Arti Sebuah Kepercayaan
Ilustrasi :
Simak video cuplikan berikut ;
Majelis Tabligh Muhammadiyah
Majelis Tabligh Muhammadiyah diresmikan pada tahun 1924 dengan Visi dan Misi Majlis Tabligh Muhammadiyah sbb :
VISI :
Menjadi Penyebar Utama Agama Islam yang berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah, didukung oleh :
- penerbitan yang mencerahkan dan membimbing
- jaringan muballigh purnawaktu (fulltimer) di lebih dari 50% cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia
- Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan As-Sunnah Al Maqbulah
- Membimbing Kehidupan Beragama Anggota dan Simpatisan Muhammadiyah
- Merekrut dan membina muballigh
- Mensistematisasi dan menyiapkan bahan tabligh
Bertugas untuk menyampaikan hasil dari Putusan Tarjih kepada masyarakat dan menyerukan ajaran Islam yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasul Saw.
---
Salah satu keputusan Tarjih Muhammadiyah adalah :
Simak video lengkap (full) berikut :
Simak sanggahan untuk Ustad Adi Hiyat dari beberapa orang ustadz sebagai berikut :
Pertanyaan :
Percayakah kita pada Ustadz Adi Hidayat dapat melaksanakan tupoksi Majlis Tabligh Muhammadiyah yang dipercayakan kepadanya sebagai Wakil Ketua Majlis Tabligh Muhammadiyah..?
Sementara Ustadz Adi Hidayat yang berkeyakinan berlawanan dengan Keputusan Tarjih Muhammadiayah (baca; ber-aqidah Asy'ariyah)
Ustadz Adi Hidayat telah bersabda :
"Kenapa saya dimasukkan ke sekolah Muhammadiyah, agar saya dapat menerangkan NU di Muhammadiyah", simak video berikut :
Sumber video : https://youtu.be/0SB
Muhammadiyah konsisten untuk memberantas TBC (Takhayul, Bid'ah dan Churafat), simak video berikut :
Sumber video : https://www.youtube.com/watch?
------
Arti Sebuah Kepercayaan
Oleh : Prof. Dr. Syamruddin Nasution
Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau
Kepercayaan :
Kepercayaan artinya mengakui akan kejujuran dan kemampuan seseorang benar-benar dapat memenuhi harapan. Dengan demikian, kepercayaan adalah keyakinan pada seseorang untuk menduduki jabatan tertentu karena diakui dia memiliki kemampuan dan kejujuran memikul jabatan tersebut sehingga benar-benar dapat memenuhi harapan.
Oleh karena itu, arti kepercayaan sangat sentral dalam kehidupan ini, dia menjadi alat ukur dan urat nadi kehidupan. Kalau orang percaya atas kemampuan dan kejujuran kita barulah orang mau mempercayakan jabatan tertentu kepada kita. Maka modal kepercayaan akan lebih tinggi dibanding yang lainnya, modal yang berharga itu mesti dimiliki jika ingin karir dan perjalanan kehidupan sukses dan cemerlang, Sebaliknya, jika modal kepercayaan itu tidak dimiliki, maka tamatlah riwayat hidup kita.
Pencitraan :
Pencitraan itu adalah pembuktian, artinya terbukti bahwa pada diri orang tersebut terlihat ada memiliki kemampuan dan kejujuran sehingga dapat dipercaya menduduki jabatan. Hal ini dapat dilihat dari sikap terjangnya sehari-hari, seperti antara lain, ada nilai kejujuran dan kemampuan pada dirinya, orang banyak tahu bahwa dia orang yang mampu, jujur dan terpercaya
Seperti ketika pemuka-pemuka kaum Quraisy bertengkar sewaktu merenovasi Kakbah tentang siapa yang paling berhak meletakkan Hajar al-Aswad kembali ke tempatnya semula, karena dari masing-masing suku yang ada merasa lebih berhak meletakkannya, maka mereka sepakat mempercayakan pertengkaran mereka kepada Nabi untuk menyelesaikannya.
Nabi pun sukses menyelesaikan pertengkaran mereka dengan meletakkan Hajar al-Aswad di atas serbannya dan menyuruh masing-masing dari tokoh-tokoh kaum Quraisy sama-sama mengangkatnya. Dengan demikian langkah yang ditempuh Nabi dalam menyelesaikan pertengkaran mereka dapat memenuhi harapan mereka sehingga mereka merasa lega menerima keputusan yang mereka percayakan kepada Nabi. Maka kenapa tokoh-tokoh kaum Quraisy itu mau memilih Nabi sebagai hakim mereka, karena pada diri Nabi melekat sebuah kepercayaan.
Contoh lain, ketika kaum Anshar berkeinginan menduduki jabatan khalifah sepeninggal Nabi, tetapi dari kalangan mereka tidak layak menduduki jabatan itu karena Nabi katakan “Jabatan kekhalifahan itu harus dari kalangan orang Quraisy” (Muhajirin). Dari kalangan kaum Muhajirin terdapat banyak yang layak, di antaranya ada dua orang yang paling layak yaitu Abu Bakar dan Umar. Setelah mengkaji kemampuan, kejujuran, kelebihan dan kekurangan akhirnya pilihan sahabat yang bermusyawarah jatuh kepada Abu Bakar.
Kenapa tidak, karena ada tiga kelebihan Abu Bakar yang tidak dimiliki oleh sahabat manapun di saat itu, yaitu pertama; dialah satu-satunya dari kalangan sahabat orang dewasa yang pertama kali masuk Islam, kedua; dialah satu-satunya sahabat yang menemani Nabi Muhammad sewaktu berhijrah ke Madinah, dan ketiga; dialah satu-satunya sahabat yang ditunjuk Nabi menjadi imam salat sewaktu Nabi sakit bukan hanya untuk satu kali bahkan sampai tiga kali. Maka siapakah lagi yang pantas menjadi khalifah kecuali beliau. Sebab itu, mereka sepakat mempercayakan khalifah itu kepada Abu Bakar karena didasari oleh kemampuan, kejujuran dan kepercayaan.
Ketika Alquran hendak dibukukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar mereka sibuk mencari orang yang akan ditunjuk menjadi ketua panitianya. Akhirnya mereka semua sepakat menunjuk sahabat muda bernama Zaid ibn Tsabit. Pada saat mereka menyampaikan hal itu kepada yang bersangkutan, Zaid ibn Tsabit menjawab “Bagi saya memikul tugas ini jauh lebih berat, dibandingkan sekiranya kalian pikulkan kepada saya langit dan bumi dan semua isinya, tetapi karena kalian percayakan hal ini kepada saya maka amanah ini akan saya pikul”.
Ternyata memang benar, pembukuan Alquran sangat sukses di tangan sahabat Zaid ibn Tsabit karena tidak ada seorang sahabatpun yang protes atas ketidakcocokan pembukuannya setelah selesai dibukukan. Siapakah Zaid ibn Tsabit itu? Dia seorang sahabat muda yang terkenal sangat cerdas. dia belajar bahasa Yahudi hanya memerlukan waktu 17 hari. Karena kemampuan dan kejujurannya Nabi mengangkatnya sebagai sekretaris penulis wahyu dan mempercayakan kepadanya menulis surat-surat kepada orang Yahudi, karena didasari kepercayaan.
Dari kisah-kisah tersebut di atas dapat diketahui bahwa sukses hidup seseorang pada hakikatnya berkiblat dan didasari oleh kepercayaan. Oleh karena itu, marilah kita membangun sebuah kepercayaan, agar karir menjadi sukses dan cemerlang! dan jangan sekali-kali mengkhianati orang, karena orang hanya bisa dikhianati satu kali. Begitu orang mengetahui ada pengkhianatan maka hilanglah kepercayaan, seperti kata pepatah “sekali terlanjur ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Maka tugas utama manusia dalam meraih sukses adalah membangun sebuah kepercayaan. Wa Allahu a’lam bi ash-Shawab.
Baca artikel selengkapnya, klik :
https://www.uin-suska.ac.id/blog/2016/09/19/arti-sebuah-kepercayaan-prof-dr-syamruddin-nasution/
Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Suska Riau
Kepercayaan :
Kepercayaan artinya mengakui akan kejujuran dan kemampuan seseorang benar-benar dapat memenuhi harapan. Dengan demikian, kepercayaan adalah keyakinan pada seseorang untuk menduduki jabatan tertentu karena diakui dia memiliki kemampuan dan kejujuran memikul jabatan tersebut sehingga benar-benar dapat memenuhi harapan.
Oleh karena itu, arti kepercayaan sangat sentral dalam kehidupan ini, dia menjadi alat ukur dan urat nadi kehidupan. Kalau orang percaya atas kemampuan dan kejujuran kita barulah orang mau mempercayakan jabatan tertentu kepada kita. Maka modal kepercayaan akan lebih tinggi dibanding yang lainnya, modal yang berharga itu mesti dimiliki jika ingin karir dan perjalanan kehidupan sukses dan cemerlang, Sebaliknya, jika modal kepercayaan itu tidak dimiliki, maka tamatlah riwayat hidup kita.
Pencitraan :
Pencitraan itu adalah pembuktian, artinya terbukti bahwa pada diri orang tersebut terlihat ada memiliki kemampuan dan kejujuran sehingga dapat dipercaya menduduki jabatan. Hal ini dapat dilihat dari sikap terjangnya sehari-hari, seperti antara lain, ada nilai kejujuran dan kemampuan pada dirinya, orang banyak tahu bahwa dia orang yang mampu, jujur dan terpercaya
Seperti ketika pemuka-pemuka kaum Quraisy bertengkar sewaktu merenovasi Kakbah tentang siapa yang paling berhak meletakkan Hajar al-Aswad kembali ke tempatnya semula, karena dari masing-masing suku yang ada merasa lebih berhak meletakkannya, maka mereka sepakat mempercayakan pertengkaran mereka kepada Nabi untuk menyelesaikannya.
Nabi pun sukses menyelesaikan pertengkaran mereka dengan meletakkan Hajar al-Aswad di atas serbannya dan menyuruh masing-masing dari tokoh-tokoh kaum Quraisy sama-sama mengangkatnya. Dengan demikian langkah yang ditempuh Nabi dalam menyelesaikan pertengkaran mereka dapat memenuhi harapan mereka sehingga mereka merasa lega menerima keputusan yang mereka percayakan kepada Nabi. Maka kenapa tokoh-tokoh kaum Quraisy itu mau memilih Nabi sebagai hakim mereka, karena pada diri Nabi melekat sebuah kepercayaan.
Contoh lain, ketika kaum Anshar berkeinginan menduduki jabatan khalifah sepeninggal Nabi, tetapi dari kalangan mereka tidak layak menduduki jabatan itu karena Nabi katakan “Jabatan kekhalifahan itu harus dari kalangan orang Quraisy” (Muhajirin). Dari kalangan kaum Muhajirin terdapat banyak yang layak, di antaranya ada dua orang yang paling layak yaitu Abu Bakar dan Umar. Setelah mengkaji kemampuan, kejujuran, kelebihan dan kekurangan akhirnya pilihan sahabat yang bermusyawarah jatuh kepada Abu Bakar.
Kenapa tidak, karena ada tiga kelebihan Abu Bakar yang tidak dimiliki oleh sahabat manapun di saat itu, yaitu pertama; dialah satu-satunya dari kalangan sahabat orang dewasa yang pertama kali masuk Islam, kedua; dialah satu-satunya sahabat yang menemani Nabi Muhammad sewaktu berhijrah ke Madinah, dan ketiga; dialah satu-satunya sahabat yang ditunjuk Nabi menjadi imam salat sewaktu Nabi sakit bukan hanya untuk satu kali bahkan sampai tiga kali. Maka siapakah lagi yang pantas menjadi khalifah kecuali beliau. Sebab itu, mereka sepakat mempercayakan khalifah itu kepada Abu Bakar karena didasari oleh kemampuan, kejujuran dan kepercayaan.
Ketika Alquran hendak dibukukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar mereka sibuk mencari orang yang akan ditunjuk menjadi ketua panitianya. Akhirnya mereka semua sepakat menunjuk sahabat muda bernama Zaid ibn Tsabit. Pada saat mereka menyampaikan hal itu kepada yang bersangkutan, Zaid ibn Tsabit menjawab “Bagi saya memikul tugas ini jauh lebih berat, dibandingkan sekiranya kalian pikulkan kepada saya langit dan bumi dan semua isinya, tetapi karena kalian percayakan hal ini kepada saya maka amanah ini akan saya pikul”.
Ternyata memang benar, pembukuan Alquran sangat sukses di tangan sahabat Zaid ibn Tsabit karena tidak ada seorang sahabatpun yang protes atas ketidakcocokan pembukuannya setelah selesai dibukukan. Siapakah Zaid ibn Tsabit itu? Dia seorang sahabat muda yang terkenal sangat cerdas. dia belajar bahasa Yahudi hanya memerlukan waktu 17 hari. Karena kemampuan dan kejujurannya Nabi mengangkatnya sebagai sekretaris penulis wahyu dan mempercayakan kepadanya menulis surat-surat kepada orang Yahudi, karena didasari kepercayaan.
Dari kisah-kisah tersebut di atas dapat diketahui bahwa sukses hidup seseorang pada hakikatnya berkiblat dan didasari oleh kepercayaan. Oleh karena itu, marilah kita membangun sebuah kepercayaan, agar karir menjadi sukses dan cemerlang! dan jangan sekali-kali mengkhianati orang, karena orang hanya bisa dikhianati satu kali. Begitu orang mengetahui ada pengkhianatan maka hilanglah kepercayaan, seperti kata pepatah “sekali terlanjur ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Maka tugas utama manusia dalam meraih sukses adalah membangun sebuah kepercayaan. Wa Allahu a’lam bi ash-Shawab.
Baca artikel selengkapnya, klik :
https://www.uin-suska.ac.id/blog/2016/09/19/arti-sebuah-kepercayaan-prof-dr-syamruddin-nasution/
Komentar
Posting Komentar