HUKUM IMAM MENGHADAP MAKMUM SETELAH SALAM

HUKUM IMAM MENGHADAP MAKMUM SETELAH SALAM

Pertanyaan:

Kebiasaan sebagian imam shalat sehabis mengimami kaum Muslimin melaksanakan shalat berjama’ah, ada yang menghadap kearah makmum, ada yang menghadap kearah sisi kanan imam dan ada pula yang tetap menghadap kearah kiblat. Mohon penjelasan tentang mana yang benar diantara ketiganya! 

Jazakumullah khairan

Jawaban :

Kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila selesai salam shalat yaitu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya yang mulia kearah makmum, dan tidak terus menghadap kiblat, sebagaimana diriwayatkan dari Samurah bin Jundab Radhiyallahu anhu ia berkata :

ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَّﻰ ﺻَﻠَﺎﺓً ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻋَﻠَﻴﻨَﺎ ﺑِﻮَﺟْﻬِﻪِ

Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila selesai shalat Beliau menhadapkan wajahnya kepada kami. [HR. Al-Bukhâri, no. 845]

Dan dalam riwayat al-Barrâ’ bin ‘Âzib Radhiyallahu anhu ia berkata :

ﻛُﻨَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَّﻴْﻨَﺎ ﺧَﻠْﻒَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﺣْﺒَﺒْﻨَﺎ ﺃَﻥْ ﻧَﻜُﻮﻥَ ﻋَﻦْ ﻳَﻤِﻴْﻨِﻪِ ﻳُﻘْﺒِﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺑِﻮَﺟْﻬِﻪِ

Kami apabila shalat dibelakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kami lebih memilih di sebelah kanannya, karena Beliau (setelah shalat) menghadap kami dengan wajahnya. [HR. Muslim no. 709]

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam Fat-hul Bâri, 3/89), “(Diantara) hikmahnya adalah memberi tanda kepada orang yang baru masuk (ke masjid) bahwa shalat telah selesai, karena jika imam tetap duduk menghadap kiblat niscaya orang akan menyangka bahwa ia masih tasyahud.”

Syaikh Muhammad bin Shalih alUtsaimin rahimahullah dalam Syarhul Mumti’, 4/305-306) mengatakan, “(Hukumnya) makruh seorang imam duduk sangat lama setelah salam menghadap kearah kiblat, tetapi hendaknya dipersingkat sekedar membaca istighfâr tiga kali dan Allahumma antassalâm wa minkassalâm tabârokta ya dzal jalâli wal ikrâm, kemudian berpaling (menghadap jama’ah). Inilah yang sunnah, karena apabila setelah salam imam tetap menghadap kiblat maka ini melanggar beberapa perkara :

Menyelisihi sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Menahan makmum, karena makmum tidak boleh bangkit keluar masjid sebelum imam menghadap kepadanya, Menjadikan orang lain menyangka bahwa imam sedang mengingat sesuatu yang terlupa dalam shalat, maka ini membikin ragu kepada makmum.

Maka berdasarkan riwayat yang banyak dalam masalah ini para Ulama mengatakan disunnahkan bagi imam menghadap ke makmum setelah shalat, dan boleh memilih untuk menghadap ke kanan atau ke kiri, sebagaimana terdapat dalam beberapa riwayat, diantaranya : 

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata:

ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑُ ﻋَﻦْ ﻳَﻤِﻴْﻨِﻪِ

Aku sering melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memalingkan wajahnya ke kanan.  [HR. Muslim, no. 708]

Juga dalam riwayat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu , ia berkata :

ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑُ ﻋَﻦْ ﻳَﺴَﺎﺭِﻩِ

Aku telah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menghadap ke kiri. [HR. Al-Bukhâri no. 852].

Wallahu a’lam.

ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ

Bahan bacaan :

Shahih al-Bukhâri, al-Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhâri, cet. Pertama th. 1425 H/ 2004 M, Dar Ibnul Haitsam, Cairo – Egypt.Shahih Muslim, al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiy, cet. Pertama th. 1421 H/ 2001 M, Darul Kutub al-ilmiyah, Bairut – Libanon.Fat-hul Bâri, Syarhu Shahîh al-Bukhâri, al-Hafidz Ibnu Hajr, cet. Pertama th. 1426 H/ 2005 M, Dar Thibah, Riyadh – KSA.As-Syarhu al-Mumti’, as-Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, cet. Pertama th. 1422 H, Dar Ibnul Jauzi, ad-Dammam – KSA.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183

Komentar

Kajian Populer

Seputar amalan bid'ah yang di mabukkan oleh Ust. Abdul Somad

Inikah penyebab dendam tak berkesudahan NU pada Wahabi...?

Kedustaan Terhadap Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Rahimahullah