DAMPAK BURUK MEMUJI TOKOH AHLI BID’AH

Ustadz Dr. Adi Hidayat, Lc., M.A. memuji Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, setara dengan Nabi Muhammad ﷺ, Dr. Adi Hidayat, Lc., simak video berikut :


DAMPAK BURUK MEMUJI TOKOH AHLI BID’AH

TOKOH ahli bid’ah itu memang tidak boleh dipuji dihormati atau di muliakan, karena akan berdampak buruk bagi orang awam timbulnya kecintaan dan pemuliaan kepada tokoh ahli bid’ah tersebut, yang pada akhirnya mereka pun akan mengikuti pemahamahamannya. Apalagi jika yang memuji dan yang menghormati itu TOKOH panutan seperti seorang DA’I atau seorang ‘Alim.

Yang dimaksud AHLI BID’AH pada bahasan kita ini adalah mereka yang menyimpang pada POKOK POKOK agama, seperti SYI’AH, KHOWARIJ, QADARIYYAH, JAHMIYYAH, MU’TAZILAH, MURJI’AH, ASY’ARIYYAH, SUFIYYAH, QUBURIYYUN dan yang semisal dari sekte sekte yang menyimpang.

Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan siapa yang dimaksud AHLI BID’AH yang kita di perintahkan untuk hati hati dan waspada akan pengaruh keburukan dan kesesatannya :

والْبِدْعَةُ الَّتِي يُعَدُّ بِهَا الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ مَا اشْتَهَرَ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ بِالسُّنَّةِ مُخَالَفَتُهَا لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ؛ كَبِدْعَةِ الْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَالْقَدَرِيَّةِ وَالْمُرْجِئَةِ

“Dan bid’ah yang seseorang dianggap sebagai AHLI BID’AH adalah Penyimpangan terhadap al Quran dan Sunnah yang sudah masyhur (sudah jelas tidak samar) dikalangan para ulama ahlus sunnah seperti bid’ahnya KHOWARIJ, SYI’AH RAFIDHAH, QADARIYYAH dan MURJI’AH” (Majmu’ Fatawa 41/35)

Syaikhul Islam melanjutkan :

فَإِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ وَيُوسُفَ بْنَ أَسْبَاطٍ وَغَيْرَهُمَا قَالُوا: أُصُولُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً هِيَ أَرْبَعٌ: الْخَوَارِجُ وَالرَّوَافِضُ وَالْقَدَرِيَّةُ وَالْمُرْجِئَةُ قِيلَ لِابْنِ الْمُبَارَكِ: فالْجَهْمِيَّة؟ قَالَ: لَيْسَتْ الْجَهْمِيَّة مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. و ” الْجَهْمِيَّة ” نفاة الصِّفَاتِ؛ الَّذِينَ يَقُولُونَ: الْقُرْآنُ مَخْلُوقٌ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُرَى فِي الْآخِرَةِ وَإِنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يُعْرَجْ بِهِ إلَى اللَّهِ وَإِنَّ اللَّهَ لَا عِلْمَ لَهُ وَلَا قُدْرَةَ وَلَا حَيَاةَ وَنَحْوَ ذَلِكَ كَمَا يَقُولُهُ الْمُعْتَزِلَةُ والمتفلسفة وَمَنْ اتَّبَعَهُمْ

Imam ‘Abdullah Ibnul Mubarak (wafat th. 181 H) dan Yusuf al-Asbath (wafat th. 195 H) dan yang yang lainnya mengatakan bahwa sember Firqah (kelompok sesat) ada empat yaitu:

1. Rafidhah.
2. Khawarij.
3. Qadariyyah.
4. Murji’ah.

Ada orang yang bertanya kepada ‘Abdullah Ibnul Mubarak tentang golongan Jahmiyyah, maka beliau menjawab: “Mereka itu bukan ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum jahmiyyah mengingkari sifat sifat Allah, merekalah yang mengatakan al Qur’an adalah makhluk, Allah tidak bisa dilihat di akhirat, Rasulullah tidak dimi’rajkan kepada Allah, Dia tidak mengetahui sesuatu (kecuali setelah terjadinya), tidak memiliki kekuasaan, tidak hidup dan yang lainnya sebagaimana yang dikatakan oleh kaum MU’TAZILAH dan kaum FILSAFAT serta pengikutnya (Majmu’ Fatawa 41/35).

Adapun diantara dampak buruk seseorang apalagi orang yang ditokohkan memuji ahli bid’ah adalah sebagaimana yang diceritakan oleh Imam Ad Dzahabi rahimahullah dalam kitab As Siyar , beliau -rahimahullah-menuturkan :

Abul Walid (Sulaiman bin Khalaf) Al Baji dalam Kitabnya, (Ikhtishar Firaqil Fuqaha) ketika menyebutkan keadaan Al Qadhi (Abu Bakar) bin Al Baqillaniy mengatakan :

لَقَدْ أَخْبَرَنِي الشَّيْخُ أَبُو ذَر وَكَانَ يَمِيلُ إِلَى مَذْهَبِهِ، فَسَأَلْتُهُ: مِنْ أَيْنَ لَكَ هَذَا؟ قال: إِنِّيْ كُنْتُ مَاشياً بِبَغْدَادَ مَعَ الحَافِظ الدَّارَقُطْنِيّ، فَلَقِيْنَا أَبَا بَكْرٍ بنَ الطَّيِّب فَالْتَزَمَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَقبَّلَ وَجْهَهُ وَعَيْنَيْهِ فَلَمَّا افْتَرَقَا قُلْتُ : مَنْ هَذَا؟ قَالَ : هَذَا إِمَامُ المُسْلِمِيْنَ، وَالذَّابُّ عَنِ الدِّيْنِ, هَذَا القَاضِي أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بنُ الطَّيِّب. قَالَ أَبُو ذَر: فَمِنْ ذَلِكَ الوَقْت تَكَرَّرْتُ إِلَيْهِ

“Syaikh Abu Dzar (‘Abdun bin Ahmad al Anshari Al Harawi) telah menceritakan kepadaku bahwa ia condong kepada madzhab (Al Asy’ari).”

Maka saya tanyakan dari mana ia dapatkan madzhab ini.

Katanya : “Saya pernah berjalan bersama Al hafidz (Abu Al Hasan ‘Ali bin ‘Umar) Ad Daraquthniy di Bagdad dan kami bertemu dengan (Al Qadhi) Abu Bakr (Muhammad) bin Ath Thayyib.

Lalu Ad Daraquthniy MEMELUKNYA dan MENCIUM wajah dan kedua matanya

Maka setelah kami berpisah saya bertanya siapa laki-laki tadi?”

Ia menjawab : “Imamnya kaum Muslimin, pembela Islam, (yaitu) Al Qadli Abu Bakr Muhammad bin Ath Thayyib.”

Abu Dzar berkata : “Sejak saat itu saya berulang-ulang mendatanginya bersama ayahku (dan akhirnya kami mengikuti madzhabnya).” (At Tadzkirah 3/1104-1105 dan As Siyar 17/558-559).

Pelajaran dari riwayat diatas bahwa Syaikh Abu Dzar Al Harawy bisa terjerumus kepada aqidah Asy’ariyyah karena sebab melihat Imam Ad Daraqutni memuji dan menghormati seorang tokoh Asy’ariyyah al Qadhi Abu Bakar Bin At Thayyib.

Oleh karena itu para ulama mewanti wanti agar tidak bermajlis dengan ahli bid’ah diatara perkataan perkataan mereka yang bisa kita ambil pelajaran :

[1] Al Fudlail bin Iyyadh -rahimahullah-pernah berkata :
مَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ فَاحْذَرْهُ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ الْبِدْعَةِ لَمْ يُعْطَ الْحِكْمَةَ، وَأُحِبُّ أَنْ يَكُونَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حِصْنٌ مِنْ حَدِيدٍ، آكُلُ عِنْدَ الْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ آكُلَ عِنْدَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ

“Siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka berhati-hatilah darinya dan siapa yang duduk dengan ahli bid’ah tidak akan diberi Al Hikmah. Dan saya ingin jika antara saya dan ahli bid’ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping yahudi dan nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bid’ah.” (Syarah Ushul al-I’tiaqad, Al Lalikai 4/638 nomor 1149)

Ucapan diatas tidak bermaksud membenarkan orang Yahudi dan Nasrani, tapi ingin menunjukan betapa bahayanya BID’AH terhadap agama, karena kalau orang kafir permusuhannya jelas siketahui oleh semua orang, namun ahli bid’ah dalam merusak agama itu SAMAR tidak di ketahui oleh orang orang awam sehingga banyak diantara mereka yang terjatuh didalamnya.

[2] Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) mengatakan :
“Tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bid’ah, duduk dan bergaul dengan mereka.” (Al Ibanah 2/475 nomor 495)

[3] Habib bin Abi Az Zabarqan ia berkata, Muhammad bin Sirin -rahimahullah- apabila mendengar ucapan ahli bid’ah, menutup telinganya dengan jarinya kemudian berkata :
“Tidak halal bagiku mengajaknya berbicara sampai ia berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.” (Al Ibanah 2/473 nomor 484)

[4] Imam Ahmad -rahimahullah-berkata dalam risalahnya untuk Musaddad :
“Jangan kamu bermusyawarah dengan ahli bid’ah dalam urusan agamamu dan jangan jadikan dia teman dalam safarmu (bepergian).” (Al Adabus Syari’ah Ibnu Muflih 3/578)

Para ulama kita rahimahumullah tak segan segan mencela dan memperingatkan kesesatan ahli bid’ah dan hal ini tidak menganggapnya sebagai GHIBAH maka inilah ghibah yang HALAL bahkan WAJIB karena demi menyelamatkan umat dan agama dari kerusakan.

[5] Dari Al A’masy dari Ibrahim ia berkata :
“Bukan termaauk ghibah menceritakan keadaan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/140 nomor 276)

[6] Al Hasan Al Bashry rahimahullah berkata :
«لَيْسَ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ وَلَا لِفَاسِقٍ يُعْلِنُ بِفِسْقِهِ غِيبَةٌ»

“Menerangkan keadaan ahli bid’ah dan kefasikan orang yang berbuat fasiq terang- terangan bukan perbuatan ghibah.” (Syarah Ushul al-I’tiaqad, Al Lalikai 1/158nomor 279-280)

[7] Dari Sufyan bin Uyainah -rahimahullah- berkata, Syu’bah pernah berkata :
«تَعَالَوْا حَتَّى نَغْتَابَ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»

“Kemarilah kita (berbuat) ghibah di jalan Allah Azza wa Jalla.” (Al Kifayah 91 dan Syarah Ilal At Tirmidzy 1/349).

Maksudnya GHIBAH disini menjelaskan tentang KEBURUKAN rowi rowi hadits yang pendusta, termasuk didalamnya menggibah tokoh ahli bid’ah yang membahayakan kepada islam dan kaum muslimin maka hal itu bukanlah ghibah tapi justru sebagai bentuk pembelaan terhadap agama dari kerusakan.

Sebagai contoh kecil kalau pada zaman kita sekarang adalah menghindari untuk tidak selfi atau foto bareng bersama TOKOH ahli bid’ah, atau mengisi KAJIAN di markaz ahli bid’ah, dan yang lain lainnya yang bermakna ada kesan mendukung kebid’ahan dan kesesatan tokoh ahli bid’ah, karena hal itu di KHAWATIRKAN akan membuat orang awam punya persangkaan bahwa kita mendukung kebid’ahannya, atau menyakini benarnya aqidah ahli bid’ah tersebut, yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan mereka akan mengikuti kesesatannya. Wallahu a’lam

Baca juga artikel terkait berikut :

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab