Pembelaan diri dan Klarifikasi Ustadz Muflih Safitra atas fitnah Ust. Adi Hidayat
Pembelaan diri dan Klarifikasi Ustadz Muflih Safitra atas fitnah Ust. Adi Hidayat :
Ini rantai jawaban kepada UAH dan in syaa Allah closing statement (semoga setelah ini tidak ada lagi).
Ini part 1. Saat part 2 saya rilis, part 1 saya letakkan di belakang. Jika part 3 saya rilis, part 1-2 akan tetap ada di belakangnya in syaa Allah.
Demikian agar pembicaraan bersambung.
PART 1 :
Saya menarik ucapan terhadap para murid dan fans UAH yang menuduh numpang tenar dan semacamnya.
Mungkin mereka melontarkan yang demikian karena:
- saya tidak dikenal
- rasa cinta kepada gurunya dan menimbulkan reaksi hujatan kepada yang mengkritiknya.
Kami tarik ucapan kami karena tujuan akhir saya bukan demi saya pribadi melainkan demi:
- meluruskan kesalahan UAH agar bisa berubah karena kami sudah pernah lakukan 2017
- menjaga umat dari kesalahan dan penyimpangan beragama dari jalan salafush shalih.
"Apalagi di tahun 2017 banyak yang akhirnya menyadari kesalahan tersebut, lalu Allah berikan pemahaman dan hidayah, dan belakangan minta maaf karena pernah melontarkan tuduhan yang sama."
Karena itu, saya tidak mungkin sampai hati menuntut tuduhan fans UAH karena mungkin mereka hanya terpengaruh dengan karakter UAH saat dikritik kesalahannya.
Bagaimana karakternya? In syaa Allah saya sampaikan dalam part 2.
[PART 2]
Kontradiktif 2017 & 2024, beliau melarang merendahkan orang sambil merendahkan orang di majelis yang sama
Sebagian pecinta UAH menyerang dengan isu akhlak. Seolah mengkritisi beliau secara terbuka itu tidak berakhlak. Padahal mengkritisi terbuka hal yang memang dibuka dan disebar adalah biasa, dilakukan oleh semua da'i baik distempel Wahabi maupun tidak.
Namun bagaimana mengkritisi itu?
- Harusnya hanya pada esensi masalah, tidak menyangkutpautkan dengan yang tidak sesuai esensinya
- Tidak boleh menyerang hal privasi
Lalu bagaimana kalau saat berselisih kita menyerang pribadi, privasi, dan yang keluar dari esensi?
Terserah Anda menilainya, namun kami pernah membaca hadits ini:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ خَالِصٌ وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
"Barang siapa yang pada dirinya ada empat hal, maka ia adalah seorang munafik tulen, namun jika hanya ada sebagian, maka pada dirinya ada sebagian sifat munafik hingga ia meninggalkannya; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, jika diberi amanah khianat, dan jika berselisih berlaku curang." (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, An-Nasai, Ahmad)
Kontradiksi beliau:
- Katanya tidak tersinggung, tidak mau berbantah-bantahan, tidak mau menanggapi, tidak mau ramai. Tapi bisa pegang skripsi S1 kami? Kok sempat print/copy? Berarti niat banget untuk membantah kritikan kami.
- Katanya tidak mau menghina, jangan menghina. Namun setelahnya membuat frame kami hanyalah S1-S2 teknik industri yang tidak punya kapasitas agama.
Namun demi Allah, ketika kami lihat beliau mengangkat skripsi dan merendahkan kami, kami hanya senyum lebar karena tidak heran. Ini adalah cara yang nothing but the same dengan yang beliau lakukan di tahun 2017 saat beliau dibantah oleh banyak asatidzah karena beberapa perkara fiqih dan aqidah (in syaa Allah kami angkat di part terakhir).
Contohnya:
- Menghubungkan artikel Ustadz Firanda antara tanggal penulisan dengan kota posting, mengesankan Ustadz Firanda ini berdusta
- Memasukkan di bukunya screenshot perkataan seorang laki-laki & perempuan "bini 3, rezeki seret, kalah pamor"
Ini sebenarnya tuduhan keji (mencari popularitas) dan penghinaan (poligami miskin) kepada Ustadz yang mengkritik beliau.
Semua sudah di luar esensi. Membantah di luar masalah ilmiah. Sama halnya ketika sebagian orang di negeri Arab ada yang merendahkan Syaikh Al-Albani: tukang jam tangan kok meneliti hadits?!
Pun kalau kami mau balas dengan cara yang sama itu sesuatu yang mudah. Namun, itu tidak esensial.
Di belakang sana ada banyak asatidzah yang mengkritisi yang sama seperti kami, mereka bukan teknik industri melainkan doktor-doktor bidang aqidah, ushul fiqih, bahkan doktor bidang Al-Qur'an. Ingat masalah kita soal Al-Qur'an surat musik. Kritik kami hanya soal ucapan beliau tentang surat musik, sahabat pemusik, dan Nabi menghadirkan pemusik, mana landasannya? Itu saja.
Teman-teman, demi Allah kami tidak bermaksud meninggikan diri sendiri. Allah lebih tahu tentang kami daripada UAH, Antum, bahkan diri kami sendiri. Jika kami menyebutkan guru-guru kami, ini hanya demi menjaga para pecinta UAH agar tidak jatuh ke dalam penghinaan yang sama yang dilakukan oleh gurunya.
- Kami lahir dan besar di keluarga Muhammadiyah. Bapak Mama pernah menjadi pimpinan daerah Muhammadiyah & Aisyiyah
- Orangtua menyekolahkan kami di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah (M3IN) Jogjakarta zaman mudir Ustadz Hamdan Hambali. Karena alasan kesehatan maka kami keluar dari M3IN sementara waktu. Ustadz Hamdan pesan, kalau perawatan selesai, kami bisa masuk lagi tanpa tes karena ke kami ranking 1 dan sempat menorehkan prestasi (MTQ antar sekolah) di Jogja mewakili M3IN.
- Setelah kembali ke Balikpapan kami masuk ke salah satu cabang Gontor (atau pondok yang dikelola para alumni Gontor). Kami selalu ranking 1 baik di raport pelajaran umum maupun diniyyah. Kami lulus dengan nilai UAN tertinggi di seluruh MTs se-Balikpapan dan mengangkat nama pondok. Dari sinilah saya punya latar belakang ilmu umum & ilmu agama, yaitu mondok di pondok modern yang mempelajari 2 bidang.
- Di masa S1 saya tertarik pada majelis Ustadz Ja'far Umar Thalib rahimahullah, Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA., Ustadz Dr. Aris Munandar, dll.
- Di masa S2 sebenarnya kuliah kami hanya sekitar 3-4 jam per hari karena S2. Sisanya kami habiskan waktu dari Ashar hingga malam di majelis-majelis ulama kibar seperti Syaikh Saad Asy-Syatsriy, Syaikh Shalih bin Fauzan, Syaikh Saad Al-Khatslan, dan Syaikh Muhammad bin Mukhtar Asy-Syinqithiy.
Sekali lagi kami ceritakan bukan untuk berbangga, demi Allah. Saya hanya khawatir bila teman-teman terjerembab dalam penghinaan yang dicontohkan UAH dalam kondisi beliau tidak tahu kami, padahal beliau keberatan dikritik karena kami tidak kenal beliau & beliau tidak kenal kami.
[PART 3]
Semoga beliau mau teliti ulang karya Al-Mas'udi yang Syi'ah Mu'tazilah & Al-Judai' yang sudah ada bantahannya
Semoga beliau mau teliti ulang:
- Kami tidak mengkritisi soal hukum musik
- Kami kritisi soal penamaan surat Al-Qur'an & status musisi sahabat Nabi
- Akhirnya UAH malah lari ke soal musik & menyerang pribadi
- Dalam pembelaannya beliau sebut 2 referensi: buku seorang Syi'ah Mu'tazilah yang banyak khurafat & buku Abdullah Al-Judai' yang sudah ada bantahannya.
Beliau sampai keliru menyebut judul buku pertama dan nama penulis buku kedua. Mungkin terlalu fokus dengan referensi ke-3 yaitu tugas akhir kuliah kami untuk menjatuhkan kami. Hehehe... Bercanda.
Yang menyatakan Al-Mas'udi itu Syi'ah Mu'tazilah sesat:
- Ibnu Hajar Al-Asqalaniy
- Ibnu Taimiyah
- Ibnul Arabi
- Dr. Muhammad Rusyad Salim
- Dr. Sulaiman as-Suwaikit
- Muhibuddin Al-Khatib
Salah referensi akan menyesatkan umat bagi seorang da'i dan tersesat bagi penuntut ilmu.
Semoga beliau mau periksa lagi jazahullah khairan. Salah referensi akan menyesatkan umat bagi seorang da'i dan tersesat bagi penuntut ilmu.
Baca juga artikel terkait berikut :
Sumber : https://www.facebook.com/share/
Komentar
Posting Komentar