HAWA NAFSU, AKAL DAN SYARIAT


HAWA NAFSU, AKAL DAN SYARIAT

Bismillah

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Al-Qashash 50)

Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan:

"Persoalan ini dapat dibagi menjadi dua bagian, dan tidak ada yang ketiganya, yaitu mengikuti petunjuk Allah, Rasul Nya, dan yang dibawa oleh beliau, atau mengikuti hawa nafsu. 
Perlu diketahui bahwa segala sesuatu yang tidak datang dari Rasulullah berarti datang dari hawa nafsu". (I'lamul Muwaqi'in 50)

Ali Bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata:

“Seandainya tolok ukur agama ini dengan akal maka tentu bagian bawah khuf lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Dan sungguh aku melihat Rasulullah mengusap bagian atas khuf-nya.” (HR . Abu Daud, shahih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan:

“Akal tidaklah bisa berdiri sendiri, akal baru bisa berfungsi jika dia memiliki naluri dan kekuatan sebagaimana mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapatkan cahaya iman dan al-Qur’an barulah akal bisa seperti mata yang mendapatkan cahaya matahari. Jika tanpa cahaya tersebut, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” (Majmu’ Fatawa)

Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan:

“Sesungguhnya mempertentangkan antara akal dengan wahyu adalah asal-usul segala kerusakan di alam semesta. Itu adalah lawan dari dakwah para rasul dari semua sisi karena mereka (para rasul) mengajak untuk mengedepankan wahyu daripada pendapat akal”. (Mukhtashar Shawa’iqul Mursalah)

Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I menyatakan :

“Orang-orang yang menentang dalil dengan akal, mereka ini dibantah dengan apa yang nabi dan para sahabat ada di atasnya.
Kemudian hendaknya diketahui pula bahwa mereka menyangka apa yang mereka miliki itu adalah kebenaran akal, padahal hakikatnya hanya was-was syaithan dan bukan kebenaran akal sama sekali. Karena akal yang shahih yang benar tidak akan bertentangan dengan dalil yang sharih.” (Ijabatus Sa’il)

Akal diperintahkan untuk pasrah dan mengamalkan perintah syariat meskipun tidak mengetahui hikmah di balik perintah itu. Karena, tidak semua hikmah dan sebab di balik hukum syariat bisa manusia ketahui. 

Yang terjadi, justru terlalu banyak hal yang tidak manusia ketahui sehingga akal wajib tunduk kepada syariat.
Karenanya sejatinya logika kita tidaklah mungkin bertentangan dengan akal. 
Jika bertentangan, maka logika kitalah yang patut dipertanyakan. 
Jika tidak sesuai dengan perasaan hati kita maka hati kita lah yang salah dalam memahami kebenaran itu. 

Wallahu a'lam

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab