Wahabi: Antara Ada Dan Tiada

 

Istilah Wahabisme sudah digemari selama lebih dari satu abad dan mulai digunakan di India serta tersebar ke seluruh dunia Islam. Ia adalah sebuah kata-kata penghinaan dan tuduhan yang dipergunakan untuk mencemarkan orang-orang Muslim yang menganut aqidah tertentu dan yang menjauhkan diri dari praktek-praktek tertentu yang dilihat oleh orang-orang Islam lain sebagai Islam.

Menurut para pengguna istilah Wahabisme, kata-kata itu merujuk kepada Muhammad Ibn Abdulwahhab dari Najd di semenanjung Arab yang hidup pada abad ke-18 Masehi.

Dalam kultur Islam, ketika sebuah kelompok dikaitkan atau dihubungkan dengan seseorang maka hal itu dilakukan karena adanya kebersamaan berikut:

  1. Karena ada kaitan dengan orang-orang dari suku, tempat, negeri, atau keturunan tertentu, seperti Ansari, Ja‘fari, Pakistani, Hindi, Juhani, Saudi, Bukhari dan seterusnya.
  2. Karena ada kaitan dengan aqidah tertentu, seperti Asy‘ari, Juhaimi, Sunni, Syi‘ah, Khawariji, Dhahiri, Batini dan banyak lagi yang lain.
  3. Karena ada kaitan dengan aliran sufi, seperti Cisti, Suhrawardi, Qadiri, Naqsyabandi, Syadzili, Tijani dan lain-lain.
  4. Karena ada kaitan dengan madzhab atau kelompok fiqih tertentu, seperti Ja‘fari, Zaidi, Hanafi, Maliki, Syafi‘i, Hanbali, dan seterusnya.

Marilah kita teliti, menurut kategori-kategori di atas, kemana istilah Wahabisme dapat dimasukkan.

Tidak ada tempat, suku, negeri atau keluarga dengan nama Wahab; oleh karenanya, istilah itu tidak dapat dipakai.

Kalau kita teliti guna mengetahui apakah Muhammad Ibn Abdulwahhab adalah orang yang mula-mula memunculkan aqidah baru, maka kita tidak menemukan seperti itu dalam ajaran-ajarannya. Oleh karenanya dia pantas mendapat penghargaan karena menciptakan sesuatu yang baru.

Apakah dia menciptakan sebuah aliran sufi baru? Yang kita ketahui bahwa dia bukanlah seorang sufi ataupun pendukung sufi. Dia justru memerangi bid‘ah-bid‘ah tertentu di kalangan orang-orang sufi.

Apakah Muhammad Ibn Abdulwahhab memperkenalkan prinsip-prinsip fiqih yang baru? Yang kita ketahui ialah bahwa dia sendiri adalah pengikut yang bersemangat dari Madzab Hanbali dan dia menghormati Imam Ahmad Ibn Hanbal.

Salah satu di antara sumbangan utama yang diberikan oleh Muhammad Ibn Abdulwahhab ialah bahwa dia menemukan seorang ‘alim besar lain dalam Madzab Hanbali dan menjadikannya terkenal, yaitu Imam Ibn Taimiyah, dan muridnya Ibn Qayyim.

Kita lihat bahwa Muhammad Ibn Abdulwahhab sepanjang hayatnya tetap menjadi pengikut Madzab Hanbali dan tidak jauh menyimpang dari madzab tersebut.

Mengingat keterangan di atas, maka tidak ada batasan atau definisi yang mungkin diberikan untuk istilah Wahabisme kecuali sebagai sebuah label yang menimbulkan rasa benci terhadap kelompok tertentu.

Istilah itu stereotype (meniru-niru), memfitnah dan menyebarkan kebencian. Mereka yang bertujuan melawan Wahabisme sebenarnya memerangi musuh yang tidak ada, hanya ciptaan kilasan khayalan mereka, hantu imajiner!

Orang-orang yang dituduh dengan sebutan Wahabi tidak mengajak seorangpun untuk mengikuti suatu fiqih baru, suatu aliran sufi, atau suatu aqidah baru, melainkan mengajak ummat Islam untuk mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang terdapat dalam kitab-kitab hadits terkenal seperti al-Bukhari, Muslim, Muwatta’, Ibn Majah, Abu Dawud dan lain-lain.

Kitab-kitab hadits yang tersebut sangat terkenal dan semua Muslim Sunni memperlihatkan kekaguman terhadapnya.

Patut disayangkan bahwa mereka yang mengajak Anda untuk melangkah lebih dari sekedar berbasa-basi kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan Anda, malah dicap sebagai Wahabi oleh lawan-lawan mereka.

Siapa Muhammad Ibn Abdulwahhab itu? Dia adalah pembaharu dan menyeru kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, daripada terjebak untuk mengkultuskan seseorang yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pujaan, tokoh-tokoh agama yang jahil yang menggiring orang ramai ke lembah kenistaan di dunia ini dan di api neraka akhirat kelak.

Dia merugikan tokoh-tokoh agama di Semenanjung Arab yang egois, bodoh dan angkuh, dia yang mencoba menghilangkah syirik dan bid‘ah. Wajarlah kalau mereka yang merasa dirugikan oleh ajaran-ajaran Muhammad Ibn Abdulwahab lalu berteriak dan menyerang balik dengan cara-cara mereka jahat mereka: fitnah, kebohongan dan kebencian.

Balatentara-balatentara Perang Salib di Eropa menghendaki agar orang-orang Muslim disingkirkan dari Jerusalem. namun mereka tidak berhasil tanpa menciptakan hysteria kebencian di kalangan penduduk Eropa.

Dewasa ini, di Amerika ada Balatentara Perang Salib Kristen yang menggunakan pena dan lidah mereka, seperti Anis Shorrosh, Robert Morey, John Ankerberg dan lain-lain yang mengobarkan api kebencian terhadap orang-orang Muslim melalui fitnah, kebohongan-kebohongan dan pemalsuan tentang Islam dan Ummat Islam.

Waktu sekarang ini, musuh-musuh menggunakan istilah Kristiani lain untuk memburuk-burukkan orang-orang Islam, yakni fundamentalisme, sebuah istilah tanpa batasan tetapi dibuat sebagai penghinaan.

Semua saudara-saudara sesama Muslim yang terpelajar, cerdas dan suka berfikir, berkewajiban untuk memencilkan semua orang-orang yang menggunakan istilah Wahabisme atau Wahabi dan menggolongkan mereka ke dalam kelompok-kelompok penyebar kebencian.

Kita berkewajiban mencintai semua orang yang menyatakan diri mereka sebagai Muslim dan mengajar mereka yang tiada mengetahui ajaran-ajaran Islam yang benar, daripada hanya menciptakan kebencian.

Mereka yang menggunakan istilah Wahabisme atau Wahabi adalah antek musuh-musuh kita, khususnya musuh kita terburuk, yaitu Setan. Kita berkewajiban untuk bertindak, menurut kemampuan kita, untuk membebaskan saudara-saudara kita dari cengkeraman kuku-kuku Setan dan sekutu-sekutunya.

Pada zaman kita ini, tatkala Islam dan Ummat Islam menghadapi serangan dari segala penjuru, dari Kristen, Yahudi, Hindu, ateis, agnostik, humanis sekuler dan nasionalis sekuler, maka tidaklah layak bagi kita untuk pecah dan saling bermusuhan.

Kita harus menyatukan sumber-sumber kita dan melawan musuh bersama yang memerangi Islam dan Ummat Islam. Apabila ada suatu kelompok di antara kita yang berbeda, maka hendaklah kita belajar untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan itu dan menekankan kebersamaan serta saling mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran yang benar dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Seyogianya kita tidak menyebut kelompok apapun dengan suatu nama yang tiada mereka sukai dan fitnah. Tak ada kelompok yang senang bila mereka disebut Wahabi, dan karenanya hendaknya orang-orang Islam tidak lagi mempergunakan istilah itu.

Istilah Wahabi dan Wahabisme adalah ciptaan Ingris untuk memecah belah ummat Islam, mereka saling bermusuhan dan saling memperlemah sehingga Inggris dapat terus menguasai negeri-negeri Muslim dan menguasai Ummat Islam.

Hendaknya kita tidak membiarkan diri kita untuk terus menerus menjadi korban dari persekongkolan imperialis.

Baca juga artikel terkait :
1. "Siapakah Wahabiyah?"
2. "Mengapa Kiyai Aswaja NU Takut Kepada Wahab?"

****

Tulisan ini berasal dari tulisan asli berjudul Wahabism Exposed, dimuat dalam website The Institute of Islamic Information and Education (III&E).  III&E didirikan di Chicago, Illinois, tahun 1985 dan terdaftar di Negara Bagian Illinois sebagai organisasi keagamaan nirlaba, yang mengabdikan diri demi kepentingan Islam di Amerika Utara.

IIE&E berupaya “menaikkan citra Islam dan Ummat Islam serta memberikan informasi yang benar tentang ajaran-ajaran, sejarah dan kebudayaan Islam dari sumber-sumber yang asli”.

Semoga ada guna dan manfaatnya serta mendorong kita semua menkaji masalah yang sebenarnya tidak baru sama sekali, tetapi dengan obyektif, bukan subyektif, demi mencari kebenaran.

*) Tulisan Ust. Fadhol Aravah
Sumber : Saudinesia

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab