Berbakti pada orang tua ; Dahulukan pelayanan pada ibu, Patuhi perintah dan izin ayah

Ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 15 yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali". (Q.S. Luqman [31]: 15)

Selagi kedua orangtuanya masih hidup, ada beberapa kewajiban yang bisa dilakukan sang anak. Satu kewajiban utama adalah menaati semua perintahnya. Dengan catatan perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT.

Hukum mentaati kedua orangtua adalah wajib atas setiap muslim dan haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai dan menyakiti orang tua.

Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 juga disebutkan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ

Artinya: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya". (Q.S. Al-Ahqaf [46]: 15)

Demikian pula murkanya Allah tergantung pada murka kedua orang tua.

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW. bersabda:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

Artinya: "Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Dahulukan pelayanan pada ibu :

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar kita mendahulukan berbakti kepada ibu ketimbang ayah. Dikisahkan, seorang laki-laki datang kepada beliau shalallahu 'alaihi wasallam. Pria itu kemudian bertanya mengenai siapa yang lebih berhak untuk diperlakukan secara baik.

Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Dr Abdullah Nashin Ulwan dalam Pendidikan Sosial Anak menyebutkan dua sebabnya.

Pertama, ibu lebih banyak memperhatikan anak. Mulai dari urusan hamil, melahirkan, menyusui, merawat, hingga mendidik. Ini pun ditegaskan dalam Alquran surah Luqman ayat 14. Artinya, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, kelembutan, kasih-sayang, dan selalu memperhatikan buah hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak jarang mendengar banyak orang yang terjerumus pada perbuatan maksiat karena meremehkan hak-hak ibu. Durhaka kepada ibu adalah awal runtuhnya tatanan sosial kita.

Namun demikian, saking cinta dan kasih sayangnya seorang ibu. Meski kita menyakiti hati dan merusak nama baiknya, seorang ibu akan melupakan perasaannya sendiri ketika kita ditimpa musibah.

Diriwayatkan, pada masa Rasulullah, seorang pemuda bernama Alqamah sakit keras dan sulit mengucapkan La ilaha illallah. Ia ternyata dibenci ibunya. Si ibu merasa, putranya itu sudah terlalu mementingkan dan amat patuh kepada istrinya--ketimbang kepada ibunya sendiri.

Akhirnya, setelah ibunya memaafkan kesalahannya, Alqamah pun wafat.

"Wahai kaum Muhajirin dan Anshar," seru Nabi SAW saat menghadiri pemakaman Alqamah, "barangsiapa yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia akan dilaknat Allah. Tobat dan hari akhiratnya tidak diterima!"

Berbakti Kepada Ayah Patuhi perintahnya :

Sesungguhnya di antara kewajiban yang ditekankan oleh Allah dengan penekanan yang tegas adalah berbakti kepada ayah. Sebagian orang hanya fokus untuk berbakti kepada ibunya, tentu ini adalah hal yang sangat baik. Yang jadi permasalahan adalah mereka lalai dan lupa untuk berbakti kepada ayah. Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَنْتَ وَمَالُكَ لابك

“Sesungguhnya engkau dan hartamu adalah milik ayahmu.” Hadits dishahihkan oleh Syaikh Al Abani Rahimahullahu ta’ala.

فَلَيْتَكَ إِذْ لَمْ تَرْعَ حَقَّ أُبُوَّتِي فَعَلْتَ كَمَا الْجَارُ الْمُجَاوِرُ يَفْعَلُ
“Seandainya engkau tidak memedulikan hakku sebagai seorang ayah, anggaplah aku seperti tetanggamu, sikapilah aku sebagaimana seorang yang bersikap baik terhadap tetangganya.”

 


Simak video berikut, Khutbah Jumat : "Berbakti pada Ayah"
Oleh : Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Baca teks atau transkrip lengkap [Klik Disini]

Jangan benci pada ayah :

Siapa yang membenci ayahnya dia telah kafir :

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَهُوَ كُفْرٌ

Jangan kalian benci ayah-ayah kalian, barang siapa yang membenci ayahnya maka dia kufur. (HR. Al Bukhari No. 6768, Muslim, 113/62)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa ia berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau membenci bapak-bapak-mu ! Barangsiapa membenci bapaknya, maka dia telah kafir !” [HR. Muttafaqun ‘Alaih] – Jazakallâh

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ لَا تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَهُوَ كُفْرٌ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Jangan-lah kamu membenci bapak-bapak-mu, karena barangsiapa membenci bapaknya, maka itu merupakan perbuatan kekafiran”. [HR. al-Bukhâri, no. 6386 dan Muslim, no. 62]

Kata “membenci” dalam hadits di atas diterjemahkan dari kata raghiba ‘an yang artinya: meninggalkannya dengan sengaja dan meremehkannya. (Lihat Mu’jamul Wasîth, bab: raghiba)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda :

مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيْهِ أَوِ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيْهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفاً وَلاَ عَدْلاً

Barangsiapa yang mengaku ayah kepada selain ayahnya atau bersandar kepada yang bukan walinya, maka laknat Allah, juga para Malaikat dan semua manusia menimpa mereka, dan pada hari Kiamat, Allah tidak akan menerima dari mereka, baik yang fardhu maupun yang sunnah.”

-----

Maksud kata kekafiran di sini bukanlah kufur akbar yang mengakibatkan pelakunya murtad dan kekal dalam neraka. Yang dimaksudkan adalah kufur ashghar atau kufur nikmat.

Baca selengkapnya @: https://almanhaj.or.id


Artikel Terkait : 

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab