KEPERCAYAAN RUSAK TENTANG CAPAL (SENDAL) RASULULLAH


KEPERCAYAAN RUSAK TENTANG CAPAL (SENDAL) RASULULLAH

Bentuk khurafat dan tahayyul orang-orang sufi berkaitan dengan gambar sandal Nabi.

"Sandal Nabi Muhammad berada di atas dunia ini. Seluruh makhluk berada di bawah naungannya. Ketika Nabi Musa dipanggil Allah di Gunung Tursina, ia diperintah untuk melepaskan sandalnya. Sedang Nabi Muhammad meski berada di sisi Allah, ia tidak pernah diperintah melepaskan sandalnya”.

Begitulah kira-kira terjemah diantara syair Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani tetang puji-pujiannya kepada sandal Rasulullah.

An-Nabhani menukil beberapa faidah lukisan sandal ini, dimana faidah tersebut telah diuji (mujarrab) oleh para ulama terdahulu, diantaranya adalah:

• Orang yang selalu membawanya akan selamat dari gangguan pengacau, dan orang yang akan berbuat hasud. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Bila wanita hamil membawanya di tangan kanannya ketika akan melahirkan, maka proses melahirkan akan dimudahkan, bi haulillah wa quwwatihi. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Mendapatkan penjagaan dari sihir. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Orang yang selalu membawanya akan diterima di masyarakat, dan akan dapat melihat beliau dalam mimpi dan menziarahi Rasulullah. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat, sekaligus khurafat, tidak ada dalilnya -pen)

• Bila tentara membawanya, maka pasukannya akan menang. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Bila dibawa berpergian (baik darat maupun laut), maka akan selamat. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Jika ditaruh dalam rumah, maka rumah tersebut tidak akan terbakar. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Jika ditaruh dalam barang dagangan, maka barang tersebut tidak akan dicuri. (Hukumnya syirik sebagaimana memakai jimat -pen)

• Bila untuk suatu hajat, bertawassul dengan pemilik sandal ini (Rasulullah) maka hajat kita akan dikabulkan. Atau untuk suatu kesempitan (masalah), maka akan diberi jalan keluar. Atau pada orang yang sakit, maka ia akan sembuh. (Apabila yang dimaksud tawassul adalah meminta kepada Rasulullah agar menyampaikan hajatnya kepada Allah seperti “Ya Rasulullah, tolong sampaikan kepada Allaah, agar Allaah menyembuhkan saya”, maka ini syirik besar, musyrik pelakunya. Tapi apabila yang dimaksud tawassul adalah berdo’a kepada Allaah seperti “Ya Allaah aku bertawassul dengan kedudukan Rasulullah, maka dari itu sembuhkan saya” maka yang seperti ini bid’ah -pen)

• Dan orang yang menaruh gambar tersebut di atas kepalanya, maka Allah akan memenuhi apa yang dicita-citakannya. (Khurafat, tidak ada dalilnya -pen)

(Cuplikan diatas menunjukan ketidakpantasan bagi kita untuk memakai kopiah tersebut, meski tidak adanya keyakinan sebagaimana keyakinan orang-orang sufi)

Padahal ahlussunnah meyakini bahwa seluruh makhluk di bawah naungan ‘arsy sedangkan Allah ta’ala di atasnya. Lah ini orang sufi meyakini semua makhluk di bawah naungan sandal. Uelek tenan keyakinan e supi.

Baca juga : Betulkah Selipar Nabi Naik Sampai ke 'Araysh?

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?