Saudara NU kita menyuruh bermadzhab dengan salah satu dari madzhab yang empat.

Saudara NU kita menyuruh bermadzhab dengan salah satu dari madzhab yang empat.

Kita menjawabnya dengan; πŸ‘‡

Kami bermadzhab "dengan apa yang" para Imam Madzhab bermadzhab..

Malikiyah menyeru kita bermadzhab kepada madzhab maliki, lalu imam Malik bermadzhab apa???

Karena Maliki adalah madzhab yang dinisbatkan kepada nama Imam Malik sendiri..

Yang kita baca, Imam Malik ternyata bermadzhab Alqur'an dan sunnah shahihah dengan pemahaman salafus shaleh dan sangat benci bid'a atau mengada-ada dalam urusan Agama..

Syafiiyyah menyeru kita bermadzhab dengan madzhab Syafi'i, lalu Imam Syafi'i bermadzhab apa???

Karena Syafi'i adalah madzhab yang dinisbatkan kepada Imam Syafi'i..

Ternyata setelah kita telusuri, Imam syafi'i bermadzhab dengan Alqur'an dan sunnah shahihah dengan pemahaman salafus shaleh dan sangat benci Bid'ah..

Demikian juga Imam Hanafi dan Imam Ahmad, mereka bermadzhab dengan Alqur'an dan sunnah shahihah dengan pemahaman salafus shaleh dan membenci perbuatan bid'ah..

Imam malik adalah gurunya Imam Syafi'i, lalu apa sebab Imam syafi'i tidak mencukupkan diri bermadzhab dengan madzhab Gurunya???

Sebenarnya Imam syafi'i bermadzhab dengan madzhab apa yang denganya Gurunya juga bermadzhab yakni dengan Alqur'an dan sunnah yang shahih dengan pemahaman salafus shaleh, hanya saja Imam syafi'i mengoreksi pendapat-pendapat Gurunya dan menciptakan kaidah-kaidah Ushuliyah sebagai cara mengistinbath dalil dan memahami Nash agar tidak keluar dari Tujuan Nash..

Itulah yang sebenarnya terjadi dengan para Imam Ahlussunnah..

Mereka mengoreksi pendapat, memperbaiki kaidah, menguji dan meringkas Qawaid baik Ushuliyyah maupun Fiqhiyah sebagai wujud kontribusi ilmiah kepada Umat dalam meluruskan pemahaman..

Jadi sejatinya, para Imam Madzhab yang kepadanya Madzhab dinisbatkan tidaklah bermadzhab kecuali dengan Alqur'an dan sunnah shahihah dengan pemahaman salafus shaleh.

Saudara NU kita berargumen begini ketika menyuruh kita bermadzhab; πŸ‘‡

Para Imam Madzhab adalah orang-orang yang sangat dalam ilmunya, luas tela'ahnya sedikit hawa nafsunya akan dunia dan teruji kredibelitasnya..

Kita memberi jawaban kepada saudara NU kita begini; πŸ‘‡

Benar..saya sepakat soal itu..Lalu ketika kita tidak maulidan, yasinan, tahlilan, isra'mi'raj dan amalan-amalan bid'ah lainnya, Mereka kembali mempertanyakan loyalitas kita kepada Nabi dan kepada Islam..

Kita tentu berargumen "Bukankah Imam-Imam Madzhab sebagaimana kata Anda adalah orang-orang yang paling Alim, paling mendalam ilmunya, paling luas tela'ahnya dan paling jauh dari kesesatan?!

Ketika Saudara NU kita menjawab: "BENAR"

Kita menjawab lagi: πŸ‘‡

Apakah saya salah lagi ketika saya tidak Maulidan, Yasinan, tahlilan dan isra' mi'raj karena Para imam madzhab yang Anda telah perintahkan agar kami berpegang pada mereka tapi ter nyata mereka tidak melakukanya?!

Anda perintahkan Kami agar ikuti imam Madzhab, lalu ketika kami mengikuti mereka dalam apa yang mereka tinggalkan dan tidak mereka lakukan, Anda kembali menyalahkan..

Kalau demikian berarti Anda TIDAK JUJUR dalam perintah Anda agar kami bermadzhab dengan madzhab para Imam..

Atau, Apakah mengikuti Imam madzhab itu hanya pada apa yang dikerjakan Imam dan tidak pada apa yang dijauhi dan di tinggalkan oleh para Imam?!

Semoga Saudara NU kita mau sedikit berpikir dengan hal ini..

Hanya Allah-lah pemberi taufiq dan hidayah.. 

Ψ¨Ψ§Ψ±ΩƒΨ§Ω„Ω„Ω‡ ΩΩŠΩƒΩ…

Sumber : https://www.facebook.com/share/1SXVrjAC1K/

Komentar

Kajian Populer

Seputar amalan bid'ah yang di mabukkan oleh Ust. Abdul Somad

Kedustaan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah

Inikah penyebab dendam tak berkesudahan NU pada Wahabi...?