KETERKAITAN ANTARA ABU LAHAB DENGAN PERAYAAN MAULID NABI


KETERKAITAN ANTARA ABU LAHAB DENGAN PERAYAAN MAULID NABI

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Dalam beberapa buku sejarah disebutkan bahwa Tsuwaibah di merdekakan oleh Abu Lahab karena sebab Tsuwaibah telah menyampaikan kabar gembira kepadanya atas kelahiran Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam masalah ini perlu di beri catatan :

[a] Syaikh Abdullah At Tuwaijiri -hafidzahullah- berkata : “Tsuwaibah adalah budak wanita milik Abu Lahab, Ia seorang wanita yang pertama kali menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itulah beliau sering mengunjunginya ketika masih di Makkah.

Khadijah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga amat menghormatinya. Ketika masih menjadi budak, Khadijah radhiyallahu ‘anha pernah meminta Abu Lahab untuk menjualnya untuk di merdekakan, akan tetapi paman nabi itu menolak, ia baru dimerdekakan oleh Abu Lahab pada waktu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah.

Khadijah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga amat menghormatinya. Ketika masih menjadi budak, Khadijah radhiyallahu ‘anha pernah meminta Abu Lahab untuk menjualnya untuk di merdekakan, akan tetapi paman nabi itu menolak, ia baru dimerdekakan oleh Abu Lahab pada waktu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah.

Pada saat itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirimkan pemberian dan pakaian kepadanya. Hanya saja keislaman dirinya masih diperselisihkan, ia wafat tahun 7 Hijriyah”. (Al Bida’ Al Hauliyyah, hal. 165, dinukil dari kitab Thobaqat Ibnu Sa’ad 1/108, Al Ishabah 4/250 no biografi : 213)

[b] Ada riwayat yang dijadikan dasar oleh orang orang yang merayakan maulid Nabi khususnya dari kalangan sufiyah (orang-orang tasawwuf) bahwa Diantara kerabat Abu Lahab ada yang bermimpi melihat Abu Lahab lalu ditanyakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?” Abu lahab menjawab, “Aku di neraka, namun setiap malam senin siksaanku di kurangi. Aku menghisap air kira-kira sebanyak ini diantara jari-jemariku”, Dia memberikan isyarat ke ujung jari jarinya. Hal itu disebabkan aku telah memerdekakkan Tsuwaibah” (Al Haawi 1/196)

Riwayat itu bersumber dari Atsar yang disebutkan oleh Imam Bukhari rahimahullah setelah menyampaikan hadits tentang persusuan.

Imam Bukhari rahimahullah berkata :

قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ


Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya, “Apa yang telah kamu dapatkan?” Abu Lahab berkata.”Setelah kalian, aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan Tsuwaibah.” (HR Bukhari : 5101)

Atas dasar riwayat diatas mereka mengatakan, Kalau Abu Lahab yang kafir saja diringankan siksanya di Neraka karena bergembira pada malam lahirnya Nabi shalallahu alaihi wasallam maka apalagi seorang Muslim yang mencintai dan bergembira dimalam kelahirannya dan diantara bentuk menampakkan kegembiraan itu adalah dengan merayakannya hari kelahirannya. Inilah syubhat para pelaku amalan bid’ah merayakan maulid Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

Syubhat ini dibantah dengan beberapa bantahan diantaranya :

[1] Hadits diatas adalah mursal (terputus sanadnya), hadits ini di nukil secara mursal oleh ‘Urwah tanpa menyebutkan siapa yang menceritakan riwayat itu kepadanya. Hal ini menunjukan bahwa ia bukanlah ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan pula ucapan sahabat radhiyallahu ‘anhum.

[2] Kalaupun statusnya muttashil (bersambung sanadnya), kandungan hadits itu hanya menunjukan mimpi yang tidak bisa di jadikan hujjah atau dalil. Sebab bisa jadi orang yang yang mengalami mimpi tersebut belum masuk islam, sehingga dengan sendirinya hadits itu tidak bisa dijadikan hujjah (Fathul baari 9/145)

[3] Dalam hadits ‘Urwah yang mursal tadi dijelaskan bahwa Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah sebelum menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan dalam hadits yang dituturkan oleh Ibnu Jauzi disebutkan bahwa Abu lahab memerdekakkan Tsuwaibah ketika menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dengan demikian riwayat-riwayat tersebut bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh para ahli sejarah, mereka menyatakan bahwa Abu lahab memerdekakan Tsuwaibah beberapa tahun setelah ia menyusui Nabi shalallahu ‘alahi wasallam.

Bahkan Al Hafidz Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah berkata dalam biografi nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah menyebutkan bahwa Tsuwaibah yang menyusui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

وأعتقها أبو لهب بعدما هاجر النبي صلى الله عليه وسلم إلى المدينة

“Dan Abu Lahab memerdekakkan Tsuwaibah setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah” (Al Isti’ab 1/12)

Ibnu Jauzi rahimahullah berkata :

وكانت ثويبة تدخل على رسول الله صلى الله عليه وسلم بعدما تزوج خديجة فيكرمها رسول الله صلى الله عليه وسلم وتكرمها خديجة ، وهي يومئذٍ أمة ، ثم أعتقها أبو لهب

Tsuwaibah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau menikah dengan Khadijah. Tsuwaibah masih berstatus budak ketika itu sebelum akhirnya di merdekakkan oleh Abu Lahab” (Al Wafa Bi Ahwalil Musthafa 1/178)

[4] Tidak ada riwayat yang shahih tentang Abu lahab bergembira dengan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau Abu Lahab diringankan siksanya di neraka karena sebab memerdekakan Tsuwaibah, bahkan hal ini bertentangan dengan dzahirnya dalil dalil dari Al Quran dan Sunnah bahwa orang kafir tidak akan diringankan siksanya di akhirat, sebagaimana amalan orang kafir tidak bermanfaat di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا

Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. (QS Fathir : 36)

Allah Ta’ala juga berfirman ;

وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْماً مِنَ الْعَذَابِ . قَالُوا أَوَلَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا بَلَى قَالُوا فَادْعُوا وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلالٍ

Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari”. Penjaga Jahannam berkata: “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab: “Benar, sudah datang”. Penjaga-penjaga Jahannam berkata: “Berdo’alah kamu”. Dan do’a orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. (QS Ghofir : 49-50)

Adapun amalan kebakan orang kafir didunia bisa saja dibalas dengan kesehatan, rizeki, dan kenikmatan dunia, akan tetapi di akhirat mereka tidak mendapatkan apapaun selain adzab yang pedih, amalan mereka berhamburan seperti debu yang berterbangan.

Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman ;

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Dan kami hadapi segala amal yang mereka (orang kafir) kerjakan , lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS Al Furqon : 23)

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan :

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ ؟ قَالَ : لَا يَنْفَعُهُ ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wahai rasulullah, Ibnu Jud’an pada masa jahiliyyah adalah orang baik suka silaturahim, member makan fakir miskin, maka apakah yang demikian itu bermanfa’at (di akhirat)” Beliau menjawab, ‘tidak bermanfa’at, karena ia tidak pernah mengatakan suatu haripun, wahai Rabbku ampuni dosa dan kesalahnku pada hari kiamat” (HR Muslim : 214)

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab