Cara Yang Benar dalam Memuliakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Nabi yang melarang jangan berlebihan dalam memujinya. Tapi tetap saja dikalangan umatnya ada yang menyimpang dari larangan Nabi ini. Nabi menyatakan:

اَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ،

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam.”

Nabi tegas melarang hal itu, tapi tetap saja banyak di kalangan umat nya yang melanggar larangan ini. Mereka mengagungkan dengan kadar pengagungan yang sudah dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bertasyabuh dengan orang-orang Nasrani dalam hal ini. Sampai-sampai dikalangan mereka ada yang memuji Nabi dengan pujian yang hakekatnya menyekutukan Nabi dengan Allah azza wa jalla. Dan mereka ungkap dalam syair-syair, dalam apa yang kita pujian, salawatan kepada Nabi yang melebihi batas.

Diantaranya ada satu bait yang ditulis oleh Bushiri:

ﻳَﺎ ﺃَﻛْﺮَﻡَ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﻣَﺎﻟِﻲْ ﻣَﻦْ ﺃَﻟُـــﻮﺫُ ﺑِﻪِ  ﺳِﻮَﺍﻙَ ﻋِﻨْﺪَ ﺣُﻠُﻮﻝِ ﺍﻟﺤَﺎﺩِﺙِ ﺍﻟﻌَﻤَﻢِ

“Wahai makhluk yang paling mulia (maksudnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) bagaimana mungkin aku bisa berlindung kepada selain engkau ketika ingin dilepaskan kepada musibah yang berada di musibah yang dahsyat?”

Maknanya dia hanya berlindung kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari apa berlindungnya? Dari musibah-musibah yang dahsyat dan bait-bait selanjutnya berisi ditujukannya do’a, minta perlindungan, isti’anah, istighotsah kepada Nabi, minta-minta kepada Nabi agar dilepaskan dari kesulitan dan penderitaan yang dialaminya. Orang itu melupakan Allah.

Imam Ibnu Qayyim Al jauziyah menyebutkan bahwa karena setan telah menghiasi bagi orang tersebut dan orang-orang yang semisalnya buruknya amal mereka berupa sikap ghuluw yang berlebih-lebihan kepada Nabi. Padahal itu syirik besar dianggap sebagai sikap menghormati, mengagungkan, memuliakan Nabi yang bernilai ibadah.

Jadi orang-orang yang tidak mau memuji Nabi seperti yang mereka lakukan dianggap membenci Nabi, Lalu setiap hal yang berkaitan dengan Nabi diagungkan melebih-lebihkan dari yang disyariatkan. Hari kelahirannya diulang tahunkan. Tidak merayakan hari kelahirannya dianggap sebagai kebencian kepada Nabi, dianggap sebagai sikap yang kurang hormat kepada Nabi.

Berkata Imam Ibnu Qayyim bahwa padahal sebenarnya melanggar larangan beliau sehingga berlebih-lebihan dalam memujinya, tidak mengikuti sunnah beliau dalam ucapan perbuatannya merupakan sikap yang tanakkus sebenarnya kepada Nabi. Tanakkus itu dianggap kurang hormat kepada Nabi

Tidak mungkin tercapai sikap menghargai Nabi, tidak mungkin terwujud sikap mencintai Nabi kecuali dengan cara mengikuti sunnahnya, menjauhi larangannya, melaksanakan semua anjurannya, menolong agamanya dan menegakkan sunnahnya. Itu cara yang benar dalam menghargai Nabi, memuliakan Nabi, menghormati menghormati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca selengkapnya di rodja.id/26n

Simak juga video uraian dari Dato' Sheikh Hussain Yee berikut :

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?