HADIS PALSU : MAAF-MAAFAN SEBELUM RAMADHAN


HADIS PALSU : MAAF-MAAFAN SEBELUM RAMADHAN

(1). Tidak disyariatkan untuk bermaaf-maafan setiap menjelang datangnya Ramadhan.

(2). Ungkapan pada kalimat yang senantiasa tersebar di setiap tahun sebelum datangnya bulan Ramadhan yang berasal dari hadits palsu di bawah ini:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

"Tidurnya orang yg berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya" (HR. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman III/415 no. 3937 & ad-Dailami no. 3761, hadits dari Ibnu Umar)

Derajat pada hadits ini telah dianggap palsu oleh para ulama hadits, karena orang yang meriwayatkannya tertuduh suka berdusta yg bernama Sulaiman bin 'Amr an-Nakha’i.

Imam Ahmad bin Hambal berkata: "Dia itu suka memalsukan hadits". Imam Yahya bin Ma’in berkata: "Dia dikenal seseorang yang suka memalsukan hadits". Imam al-Bukhari berkata: "Dia adalah seorang perawi yang matruk, Qutaibah serta Ishaq menuduhnya sebagai seorang tukang dusta" (Lisaanul Miizaan III/110 no. 3954 oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalaani dan Miizaanul I’tidaal III/305 no. 3498 oleh Imam adz-Dzahabi). Imam al-'Iraaqi berkata: "Dia (Sulaiman bin 'Amr) seorang pendusta" (Takhriij al-Ihya' I/310).

HADITS PALSU DOA MALAIKAT JIBRIL

Masih banyak di kalangan kaum muslimin yang setiap tahunnya suka bermaaf-maafan sebelum masuknya bulan Ramadhan, dan mereka pun menyakini bahwa itu merupakan sesuatu yang telah disyariatkan dalam Islam, padahal amalan itu berdasarkan hadits palsu yang tidak terdapat di dalam kitab² hadits manapun. Teks haditsnya demikian :

"Ketika Rasulullah ﷺ sedang berkhutbah pada shalat jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau pun mengatakan aamiin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan aamiin terkejut dan spontan mereka ikut juga mengatakan aamiin. Tetapi para sahabat bingung, kenapa Rasulullah ﷺ telah berkata aamiin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat jum’at, para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah ﷺ, kemudian beliau menjelaskan : "Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, wahai Rasulullah, aminkanlah do’aku ini". Do’a Malaikat Jibril itu adalah sbb :

Ya Alloh tolong abaikan puasa ummat Muhammad ﷺ apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan 3 hal yaitu:

1. Tidak memohon ma'af terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada).

2. Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami isteri.

3. Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya… Maka Rasulpun meng-Amin-kanya sebanyak 3 kali.

(Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ahmad, dan Al Baihaqi dari sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه)

HADITS INI TERNYATA TELAH DIPLESETKAN...!



Berikut  3 Doa Malaikat Jibril yang Diaminkan Rasulullah (yang benar dan shahih) serta uraiannya :

Suatu ketika Rasulullah ﷺ naik ke mimbar untuk berkhutbah. Saat menaiki tangga pertama, Rasulullah ﷺ berkata, “Aamiin.” Saat menaiki tangga kedua, beliau ﷺ kembali berkata, “Aamiin.” Begitu pula saat menaiki tangga terakhir.

Sahabat heran mendengar Rasulullah ﷺ mengucapkan aamiin padahal tidak sedang berdoa. Mereka pun bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah ﷺ, kami mendengarmu mengucapkan aamiin tiga kali, apakah benar demikian dan mengapa?”

Rasulullah ﷺ kemudian menjelaskan bahwa Malaikat Jibril mendatanginya dan berdoa untuk tiga perkara. Berikut uraiannya:

1. Meraih ampunan di bulan Ramadhan

Malaikat Jibril berdoa di hadapan Rasulullah ﷺ:

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

Celakalah seorang hamba yang bertemu dengan bulan Ramadhan, lalu dia berpisah dengannya dalam keadaan tidak diampuni.

Ramadhan adalah bulan Allah menjanjikan ampunan dosa untuk seluruh hamba-hamba-Nya. Setidaknya ada tiga kesempatan di mana setiap muslim dapat mendapat ampunan selama Ramadhan, yaitu melalui puasa, menghidupkan malam-malam Ramadhan, dan menghidupkan Lailatul Qadar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan pengharapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan beribadah karena iman dan harapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu (HR. Muslim no. 760).

Dalam riwayat lain dari Sahabat Abu Hurairah ra. juga, Rasulullah ﷺ bersabda:

 مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan beribadah, karena iman dan harapan kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah berlalu (HR. Muslim no. 759).

Ada begitu banyak kesempatan meraih ampunan di bulan Ramadhan, maka tidak salah jika Rasulullah ﷺ sangat menyayangkan orang yang tidak meraih ampunan Allah di bulan ini.

2. Berbakti kepada orang tua

Setelah Rasulullah ﷺ mengaminkan doa pertama, Jibril berdoa:

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ

Celakalah seorang hamba yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya, tapi keduanya tidak membuat ia masuk surga.

Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Bahkan, walaupun orang tua berbeda keyakinan dengan anak, anak tetap wajib berbakti kepada keduanya kecuali dalam hal yang bersinggungan dengan akidah.

Saat menolak perintah orang tua yang bertentangan dengan ajaran Islam, dia pun harus tetap menolak dengan santun. Di luar itu, anak tetap wajib berbakti dan memuliakan kedua orang tuanya.

Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.

Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan (QS. Luqman [31]: 14-15).

Berbakti kepada orang tua adalah kunci surga. Rasulullah ﷺ bersabda:

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kamu mau, kamu bisa menyia-nyiakannya, dan bila tidak, kamu bisa menjaganya (HR. Tirmidzi no. 1900).

Para ulama menafsirkan makna “surga paling tengah” dengan surga terbaik. Jika seorang anak menghormati, berbakti, dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya, maka itu akan menjadi sebab ia mendapatkan surga terbaik.

3. Bershalawat saat nama Rasulullah ﷺ disebut

Rasulullah ﷺ telah menjelaskan dalam banyak riwayat tentang keutamaan bershalawat kepada beliau ﷺ. Pada doa ketiga, Jibril berdoa:

شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ

Celakalah seorang hamba yang disebutkan namamu di dekatnya, tetapi ia tidak bershalawat kepadamu (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 644).

Setelah mendengar ini, Rasulullah ﷺ menjawab, “Aamiin.”

Shalawat kita kepada Rasulullah ﷺ pada hakikatnya bukanlah untuknya, tetapi untuk kita sendiri. Shalawat adalah bentuk terima kasih kita kepada Rasulullah ﷺ yang telah membawa cahaya kepada dunia ini. Beliaulah ﷺ yang membawa risalah penyelamat bagi seluruh umat akhir zaman baik untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Rasulullah ﷺ tidak membutuhkan shalawat kita, tetapi beliau ﷺ berjanji menjawab semua shalawat dan salam yang kita kirimkan kepadanya. Maka, pantaslah merugi orang yang enggan bershalawat saat nama Rasulullah ﷺ disebut.

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Perbedaan Muhammadiyah dengan Wahabi