Meninggalkan Amalan Sunnah Karena Merasa Tidak Wajib

Meninggalkan Amalan Sunnah Karena Merasa Tidak Wajib

Segala puji bagi Allah Tabarakallah wa Ta'ala, Rabb yang berhak disembah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabat beliau

Kenapa zaman dulu dan sekarang berbeda yah? Zaman dulu, salafush shalih benar-benar melakukan amalan sunnah karena menganggapnya itu sunnah. 

Sedangkan kita begitu malas mengerjakan amalan yang tidak wajib (sunnah) karena menganggapnya hanyalah sunnah.

Benarlah nasihat berikut,

السَّلَفُ الصَّالِحُ يَفْعَلُوْنَ السُّنَّةَ لِأَنَّهَا سُنَّةٌ ، وَفِي يَوْمِنَا هَذَا تُتْرَكُ لِأَنَّهَا سُنَّةٌ

“Salafush shalih (suri tauladan kita yang shalih di masa silam) mengerjakan perkara sunnah karena hal itu sunnah. Sedangkan kita di zaman ini, perkara sunnah itu ditinggalkan karena menganggapnya hanya sekedar sunnah.”

Sebab Seseorang Meremehkan Amalan Sunnah :

  • Sudah merasa cukup dengan yang wajib.
  • Amalan yang wajib dirasa sudah sempurna sehingga tak perlu disempurnakan.
  • Rasa malas.
  • Ingin imbalan dunia daripada akhirat.
  • Sibuk dengan dunia, lupa akhirat.
  • Sebab utama, kejahilan atau kurangnya ilmu.

Padahal gemar merutinkan yang sunnah dapat mengantar seseorang pada derajat wali Allah Tabarakallah wa Ta'ala yang terdepan.

Ibnu Taimiyah berkata, 

“Wali Allah yang terdepan (as-sabiqun al-muqarrabun) adalah yang memperhatikan amalan sunnah setelah mengerjakan yang wajib. Mereka melakukan yang wajib dan yang sunnah, serta meninggalkan yang haram dan makruh. Begitu pula mereka menjadikan perkara mubah bernilai taat. Dengan perkara mubah itu, mereka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga amalannya seluruhnya untuk Allah.” (Al-Furqan, hlm. 50)

Tingkatan di bawah wali Allah Tabarakallah wa Ta'ala terdepan adalah wali Allah Tabarakallah wa Ta'ala pertengahan (al-muqtashidun). Mereka melakukan perkara wajib dan meninggalkan yang haram. Namun mereka tidak membebani diri mereka dengan perkara sunnah dan tidak mau meninggalkan perkara mubah yang berlebihan. (Lihat Al-Furqan, hlm. 50)

Sekarang kita ingin menjadi wali Allah Tabarakallah wa Ta'ala terdepan ataukah wali Allah Tabarakallah wa Ta'ala yang biasa-biasa saja? Masing-masing kita bisa memilih.


Baca artikel berikut :

Wallahu waliyyut taufiq.

Semoga bermanfaat.

Sumber : https://www.facebook.com/

Komentar

Kajian Populer

Seputar amalan bid'ah yang di mabukkan oleh Ust. Abdul Somad

Kedustaan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"