Madinah itu hulunya Islam

Madinah itu hulunya Islam

Perjalanan sejarah umat Islam ibarat sebuah aliran sungai, di hulunya masih suci dan bersih, namun dalam perjalanan menuju hilir hingga ke muaranya, ada orang-orang yang membuang kotoran di sepanjang alirannya, makin jauh dari hulunya makin banyak kotoran yang akan ikut mengalir.

Demikian pula ajaran Islam, di sepanjang sejarah umat Islam, ada orang-orang yang mengotorinya dengan berbagai ajaran-ajaran yang menyimpang, maka tidak ada jalan selamat kecuali mengikuti yang masih murni, ajaran Islam yang pertama kali, sebelum dikotori oleh berbagai kesesatan.

Saudaraku, inilah satu jalan hijrahmu, hanya ada satu jalan selamat, yaitu jalan generasi pertama umat Islam, generasi Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu'anhum.

Merekalah yang disebut generasi Salaf, pengikutnya disebut Salafi, disebut juga Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena mereka mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dan bersatu di atas sunnah tersebut.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Dan akan berpecah umatku menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474)

Akan tetapi mengikuti Salaf, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukanlah sekedar klaim belaka, haruslah dibuktikan dengan ilmiah, baik dalam keyakinan maupun amalan.

Islam yang Murni Akan Kembali Ke Kota Madinah Munawwaroh

Islam yang Murni Akan Kembali Ke Kota Madinah Bukan Yaman, Turki, India, Cairo, apalagi indonesia.

Apa makna Sabda Nabi ﷺ,

إن الإيمان ليأرز إلى المدينة كما تأرز الحية إلى جحرها

Fatwa Syaikh al-‘Utsaimin رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ:

❝ Alhamdulillah..

Hadits ini, yakni sabda Rasul ﷺ, ”Sesungguhnya keimanan akan bersarang ke Madinah. Sebagaimana ular bersarang ke dalam lubangnya (sarangnya).” (HR. al-Bukhari No. 1876, Muslim no. 147)

Pada kata (يأرز) dengan meng-kasrah huruf “ra” (sehingga dibaca: ya-rizu), boleh pula men-fathah atau men-dhammah huruf “ra” (sehingga dibaca: ya-razu atau ya-ruzu). Dan makna (يأرز) disini adalah kembali dan menetap di Madinah, sebagaimana seekor ular yang apabila keluar dari sarangnya maka akan kembali lagi ke sarangnya.

Ini adalah sebuah isyarat dari Nabi shallalahu ‘alaihi wassallam, bahwa agama ini (yakni Islam) kelak akan kembali ke kota Madinah setelah negeri–negeri yang lainnya telah rusak seperti ular yang keluar dari sarang dan menyebar diatas permukaan bumi setelah itu kembali lagi ke dalam sarangnya.

Hadits ini juga terdapat isyarat bahwa Islam itu bermula/dikeluarkan di Madinah maka akan kembali ke Madinah pula.

Sesungguhnya Islam dengan kekuatan / kemampuannya tidaklah tersebar melainkan dari Madinah walaupun pada awalnya berasal dari Mekkah dan Mekkah adalah tempat turunnya wahyu yang pertama kali akan tetapi kaum muslimin mempunyai daulah, kekuatan dan berjihad setelah mereka berhijrah ke Madinah. 

Oleh karena itu, Islam dengan kekuasaan, pengaruh dan kekuatannya menyebar dari Madinah dan akan kembali lagi ke Madinah. 

Perjalanan sejarah umat Islam ibarat sebuah aliran sungai, di hulunya masih suci dan bersih, namun dalam perjalanan menuju hilir hingga ke muaranya, ada orang-orang yang membuang kotoran di sepanjang alirannya, makin jauh dari hulunya makin banyak kotoran yang akan ikut mengalir.

Demikian pula ajaran Islam, di sepanjang sejarah umat Islam, ada orang-orang yang mengotorinya dengan berbagai ajaran-ajaran yang menyimpang, maka tidak ada jalan selamat kecuali mengikuti yang masih murni, ajaran Islam yang pertama kali, sebelum dikotori oleh berbagai kesesatan.

Saudaraku, inilah satu jalan hijrahmu, hanya ada satu jalan selamat, yaitu jalan generasi pertama umat Islam, generasi Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu'anhum.

Merekalah yang disebut generasi Salaf, pengikutnya disebut Salafi, disebut juga Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena mereka mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dan bersatu di atas sunnah tersebut.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Dan akan berpecah umatku menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474)

Akan tetapi mengikuti Salaf, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukanlah sekedar klaim belaka, haruslah dibuktikan dengan ilmiah, baik dalam keyakinan maupun amalan.

Referensi: http://islamqa.info/ar/ref/10329

Sumber: https://www.dakwahpost.com/

Komentar

Kajian Populer

Seputar amalan bid'ah yang di mabukkan oleh Ust. Abdul Somad

Kedustaan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah

Inikah penyebab dendam tak berkesudahan NU pada Wahabi...?