakwahi mereka ini adalah dengan cara mereka diajak untuk istiqamah di atas keimanan, didorong untuk meningkatkan keimanan, dan menjauhi perkara yang menguranginya atau merusaknya. Dan dalam mendakwahi masing-masing kelompok tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan mereka.
Sumber video : https://youtu.be/4B0
Baca juga artikel terkait berikut :
Penulis artikel : Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber: https://muslim.or.id/
Komentar
Posting Komentar