Ketika Buya Hamka Bercerita tentang Wahabi


Tulisan Buya Hamka tentang Wahabi, Membuka Dusta Golongan Anti Wahabi

Cap buruk kepada faham Wahabi dan sebutan Wahabi yang berkonotasi negatif, ternyata disematkan oleh Turki Usmani yang kehilangan jajajahan di jazirah Arab disebabkan oleh bangkitnya bangsa Arab yang dipelopori oleh Wahabi.

Hal ini diketahui dari tulisan Buya Hamka yang adil dan komprehensif dan semata-mata menyampaikan fakta dan data. Ternyata juga Takfiri yang kerap dilekatkan pada Wahabi, ternyata justru Syekh Muhammad bin Abdul Wahhablah yang dituduh kafir, bahkan ada tulisan yang mengatakan Muhammad bin Abdul Wahhab keturunan Musailamahbal Kadzab, 

Simak penjelasan Ustadz Zulkarnain El-Maduri berikut :


Ketika Buya Hamka Bercerita tentang Wahabi

Oleh: Abu Aslam Benny bin Syahmir bin Marbawi

BERIKUT ini kami mengutip tulisan Prof. Dr. Hamka dari salah satu bukunya(1), di mana beliau membahas tentang wahabi (2.3)

Mari kita baca tulisan Buya Hamka berikut ini. Beliau menulis: (4)

“Pada zaman Amangkurat IV, dengan kehendak Belanda diusirlah beberapa Muballigh Wahabi yang datang ke Jawa hendak mengajarkan Islam yang bersih kepada penduduk. Bahkan Amangkurat sendiri pun tertarik pada ajaran itu. Begitu pun keturunannya Pangeran Abdul Hamid Diponegoro, terang-terang hendak mendirikan Kerajaan Islam, dengan beliau sendiri menjadi Amiril Mukminin di tanah Jawa. Beliau ganti pakaian Jawa Lama dengan jubah dan serban. Maksud beliau niscaya akan berhasil, seandainya Kompeni tidak campur tangan.” (5)

Di halaman 62 beliau menulis tentang Tuanku Imam Bonjol: (6)

“Dia mencampungkan diri ke dalam gerakan Paderi, setelah sampai seruan Tuanku Nan Renceh dari Kamang ke Bonjol. Dan Tuanku Nan Renceh menerima pula pelajaran itu daripada tiga Tuanku yang pulang dari Makkah, membawa pokok pelajaran Tauhid yang suci bersih, menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi).” (7)

Di halaman 96 beliau menulis: (8)

“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah datang gerakan agama Islam yang militan langsung dari Makkah, menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam Minangkabau.

Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan Wahabi di Tanah Arab, yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera, bahkan di seluruh Nusantara ini.” (9)

Catatan Kaki :
  1. Buku “Dari Perbendaharaan Lama” karya Prof. Dr. Hamka, certakan III, Penerbit Pustaka Panjimas.
  2. Buku “Dari Perbendaharaan Lama” adalah buku yang bertemakan sejarah. Di beberapa tempat di dalam buku ini, Buya Hamka membahas tentang wahabi.
  3. Di zaman kita ini, kata “wahabi” adalah julukan bagi kaum muslimin yang berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafush-Shalih. “Wahabi” adalah julukan yang diberikan kepada kaum muslimin yang mendakwahkan tauhid, melarang kesyirikan, mengajak kepada sunnah, anti kepada bid’ah.
  4. Buku “Dari Perbendaharaan Lama” halaman 34.
  5. Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
  6. Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
  7. Sampai di sini tulisan Buya Hamka.
  8. Buku “Dari Perbendaharaan Lama”.
  9. Sampai di sini tulisan Buya Hamka. []
Sumber : https://www.islampos.com

Komentar

Kajian Populer

Rekam jejak sikap oknum dan PBNU selama sekitar 100 tahun terakhir terhadap Muslimiin yang bukan NU

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?