CATATAN KELAM SUFISME DAN TAREKAT
CATATAN KELAM SUFISME DAN TAREKAT
Berbicara tarekat tidak bisa lepas dari pembicaraan tentang sufi. Tarekat (thoriqoh) adalah salah satu ajaran tasawwuf (sufi). Shufiyah (sufisme) tidak pernah dikenal pada masa salaf. Tidak ada di zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan para shahabatnya, tidak pula dikenal pada masa tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Ajaran tasawwuf, kaum sufi baru muncul setelah masa tiga generasi utama.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan bahwa awal mula munculnya shufiyah adalah di Bashrah, Irak (Fatawa, 11/5)
Asy-Syaikh Muqbil berkata:
“Bid’ah tasawuf muncul setelah tahun 200 H. Tasawuf tidak ada di zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, di zaman sahabat maupun tabi’in.” (Mushara’ah hal. 376)
Sebagai ajaran yang baru dalam agama ini, tasawwuf atau shufiyah membawa berbagai macam penyimpangan diantarnya:
1. Shufiyah terpecah menjadi kelompok-kelompok atau tarekat-tarekat). Diantara nama tarekat yang terkenal adalah: Tijaniyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifaiyah, Syahrawardiyyah, Jistiyyah dan lainnya.
Bukan hanya berbeda nama, namun keyakinan dan amaliyah masing masing tarekat berbeda-beda sesuai dengan olah pikir dan hawa nafsu setiap penganutnya. Demikianlah mereka kaum shufi berpecah-belah, padahal Islam melarang perpecahan dan hanya mengenal satu jalan saja, yaitu shorothol Mustaqim. Jalan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
2. Sebagian shufiyah BERDOA KEPADA SELAIN ALLAH. Mereka berdoa kepada nabi dan wali mereka yang masih hidup maupun yang telah mati. Mereka panggil wali wali mereka yang sudah mati di saat sempit, wahai sayyid Badawi, Wahai Sayyid Rifa’i, wahai Sayyid Idrus, wahai Syaeikh Abdul Qodir Jailani, bantu kami. Padahal doa adalah salah satu jenis ibadah, yang merupakan hak Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺓُ
“Doa adalah ibadah.”
3. Shufiyah meyakini adanya badal dan quthub, yakni orang-orang yang mereka yakini sebagai wali dan DIYAKINI IKUT ANDIL MENGATUR ALAM. Ini bagian dari Syirik dalam rububiyyah. Allah adalah satu satunya pencipta, pengatur dan pemberi rizki, tidak ada yang lain sebagaimana dalam firman Allah yang maknanya:
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, serta siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya)?” (Yunus: 31)
4. Sebagian shufiyah meyakini WIHDATUL WUJUD (manunggaling kawula gusti/bersatunya hamba dan pencipta). Menurut mereka, tidak ada Khalik dan makhluk (Pencipta dan yang dicipta), semuanya adalah makhluk dan semuanya adalah ilah.
5. Shufiyah membolehkan BERJOGET, BERNYANYI sambil menabuh rebana dan berdzikir dengan suara keras. Padahal Allah memerintah-kan kita untuk berdoa dengan merendahkan suara kita dan berdzikir sesuai tuntunan Rasul bukan dengan tarian dan musik.
Asy-Syaikh Muqbil menerangkan :
“Ibnul Qayyim pernah menerangkan bahwa beliau pernah melihat orang-orang shufiyah berjoget di Arafah. Beliau melihat mereka berjoget diiringi rebana. Juga melihat mereka berjoget di Masjid Khaif.” (Mushara’ah hal. 388 secara ringkas)
Asy-Syaikh Muqbil juga mengatakan:
“Pernah satu hari aku naik ke Masjidil Haram bagian atas. Aku dapati sekelompok besar manusia dari Turki, Sudan, dan Yaman, mereka berjoget sambil berputar-putar2….” (Musharaah hal. 387)
6. Sebagian Shufiyah mengklaim mengetahui ilmu ghaib, yang mereka istilahkan dengan ILMU LADUNI atau KASYSYAF. Padahal pengetahuan ilmu ghaib adalah kekhususan Allah.
Allah berfirman yang maknanya:
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
7. Shufiyah mengklaim bahwa ALLAH MENCIPTAKAN NABI MUHAMMAD DARI CAHAYA-NYA, kemudian Allah menciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad, Namun Al-Qur’an mendustakan mereka.
8. Mereka membagi manusia menjadi tiga tingkatan, syareat, makrifat dan hakekat. Pada tingkatan hakekat seseorang tidak lagi terikat dengan syareat (segala aturan agama). TIDAK TERIKAT DENGAN HALAL DAN HARAM.
Sekilas catatan di atas menunjukkan betapa jauh dan sesatnya shufiyyah dengan berbagai tarekat yang ada di dalamnya.
Allahu a’lam.
Sumber : https://problematikaumat.com/
Komentar
Posting Komentar