Buya Hamka Dituduh Wahabi
Tulisan Buya Hamka tentang Wahabi, Membuka Dusta Golongan Anti Wahabi
Cap buruk kepada faham Wahabi dan sebutan Wahabi yang berkonotasi negatif,ternyata disematkan oleh Turki Usmani yang kehilangan jajajahan di jazirah Arab disebabkan oleh bangkitnya bangsa Arab yang dipelopori oleh Wahabi.
Hal ini diketahui dari tulisan Buya Hamka yang adil dan komprehensif dan semata-mata menyampaikan fakta dan data. Ternyata juga Takfiri yang kerap dilekatkan pada Wahabi, ternyata justru Syekh Muhammad bin Abdul Wahhablah yang dituduh kafir, bahkan ada tulisan yang mengatakan Muhammad bin Abdul Wahhab keturunan Musailamahbal Kadzab,
Simak penjelasan Ustadz Zulkarnain El-Maduri berikut :
Sumber video : https://youtu.be/q-XfSSvjaPQ
Buya Hamka Dituduh Wahabi
“Dituduhlah kami kaum Wahabi. Siapa kaum Wahabi itu? Mereka ialah pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab al-Najdi yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah (Abad 18 Masehi).
Dari mana dia (Muhammad bin Abdul Wahab) mengambil pelajarannya? Dari karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim dan madzhab (fiqih) mereka ialah Hambali. Oleh sebab itu, mereka bermadzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga.
Mengapa nama Wahabi itu sangat dicela dan dibenci orang?
Sebab mereka memberontak melawan pemerintah, pergi melawan pemerintah Turki Utsmani yang beratus tahun lamanya menjajah tanah Arab.
Maka dari itu Turki amat benci kepada kaum Wahabi yang telah memulai membuka mata bangsa Arab ini, berlomba-lombalah ulama yang dekat kepada penguasa Turki untuk mengarang buku-buku (kitab – kitab) untuk mencela kaum Wahabi ini.
Sehingga Sayyid Zaini Dahlan tidak segan-segan nya menuduh Muhammad bin Abdul Wahab itu ada hubungan keturunan nya dengan Musailamah al-Kazab (Kitab Futuhatil Islamiyah). [Baca klik disini]
Sebab-sebab atau alasan mereka mencela kaum Wahabi adalah karena Wahabi sangat menentang pemujaan kepada kubur orang terpandang sebagaimana orang musyirikin dahulu menyembah berhala.
Buku-buku mencela Wahabi itu tersebarlah di Negeri kita (Indonesia) ini sehingga kata (sebutan atau gelar) Wahabi dipandang sebagai kata (suatu) penghinaan.
Bersamaan dengan penghinaan kepada Wahabi, ditulis pula buku-buku yang memburuk-burukkan Jamaluddin Al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Yang sangat bersemangat dalam membuat buku ini ialah Yusuf bin Ismail an-Nabahani yang saat itu menjadi Qadhi (hakim) di Mahkamah Beirut dalam kerajaan Turki.
Oleh karena ulama yang mula-mula melepaskan tauhid Islam yang suci daripada khurafat dan bid’ah ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim, maka beliau berdua ini pun tidak lepas dari serangannya.
Segala macam tuduhan yang bukan-bukan disematkan atas mereka berdua.
Memang, apabila orang telah kehabisan hujah dan alasan, merekapun kembali memakai fitnah. Dan inilah yang menyebabkan umat Islam berpecah belah, berkaum tua dan berkaum muda.
Bagi kami yang dikatakan kaum muda itu tidaklah keberatan jika kami dituduh Wahabi. Kalau 20 atau 30 tahun yang lalu, sewaktu ilmu agama hanya boleh taqlid kepada mufti-mufti (ahli fatwa) saja, mungkin orang takut dikatakan Wahabi.
Tetapi sekarang orang telah tahu bahwasanya Wahabi tidak lain mengikuti madzhab (fiqih) Hambali dan memang madzhab Hambali terkenal madzhab yang keras mempertahankan Sunnah Nabi.
Dan yang berpengaruh memperbaharui faham madzhab Hambali itu ialah Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim. Oleh sebab itu, bagi kami dituduh sebagai Wahabi bukanlah suatu penghinaan.
Jika dituduh pula kami pengikut Ibnu Taimiyyah atau Ibnu Qayyim, maka itupun bukanlah penghinaan bagi kami. Sebab beliau adalah ulama yang terkemuka di dalam madzhab Hambali.”
(Diringkas dan disadur dari buku Teguran Suci dan Jujur Terhadap Mufti Johor hal 74 – 78, BUYA HAMKA) (baca klik disini)
Baca Artikel Terkait lainnya :
Komentar
Posting Komentar