Bodoh atau terjangkit virus “Snob” ?

Perihal bodoh atau pandai, sebenarnya tidak ditentukan oleh gelar yang diperoleh. Melainkan dari cara seseorang tersebut berpikir, bernalar atau berlogika secara tidak logis dan benar atau logis dan benar.

Indonesia sendiri adalah gudangnya orang-orang pandai, tapi bodoh. Bagaimana tidak, golongan bodoh atau pandai itu tidak tergantung pada gelar sarjana. Orang bodoh belum tentu pendidikannya rendah. Sebaliknya, orang pandai tidak harus orang yang mempunyai gelar sarjana.

Di Indonesia pula, penyakit snob tumbuh subur dan mampu bersaing dengan beberapa penyakit mematikan lain. Di Indonesia pula, penyakit snob tumbuh subur dan mampu bersaing dengan beberapa penyakit mematikan lain. Snob sendiri merupakan sebuah penyakit yang menjangkit orang-orang yang suka menghina atau meremehkan orang lain yang dianggap lebih rendah daripadanya. Ringkasnya, orang yang merasa dirinya sok pintar, sok kaya, sok, suci, sok hebat dan sok-sok lain termasuk juga sok-crates.

Baca juga : JAHIL MURAKKAB (BODOH KUADRAT

Melihat fenomena di atas, kita teringat dengan Sokrates, orang bijak yang menjadi pusat kekaguman para filsuf muslim di era klasik.

Dalam pembelaannya dihadapan para juri yang kemudian menjatuhinya hukuman mati, Sokrates melontarkan beberapa sumpah serapah yang kurang lebih isinya begini:

“Karena aku wajib mengatakan kebenaran di hadapan pengadilan, maka aku bersumpah, demi anjing, wahai orang Athena, aku sungguh-sungguh mengalami sesuatu seperti ini. Ketika aku menyelidiki perkara-perkara ilahi, aku dapati bahwa orang yang dipandang paling terhormat ternyata adalah orang yang paling bodoh, sementara orang yang dipandang paling rendah dari mereka ternyata lebih baik dalam hal penguasaan pengetahuan,”(Apologia, 22a).

Lemahnya Kecerdasan Emotional dan Spiritual

Bodoh itu berarti tidak pandai, tidak cerdas dan sulit memahami hal yang sederhana, apalagi hal yang kompleks. Ada orang yang sadar mengakui kebodohannya dan ada pula yang jaim mengakuinya.

Bodoh, tidak bisa hanya menghubungkan dengan pengetahuan, tapi juga perasaan dan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yang rendah. Jenis orang seperti ini biasanya tidak mampu mengendalikan emosi, kudet, dan cenderung responsif tanpa pikir panjang.

Tidak hanya lemah secara EQ, orang yang sulit mengakui kebodohannya juga dikatakan sebagai spesies yang Spiritual Intelligence (SQ) nya rendah atau bodoh secara spiritual. Makhluk semacam ini biasanya tidak kenal siapa dirinya dan dari mana asal usulnya. Lebih parah lagi, ia nyaris kehilangan nalar skeptis dalam pemikirannya.

Dalam islam sendiri, sumber kecerdasan manusia berasal dari kombinasi antara akal, hati, dan iman. Semakin jauh kita dari ketiga hal tersebut, semakin dekat pula kita kepada kebodohan.

Lalu, sejauh mana kita mampu mengukur tingkat kebodohan yang kita miliki?

Sumber : amanat.id

Baca juga : Cara menghadapi Si Snob, Orang Sok yang Selalu Merasa Lebih Baik Dibanding Orang Lain

Tausiah : “Orang beriman itu Humble dan bermanfaat bagi orang lain”, simak video berikut :

https://www.youtube.com/embed/6CEf-TxSzjw

https://www.youtube.com/embed/Z2gctn9lcyU

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?