Penddikan akhlak : JAUHI PHUBBING...!!!

JAUHI PHUBBING...!!!

Pernahkah anda melihat ada orang yang asyik dengan gadgetnya, padahal ia dalam kerumunan orang banyak. Atau, seseorang begitu sibuknya memainkan gadgetnya karena sedang asyik dengan gamenya. Atau, seseorang yang tak merasa terganggu sama sekali dengan hiruk pikuk suara orang-orang di sekitarnya, yang penting ia merasa nyaman dengan gadgetnya.

Delapan tahun silam, tepatnya pada bulan Mei 2012 para ahli bahasa, sosiolog, dan budayawan berkumpul di Sidney University. Hasil pertemuan tersebut melahirkan satu kata baru dalam tata bahasa Inggris. 

Kata tersebut adalah phubbing. Yaitu sebuah tindakan seseorang yang sibuk sendiri dengan gadget di tangannya, sehingga ia tidak perhatian lagi kepada orang yang berada di dekatnya. 

Karena sudah menjadi fenomena yang sangat umum, dunia sampai memerlukan sebuah kata khusus untuk penyebutannya. Kini kata phubbing secara resmi sudah dimasukkan dalam kamus bahasa Inggris di berbagai negara. 

Sejauh penelusuran, bahasa Indonesia belum memiliki kata serapan dari phubbing ini. Padahal kita sendiri sering berbuat phubbing. Misalnya saat berbicara dengan petugas teller di bank, tangan kita sambil memainkan gadget. 

Ketika menemani anak-anak mengerjakan tugas sekolah, setiap satu menit sekali kita melirik layar handphone kalau-kalau ada notifikasi yang masuk.

Pada momen makan berdua di restoran dengan istri, hape diletakkan sedekat mungkin di sisi kita dan mampu menyelak obrolan apapun ketika ada suara pesan dari medsos. Ya...Kita sudah menjadi phubber sejati. 


Padahal Rasulullah sangat memperhatikan adab saat berbicara dengan orang lain. Dalam kitab Syamail Muhammadiyah, disebutkan Baginda Nabi saw selalu perhatian kepada lawan bicaranya. Bila ia tertawa maka Nabi ikut tertawa. Jika ia takjub terhadap apa yang sedang dibicarakan maka Nabi juga ikut takjub. 

ولا يقطع على احد حديثه

"Dan Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan orang lain" (Hadist Riwayat Tirmidzi).

Dan bahkan pernah kita lihat orang duduk di suatu masjid untuk shalat Jumat, dan pemuda di samping saya bermain medsos sepanjang khutbah! Ini namanya bukan lagi phubbing kepada orang lain, tetapi kepada Allah!

Karena sejatinya sejak langkah pertama kita masuk ke baitullah (masjid) maka kita sudah berhadapan kepada Allah. Sungguh mengherankan kalau ada orang niat mau shalat Jumat ke masjid kok malah asyik main hape. 

Fenomena phubing juga semakin merajalela dengan datangnya pendemi Covid 19 pada tahun yang lalu. Aktifitas yang mengharuskan kita di rumah saja justru menjadi tidak produktif karena banyak anak, ayah dan ibu yang menghabiskan waktunya di depan layar gadget. Menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadhan ini yang bukan dengan banyak ibadah dan meningkatkan keakraban keluarga, tapi malah asyik dengan gadget masing-masing.

Saudaraku, mari kita benahi diri sendiri. Tidak berarti kita berhenti gunakan hape, tapi setidaknya kurangi phubbing sebisa mungkin. Hargai orang-orang di sekitar kita. Dan lebih penting lagi, kita teladani Rasulullah sebagai panutan kita. 

Jangan sampai handphone yang kita beli dengan keringat hasil usaha sendiri ini, justru memisahkan kita dengan orang-orang yang kita sayangi. Bahkan memisahkan kita dengan keteladanan Rasulullah saw.

---

Pendidikan Karakter : " PHUBBING "

Kejadian di atas kini menjadi pemandangan lazim yang kita lihat dimana-mana. Saat berlangsung arisan, seminar, menunggu di bandara, di stasiun, terminal, di rumah makan, dan seterusnya.

Manusia sibuk dengan kesenangan, kepentingan, dan hobbi masing-masing melalui gadgetnya. Itulah  phubbing. Pelakunya disebut phubber.

PHUBBING dipahami sebagai tindakan atau kelakuan, orang yang sibuk sendiri dengan gadget di tangannya, sehingga tidak peduli dan perhatian lagi dengan orang lain dan kejadian di sekelilingnya.

BAGAIMANA SEHARUSNYA ?

Dulu, tatkala ada kerumunan orang : betapa tiap orang saling berinteraksi, ngobrol, bercanda, berdiskusi, dan saling menyapa secara verbal. Kehangatan interaksi sosial begitu terasa. Manusia saling bertanya, saling menjawab, saling menjelaskan sesuatu, dan saling meyakinkan kepada yang lainnya.

Kerumunan tampak sebagai kumpulan orang yang menggambarkan saling membutuhkan, saling  memberi info , bahkan saling tergantung.

Kohesi sosial  begitu rekat, menyatu, dan kokoh tangguh. Itulah yang kita saksikan sekaligus sebuah fenomena dan fakta bahwa ikatan sosial, kohesi sosial, dan ikatan psikologis begitu kuat.

Sampai pada derajat tertentu sebenarnya phubbing bisa dipahami dan dimaklumi. Pada orang tertentu dan pada kondisi tertentu, jika memang harus memegang gadget karena harus mengirim whatsApp, membalas whatsApp, membuat artikel, bahkan mengambil keputusan penting dengan pihak lain.

Sepanjang phubbing dilakukan untuk hal yang penting dan mendesak, tentu menjadi hal yang baik, dan bahkan suatu keharusan.

Menjadi masalah adalah phubbing yang tidak proporsional, berlebihan, bahkan hanya untuk iseng dengan mengabaikan orang lain.

Pada derajat tertentu, phubbing dapat dikategorikan menjadi perbuatan atau perilaku tidak etis atau tidak sopan.

TIGA REKOMENDASI :

Betapapun, sebagai makhluk sosial yang harus hidup bermasyarakat, tentu saja kita harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat.

Disatu sisi, kita harus menunaikan kepentingan pribadi. Namun, kita juga harus memperhatikan etika sosial yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Keseimbangan itulah yang sewajarnya kita lakukan. Sibuk dan menyibukkan diri dengan kepentingan diri sendiri tentu menjadi keharusan dan keniscayaan. 

Manakala seseorang harus menyelesaikan persoalan pribadinya dan terpaksa harus melakukan phubbing, tentu saja tidak menjadi masalah. Yang penting masih dalam taraf yang wajar, dalam batas toleransi, dan proporsional.

Itulah sebabnya , patut kita memperhatikan rekomendasi berikut :

1. CERDAS LINGKUNGAN :

Tak ada manusia yang bisa hidup tanpa orang lain. Sehebat, sepandai, atau sepopuler apapun seseorang, tetap saja akan memerlukan orang lain.

Jadilah pendengar yang baik. Hindari melakukan phubbing manakala sedang rapat, pertemuan resmi, atau atasan sedang memberikan arahan. Kesantunan seseorang dapat ditakar sejauh mana ia memiliki sikap mendengarkan orang lain sedang berbicara.

Kecakapan mendengar seseorang direfleksikan dalam bentuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicara.

Mendengarkan adalah kesetiaan.

Mendengarkan adalah pengabdian. 

Mendengarkan adalah penghormatan.

Mendengarkan itu menyempurnakan kepribadian.

2. PHUBBER PROPORSIONAL:

Sibuk dengan gadgetnya tidak selamanya salah dan negatif dan tak boleh siapapun memvonis secara sepihak kepada orang yang sedang sibuk dengan gadget di tangannya.

Bisa jadi saat itulah ia harus mengkomunikasikan hal yang penting kepada saudaranya, sahabatnya, bawahannya, atau bahkan kepada atasannya. Mungkin pula, ia harus berdiskusi serius dengan mitra bicaranya yang nun jauh di sana. 

Intinya, setiap orang berhak sibuk untuk menuntaskan urusan dirinya sendiri. Itu pulalah yang memaksa ia untuk menjadi phubber sesaat. 

Jadi, seseorang yang melakukan phubbing karena keharusan, maka kita justru harus mentolerirnya. 

Bagi seorang penulis, seringkali harus segera menuangkan ide dan inspirasinya seketika muncul dalam pikirannya. Bisa jadi gagasannya muncul tatkala sedang banyak orang, sedang berlangsung hiruk pikuk suasana. Menunda menuliskan berarti lenyap gagasan. Menyegerakan adalah keharusan.

Yang tak boleh adalah jika seseorang melakukan phubbing kerana karakter yang didasarkan pada kecuekannya pada orang lain.

Ia telah melakukan suatu perbuatan asosial, tak peduli dengan orang lain, dengan suasana lingkungannya, dan lebih parah jika ia tak peduli bila ada orang lain yang membutuhkan bantuannya.

3. EMPATI TINGGI :

Empati mewujud dalam bentuk merasakan seperti yang sedang orang lain rasakan. Empati secara kasat mata terlihat bagaimana seseorang turut serta bersedih manakala orang lain sedang berduka. Empati juga kasat mata terlihat ikut bahagia dan gembira manakala orang lain juga sedang gembira.

Empati juga bisa mewujud dalam sikap seseorang yang tak melakukan phubbing manakala sedang berada dalam kerumunan orang. Tidak menjadi phubber tatkala sedang dalam suasana yang justru harus berinteraksi dengan orang lain.

Empati juga bisa diwujudkan dalam bentuk menunda sementara tidak sibuk dengan gadgetnya karena ada orang lain yang sedang berbicara dengan kita, atau sedang memerlukan atensinya, atau memerlukan bantuannya.

---

DAMPAK BURUK PHUBBING BAGI KESEHATAN MENTAL :

Phubbing bisa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan mental pelaku maupun korban. Korban phubbing mungkin merasa ditolak, dikucilkan, dan tidak penting. Hal yang tentunya bisa berdampak signifikan pada kesehatan mental seseorang.

Pasalnya, phubbing adalah ancaman bagi empat kebutuhan dasar manusia secara sosial yakni rasa memiliki, harga diri, keberadaan yang berarti, dan kontrol.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Social Psychology menunjukkan, orang yang menjadi korban phubbing akhirnya terjerumus dalam pola perilaku serupa. Mereka berusaha mengisi kekosongan interaksi yang terjadi dengan menggunakan smartphone-nya, yang akhirnya menjadi perilaku phubbing pula.

Hal ini akhirnya menjadi lingkaran setan yang memperburuk kondisi hubungan sosial maupun mental semua pihak. Penting pula untuk memahami jika media sosial, yang cenderung dinikmati ketika phubbing, dapat memperburuk masalah mental kita. 

Media sosial mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan mental kita, menurut penelitian yang dipublikasikan di Computers and Human Behavior. Studi tersebut menemukan bahwa media sosial dapat memperburuk perasaan depresi, dan semakin sering kita menggunakannya maka semakin besar kemungkinan kita merasakan depresi atau kecemasan.

Oleh : Tulus Winardi.

(Tulisan ini desikasikan untuk para peserta didik dan pemerhati pendidikan di Provinsi DKI Jakarta, dengan harapan kita menjadi manusia yang menjunjung tinggi kesantuan, kesopanan,  dan keadaban dalam pergaulan).

Saksikan video berikut bahaya dari penyakit phubbing :

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab