APAPUN MASALAHMU, BERSUJUDLAH…!

APAPUN MASALAHMU, BERSUJUDLAH…!

"NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM, MENJADIKAN SHALAT UNTUK MENGADU KEPADA ALLAH"

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” [QS. Al-Baqarah/2 : 45-46].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah, dalam Tafsir Al-Qur`ani Al-‘Adzhim (1/89) menerangkan ayat di atas dengan bertutur;

“Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pijakan bantuan dalam meraih apa yang mereka harapkan dari kebaikan dunia dan akhirat.”

Dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata;

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

“Bila kedatangan masalah, Nabi ﷺ mengerjakan shalat.”

[Hadits hasan riwayat Ahmad dalam Musnad (5/388) dan Abu Dawud (2/35). Lihat: Shahih Sunan Abi Dawud (1/245)].

Itulah shalat yang sebenarnya, yang berperan sebagai piranti bagi seorang Muslim dalam meminta perlindungan dan mengadu kepada Allâh Ta’ala dari berbagai macam kesulitan dan kesedihan, permasalahan dan kepenatan. Dia tidak akan merasa sendirian, tetapi mendapatkan dukungan dari Allâh, pemilik langit dan bumi.

Maka, tidak disangsikan lagi potensi yang tersimpan pada shalat. Sebab, kondisi seorang hamba sangat dekat dengan Allâh dalam shalat.

Nabi ﷺ bersabda;

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Seorang hamba akan menjadi paling dekat dengan Rabb-nya saat ia sedang sujud. Maka, perbanyaklah do'a (di dalamnya).”

[HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu].

Oleh karena itu, semestinya seorang Muslim memperbanyak do'a saat bersujud, bertadharru’ (tunduk) kepada Allâh Subhaanahu wa Ta’ala, supaya Dia menyingkirkan berbagai permasalahan dan kesulitan, serta memberi kita anugerah kebaikan dunia dan akhirat.

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan faidah shalat;

“Shalat termasuk faktor dominan dalam mendatangkan maslahat dunia dan akhirat, dan menyingkirkan keburukan dunia dan akhirat. Ia menghalangi dari dosa, menolak penyakit hati, mengusir keluhan fisik, menerangi kalbu, mencerahkan wajah, menyegarkan anggota tubuh dan jiwa, memelihara kenikmatan, menepis siksa, menurunkan rahmat dan menyibak tabir permasalahan.” [Zadu Al-Ma’ad (4/120)].

Shalat itu sendiri akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan seorang Muslim, ia akan menggapai ketenangan jika dekat dengan Allâh Ta’ala.

Disebutkan dalam firman Allâh Subhaanahu wa Ta’ala;

قُلْ إِنَّ اللهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ {27} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Katakanlah; ‘Sesungguhnya Allâh menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah’. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allâh-lah hati menjadi tenteram" [QS. Ar-Ra’du/13 : 27-28].

Nabi ﷺ berkata berkata kepada Bilal radiyallahu 'anhu;

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

“Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya.”

[Hadits hasan, Shahihu Al-Jami’ : 7892].

Wahai orang yang mencari ketenangan, ketenteraman, dan kesejukan mata, tujulah shalat dengan penuh khusyu' dan rasa hina di hadapan Allâh Subhaanahu wa Ta’ala, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ﷺ , agar engkau dapat merengkuh keinginanmu. Kalau tidak, maka janganlah mencela kecuali kepada dirimu sendiri.

[Diangkat dari Ash-Shalatu wa Atsaruha fi Zayadati Al-Iman wa Tahdzibi An-Nafs, karya Husain Al-‘Awaysyah, Dar Ibni Hazm, Beirut, Cet. III, Th. 1418 H].

"KEUTAMAAN SUJUD DAN MEMPERBANYAK DO’A DI DALAMNYA"

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ  رواه مسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda;

“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah do'a.” [HSR. Muslim, no. 482].

Hadits agung ini menunjukkan keutamaan dan tingginya kedudukan sujud dalam shalat [Lihat: kitab Syarhu Shahîh Muslim, 4/206], serta keutamaan memperbanyak do’a di dalamnya, karena waktu sujud adalah saat yang dijanjikan pengabulan doa padanya. [Lihat: kitab Fat-hul Bâri, 2/300 dan 2/491;’Aunul Ma’bûd, 3/90 dan Faidhul Qadîr, 2/68].

Dalam hadits lain dari ‘Abdullah bin ‘Abbâs radhiyallahu 'anhu, Rasûlullâh ﷺ bersabda;

“Adapun (di waktu) sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdo’a padanya, karena pantas untuk dikabulkan do'amu (pada waktu itu).” [HSR. Muslim, no. 479].

Beberapa Faidah Penting Yang Dapat Kita Petik Dari Hadits ini :

1.  Keutamaan sujud yang agung ini dikarenakan sujud merupakan sikap merendahkan diri yang utuh dan ‘ubudiyah (penghambaan diri) yang sempurna kepada Allâh Subhaanahu wa Ta’ala. Juga pada saat ini seorang hamba meletakkan dan menempelkan anggota tubuhnya yang paling mulia dan yang paling tinggi, yaitu wajahnya ke permukaan tanah yang selalu diinjak dan dihinakan, dalam rangka beribadah dan merendahkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla. [Lihat: kitab Syarhu Shahîh Muslim, 4/206].

2. Karena besarnya keutamaan ini, maka Rasûlullâh ﷺ paling sering dan paling banyak berdo'a pada waktu sujud dalam shalat Beliau ﷺ , sebagaimana penjelasan Imam Ibnul Qayyim dan Imam Ibnu Hajar rahimahumallah. [Dalam kitab: Zâdul Ma’âd, 1/247 dan Fathul Bâri, 11/132].

3. Memperbanyak do'a dalam sujud dilakukan setelah membaca dzikir yang khusus bagi sujud, karena ini merupakan kewajiban dalam shalat. [Lihat: kitab Majmû’ Fatâwâ wa Rasâ-il Syaikh Ibni ‘Utsaimin, 13/157].

4. Keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini berlaku untuk semua sujud dalam shalat dan tidak hanya untuk sujud terakhir saja, sebagaimana yang disangka dan dipraktekkan oleh sebagian dari kaum Muslimin. [Lihat: kitab Syarh Shahîh Muslim, 4/206].

5. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata;

“Dalam hadits ini terdapat dalil yang mendukung pendapat yang mengatakan bahwa sujud lebih utama dari pada berdiri (ketika shalat) dan rukun-rukun shalat lainnya.” [Lihat: kitab Syarh Shahîh Muslim, 4/200].

6. Makna kedekatan Allâh Azza wa Jalla dengan hamba-Nya yang disebutkan dalam hadits ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah;

“Ketahuilah bahwa (sifat) ‘kedekatan’ Allâh Subhaanahu wa Ta’ala ada 2 macam: umum dan khusus.

‘Kedekatan’ Allâh Azza wa Jalla yang (bersifat) umum (artinya) kedekatan-Nya dengan semua makhluk-Nya, dengan ilmu-Nya. Inilah yang dimaksud dalam firman-Nya Azza wa Jalla;

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” [QS. Qâf/50:16].

Dan ‘Kedekatan’ Allâh Azza wa Jalla yang (bersifat) khusus yaitu kedekatan-Nya dengan para hamba-Nya yang beribadah kepada-Nya (dengan menerima ibadah mereka dan memberikan ganjaran pahala yang terbaik), dengan para hamba yang berdo'a kepada-Nya dengan mengabulkan permohonan mereka, dan dengan para hamba yang mencintai-Nya (dengan memuliakan dan merahmati mereka).

Inilah yang dimaksud dalam firman-Nya Azza wa Jalla;

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku maha dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdo‘a apabila dia berdo‘a kepada-Ku.” [QS. Al-Baqarah/2:186].

Kedekatan Allâh ini mengandung arti kelembutan-Nya (limpahan kebaikan dari-Nya), pengabulan-Nya terhadap do'a mereka dan pemenuhan-Nya terhadap segala keinginan mereka. Oleh karena itu, nama-Nya Al-Qarîb (Yang Maha Dekat) digandengkan-Nya dengan nama-Nya Al-Mujîb [Dalam firman Allâh Surat Hûd ayat ke-61] (Yang Maha Mengabulkan Do'a). [Kitab Taisîrul Karîmirrahmân, hlm. 384].

Artikel oleh : Ustadz ‘Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, MA. hafidzhahullah

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab