Doa Memohon Melihat Wajah Allah dan Kenikmatan Melihat Wajah Allah

Doa Memohon Melihat Wajah Allah dan
Kenikmatan Melihat Wajah Allah 

Doa memohon melihat wajah Allah :

اَللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبِ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي 

اَللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءٍ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ 

Allaahumma bi’ilmikal ghoibi wa qudrotika ‘alal kholqi, ahyinii maa ‘alimtal hayaata khoiran lii, wa tawaffanii idzaa ‘alimtal wafaata khoiran lii, 

Allaahumma wa as-aluka khosy-yataka fil ghoibi wasy-syahaadati, wa as-aluka kalimatal haqqi fir-ridhoo wal ghodhobi, wa as-alukal qoshda fil faqri wal ghinaa, 

Wa as-luka na’iiman laa yanfadu, wa as-aluka qurrata ‘ainin laa tanqoti’u, wa as-alukar-ridhoo ba’dal qodhoo-i, wa as-aluka bardal ‘aisyi ba’dal mauti, 

Wa as-aluka ladz-dzatan-nazhori ilaa wajhika, wasy-syauqo ilaa liqoo-ika fii ghoiri dhorroo-in mudhirrotin wa laa fitnatin mudhillatin, 

Allaahumma zayyinnaa biziinatil iimaani, waj’alnaa hudaatan muhtadiin. 

Artinya : 

“Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanlah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku, 

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut kepada-Mu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar dalam keadaan baik maupun marah, aku memohon kesederhanaan dalam keadaan fakir maupun kaya, 

Dan aku memohon kenikmatan yang tak akan habis, aku memohon penyejuk hati yang tak pernah berakhir, aku memohon keridhoan atas ketetapan-Mu, aku memohon ketentraman setelah kematian, 

Dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang membinasakan dan cobaan yang menyesatkan, 

Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk” 

(HR. Nasa’I no. 1305, HR. Ahmad no.18325, disahihkan oleh Al-Albani Sahih An-Nasa’I 1/280 no.1304.) 

Kenikmatan Melihat Wajah Allah 


Sebagai seorang mukmin kita meyakini bahwa Allah ta’ala tidak menciptakan kehidupan ini untuk tujuan yang sia-sia. Allah ta’ala akan mengumpulkan dan menghitung amal seluruh manusia kelak di hari kiamat. Dan orang yang beriman akan ada yang masuk surga dan selainnya akan masuk neraka. 

Melihat wajah Allah yang mulia 

Salah satu kenikmatan yang disediakan Allah ta’ala bagi orang mukmin di dalam surga adalah mereka dapat memandang wajah Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman, 

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus: 26) 

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, “Bagi mereka yang baik dalam beribadah kepada Allah adalah husna, yaitu mendapat balasan surga, juga mendapat ziyadah yaitu melihat wajah Allah yang mulia dan mendengar Allah Ta’ala berbicara, mendapatkan ridho-Nya serta meraih kegembiraan dengan berada di dekat Allah.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 339) 

Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman, 

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ 

“Muka mereka (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23) 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat di atas menjelaskan, “Orang mukmin akan melihat Rabbnya secara nyata dengan mata kepala mereka, hal ini sebagaimana terdapat dalam hadist riwayat Bukhari rahimahullah, ‘Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kalian sendiri.’ (HR. Bukhari no. 485). 

Dan telah jelas bahwa orang mukmin akan melihat Rabbnya kelak di akhirat dalam hadist shohih yang mutawatir yang tidak mungkin lagi tertolak dari Abu Sa’id radhiallahu’anhu dan Abu Hurairah radhiallahu’anhu, seseorang bertanya, ‘Yaa Rasulullah, apakah kami akan melihat Rabb kami di hari kiamat kelak? Rasulullah menjawab, ‘Apakah membahayakan kalian ketika kalian melihat matahari dan bulan…….? Ia menjawab,’Tidak’. ‘Demikianlah kalian akan melihat Rabb kalian.” 

Dari Jarir bin Abdillah al-Bajali radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam saat beliau melihat bulan di malam badar, beliau shalallhu’alaihi wa salam bersabda, 

إِنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤْيتهِ ، فإِن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمسِ وقبل غروبها فافعلوا 

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan ini, tidak membahayakan kalian saat melihatnya. Jika kalian mampu untuk tidak meninggalkan sholat sebelum terbit dan terbenamnya matahari maka lakukanlah” (HR. Bukhari no. 554 dan Muslim no. 632). 

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa salam membaca ayat, 

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا 

“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS. Thaha: 130) 

Itu Kenikmatan yang Paling Besar Kala di Surga 

Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan, 

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ 

“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181). 

Rasulullah mengajarkan doa memohon kenikmatan memandang wajah Allah 

اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني ما علمت الحياة خيرا لي وتوفني إذا علمت الوفاة خيرا لي اللهم وأسألك خشيتك يعني في الغيب والشهادة وأسألك كلمة الحكم في الرضى والغضب وأسألك القصد في الفقر والغنى وأسألك نعيما لا يبيد وأسألك قرة عين لا تنقطع وأسألك الرضى بعد القضاء وأسألك برد العيش بعد الموت وأسألك لذة النظر إلى وجهك والشوق إلى لقائك في غير ضراء مضرة ولا فتنة مضلة اللهم زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة مهتدين 

“Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagi ku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut kepadaMu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar dalam keadaan baik maupun marah, aku memohon kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya, aku memohon kenikmatan yang tak akan habis, dan aku memohon penyejuk hati yang tak pernah berakhir. Aku memohon keridhoan atas ketetapanMu, aku memohon ketentraman setelah kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang mebinasakan dan cobaan yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk.” (HR. An-Nasai, Ahmad dan lainnya). 

Semoga bermanfaat. 

— 

Penulis: dr. Abdiyat Sakrie 

Sumber : 

Komentar

Kajian Populer

Seputar amalan bid'ah yang di mabukkan oleh Ust. Abdul Somad

Kedustaan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"